PENGORBANAN Mantan NARAPIDANA

Dengan langkah tak bersemangat, Lada memasuki gedung tempatnya bekerja. Ditambah dengan rasa sakit dikepala yang kembali datang, semakin membuat gairahnya menguap hilang.

"Kamu sakit La...?" tanya Vey.

"Tidak, cuma semalem kebanyakan nangis karena nonton drakor jadi sedikit pusing sekarang." dusta Lada agar matanya yang sembab tidak menjadi bahan pembicaraan.

"Memang drakor itu menyiksa, dilihat salah tidak dilihat lebih salah." balas Vey.

Lada tersenyum saja mendengar itu.

"La...!" panggil Rey Andra mendatanginya.

"Ya...!"

"Sudah punya jawaban...?"

"Nanti sepulang kerja kamu ada waktu..?" tanya Lada.

Rey Andra mengangguk "ada."

"Pulang kerja nanti ya...?" pinta Lada dan diiyakan oleh Rey Andra.

Detik demi detik pun berlalu, meski tak bersemangat akhirnya Lada bisa menyelesaikan jam kerjanya. Ia pun bertemu Rey Andra dan mereka menuju kesebuah taman yang tak jauh dari apartemen.

"Apa kamu serius mau menikahi aku Rey..?"

"La, aku serius dan jangan pernah meragukan soal keseriusanku."

"Ada yang harus kamu tau sebelum kamu benar-benar memutuskan untuk menikahi aku."

"Apa itu...?"

Lada menceritakan masalahnya dengan keluarga terutama sang ayah, dari awal kejadian saat ia mau dilecehkan sampai kejadian semalam.

Lada juga menjelaskan soal hubungannya dengan Vinder dan seberapa pentingnya lelaki itu baginya saat ini.

Sedikit pun tak ada yang terlewatkan untuk diceritakan oleh Lada.

Rey Andra menggenggam tangan Lada "aku akan menerima semua masalahmu La..! sekarang aku yang akan menjagamu dan selalu ada bersamamu."

"Orangtuamu gimana...?"

"Restu itu cuma formalitas La..! kalau aku mau mereka pasti setuju. Kamu percaya kan sama aku...?"

Lada pun mengangguk.

"Jadi, kamu mau menikah sama aku..?" lagi-lagi Lada mengangguk.

Rey Andra tersenyum bahagia "Secepatnya aku akan urus semuanya. Kita menikah diKUA dulu ya baru nanti resepsinya sesuai dengan keinginanmu."

"Iya...!"

"Aku ingin bertemu sama Vinder, bisa kamu bilang sama dia..?"

"Nanti aku telpon Vinder menanyakan kapan dia ada waktu luang."

Disaat keduanya bahagia membicarakan soal pernikahan, lain halnya dengan Vinder yang saat ini sedang menenggak whisky sembari menatap foto kebersamaannya dan Lada dilayar ponselnya.

Rasa sakit itu ternyata jauh lebih sakit ketika ia harus membenci ayahnya.

"La...!" gumam Vinder mengusap wajah cantik Lada yang terpampang dilayar ponselnya.

Akhirnya Vinder pun tertidur setalah menghabiskan satu botol whisky seorang diri dan terbangun ketika matahari sudah meninggi.

"Sssttt...!" desis Vinder memegangi kepalanya.

Kring kring kring

Vinder meraba meja dimana ponsel miliknya berada. Dan tanpa melihat siapa yang menghubungi, pria itu menggeser tombol hijau.

"Hallo...!" ucapnya dengan suara parau khas bangun tidur.

"Kamu baru bangun Vin...?"

Netra Vinder langsung terbuka, secara spontan langsung melihat layar ponselnya. PILIHAN TERBAIK tertera jelas disana.

"Kenapa La...?"

"Kamu ada waktu enggak Vin..?"

"Kenapa..?"

"Rey Andra ingin ketemu sama kamu."

Dahi Vinder berkerut dengan Alis yang sudah menyatu.

"Aku sudah menceritakan semuanya, soal masalahku dan hubungan kita apa. Rey Andra mau bertemu denganmu sebelum hari pernikahan kami."

Tangan Vinder mengepal, rahang tegasnya dipaksa lagi untuk mengeras.

"Kapan mau bertemu...? aku selalu ada waktu."

"Kalau besok sore setelah kami dari KUA gimana...?"

"Iya boleh."

"Baiklah, sampai ketemu besok Vin...!"

"Hem...!"

Vinder menjatuhkan ponselnya begitu saja, diam tak bergeming untuk sesaat, sebelum akhirnya menyambar botol Whisky kosong diatas meja lalu melemparnya menghantam tembok.

"BRENGSEK..!"