Bukan Antagonis

Satu Minggu kemudian.

 Saat ini Latu sedang ada liburan bersama dengan suaminya, entah kenapa setelah pulang dari Malaysia kemarin suaminya itu semakin mengekangnya bahkan untuk sekarang Arkan tidak mau dirinya keluar dan selama satu Minggu ini harus mengosongkan jadwal pemotretannya.

  Di sebuah hotel di Bali kedua pasangan ini sedang menikmati liburannya selama beberapa hari mendatang, Arkan begitu menikmati momen-momen kebersamaan ini bersama dengan sang istri, bahkan sesekali dirinya mencoba untuk merayu Latu agar mau memiliki anak dengannya.

   "Sayang, satu kali ini saja, aku pingin kita hubungan tanpa pengaman, ayolah apa kau tidak ingin memiliki keturunan dariku?" tanya Arkan dengan nada sendunya.

   "Bukannya aku tidak mau Mas, tapi ada hal yang harus menjadi pertimbangan ku kalau nanti aku memiliki seorang anak," ujar Latu.

  "Terus siapa yang harus menjadi penerus perusahaan keluargaku?"

  Latu sejenak terdiam ketika Arkan membicarakan tentang perusahaan, kenapa dari kemarin-kemarin wanita itu tidak pernah terpikirkan akan hal besar yang mengenai warisan.

 'Warisan, ah kenapa aku tidak kepikiran dengan hal itu ya,' batin Latu yang sedikit mengulum senyum.

  Akan tetapi senyum itu harus luntur ketika dia ingat suatu janji yang tidak boleh dia langgar dari Damian.

 "Kamu boleh menikah dengan Arkan akan tetapi kamu tidak boleh hamil atau mengandung anak dia," ucapan Damian lima tahun yang lalu.

   'Ah sial kenapa sesulit ini sih cara meraup kekayaan dari Arkan,' kesal Latu di dalam hatinya.

   Arkan mulai menelisik istrinya yang sedari tadi hanya terdiam tanpa ekspresi, sebagai seorang pengusaha sukses apa iya dia tidak mempunyai garis keturunan untuk melanjutkan perusahaannya nanti.

   "Sayang, gimana" bujuk Arkan sambil mendekatkan diri ke arah istrinya.

  "Heeeeemb, nanti aku pikirkan ya." Lagi-lagi jawaban itu yang membuat Arkan menelan kekecewaan.

   Arkan pun mulai memundurkan tubuhnya niat hati ingin bercinta dengan istrinya di tengah kamar hotel berbintang ini, akan tetapi kekecewaan dan kekecewaan yang selalu dia dapat, entah kenapa istrinya begitu ngotot tidak mau memiliki keturunan dari dia, apa iya dia memiliki pria lain atau memang demi karir dia mengorbankan semuanya.

   "Aku kecewa dengan jawaban mu itu," cetus Arkan lalu mulai menuju ke balkon depan.

  Di sini Arkan mulai menatap langit malam yang di penuhi dengan bintang-bintang dengan kekosongan hati yang saat ini tengah dia rasakan, entah kenapa harapan Arkan untuk memiliki keturunan seperti sia-sia, dan hal itu tidak pernah di mengerti oleh istrinya sama sekali.

   "Aku hanya ingin keturunan, itu saja, kenapa begitu sulit mengabulkan permintaanku yang satu itu, padahal dari dulu aku selalu tulus dan tidak pernah neko-neko apalagi bermain perempuan, tapi kenapa hati dia seakan tertutup untuk sekedar menyenangkan hatiku," kesal Arkan yang merasa kecewa dengan keputusan istrinya itu.

   Di saat kekecewaan yang sekarang tengah menghantui dirinya karena perihal keturunan tiba-tiba saja handphone Arkan berdering dan ternyata ada sebuah pesan masuk, dari asisten pribadinya itu.

  Mendadak mata Arkan berbinar dan juga menitihkan air mata ketika membaca pesan yang di kirim oleh asistennya itu.

  "Dante, kau anakku Nak, kau anakku, dari surat yang sudah di kirim Adit tadi, menyatakan kalau 99% kecocokan genetik antara Arkan dan juga Dante.

 Tubuh Arkan langsung terbujur ke lantai entah apa yang saat ini tengah dia rasakan, perasaan haru sedih bahagia campur menjadi satu di dalam benaknya, Arkan tidak tahu harus menceritakan momen bahagia ini kepada siapa, selama pernikahan yang ke lima tahun ini keluarga besarnya selalu menuntutnya akan sebuah keturunan, dan sekarang Tuhan seakan menjawab doa-doanya.

  "Ya Allah apa mereka akan menerima Dante dengan baik, apa istriku dan mertuaku akan menerima Dante, ah itu tidak mungkin mereka semua sangat membenci Leti, begitupun jika mereka tahu kalau Leti mempunyai anak dariku, pasti kebencian mereka akan mendarah daging," gumam Arkan yang merasa khawatir akan posisi Dante.

   *******

  Malaysia.

 Asraf merasakan jantungnya saat ini tengah berdebar karena menunggu hari pernikahan yang tinggal sedikit lagi mereka sudah sah menjadi suami istri, saat ini di taman belakang rumahnya pria itu sudah berusaha sekuat tenaga untuk belajar berjalan dengan di dampingi oleh putra kesayangannya.

  "Papi harus kuat ya! Lakukan ini untuk Dante Papi," ujar anaknya itu sambil mengacungkan tangan yang menggenggam.

  "Sayang, makasih banyak ya," sahut Asraf lalu mulai berdiri kembali.

Dengan menggunakan tongkat pembantu Asraf pun mulai berusaha untuk melangkah meskipun kakinya itu masih bergetar, entah apa yang membuat kakinya ini sulit untuk di gerakkan seperti tidak ada kekuatan untuk berdiri tegak, otot-otot yang dulu kuat entah hilang kemana sehingga membuat pria itu nyaris frustrasi karena tidak berhasil membuat kakinya itu berpijak ke bumi.

  "Kaki ayo bisa yuk, tolong jangan buat anakku kecewa aku ingin memberinya kado kesembuhanku ini, meskipun sementara tolong kasih dia waktu untuk bersenang-senang denganku menggiring bola bersama," pinta Asraf dengan keringat yang mulai bercucuran membasahi tubuhnya.

Satu putaran dua putaran sudah Asraf lewati akan tetapi kakinya ini masih belum bisa berdiri dengan tegap namun pria ini tetap berusaha untuk berjalan dengan mengunakan alat bantunya tadi.

Ketika Asraf fokus dengan jalanan yang dia lewati sekarang tiba-tiba saja kejadian tak terduga menghampiri anaknya itu, Dante yang sedang berlarian menggiring bola, tiba-tiba saja harus terjauh karena kurangnya kehati-hatian.

Terlihat anak kecil itu menangis karena kakinya tersandung ke tanah, bahkan tangisan anak kecil itu membuat nyali dan keberaniannya bangkit karena memang di taman ini hanya ada dua dan juga Dante, entah apa yang terjadi tiba-tiba saja kaki Asraf berpijak tegak ke bumi tanpa bantuan dari alat tersebut.

"Dante jangan menangis Sayang, ini lihat kaki Papi sudah bisa berdiri tegap!" teriak Asraf agar Dante melihat ke arahnya melihat ke arah nya karena memang sakit di kakinya begitu terasa sehingga membuat Asraf memberanikan diri untuk melangkah.

Satu langkah dua langkah Asraf bisa tanpa alat bantu itu hingga pada akhirnya dengan masih pincang dia berusaha berjalan sampai mendekat ke arah anaknya itu dan benar-benar membuat Dante yang menangis kencang terperangah melihat papinya yang berdiri nyaris sempurna tanpa bantuan alat.

"Papi, apa benar ini Papi, Dante tidak bermimpi," ucap anak kecil itu.

"Enggak Sayang, Dante gak mimpi," ucap Asraf yang juga merasa bahagia atas kesembuhannya ini.

"Papi ...! Akhirnya Allah mengabulkan doa kita," ucap Dante lalu berdiri menggandeng tangan Papinya.

"Iya Sayang, Papi juga tidak menyangka, bisa berdiri seperti ini, meskipun sedikit bergetar kaki Papi," ujar Asraf.

"Gak apa-apa yang penting Papi sudah terlepas dari kursi roda Papi," sahut Dante sambil memeluk Asraf.

************

Jakarta ....

Saat ini Damian mulai geram pasalnya lagi-lagi Latu ingkar janji katanya satu Minggu lagi mau menghabiskan waktu bersamanya, akan tetapi wanita itu malah memilih liburan bersama dengan suaminya di Bali, siapa yang tidak sakit hati melihat pemandangan ini.

Lima tahun sudah Damian menantikan momen dimana Latu dan Arkan bercerai, akan tetapi wanitanya itu seakan sulit untuk berpisah dari suaminya itu, bahkan di sini Damian hanya termakan janji palsu saja Latu.

"Baiklah Latu jika memang ini yang kau inginkan, aku tidak segan-segan untuk menyebarkan video panas kita biar sama-sama hancur, kau pikir menunggumu itu tidak memerlukan perjuangan jangan salahkan aku Latu jika rahasia kita setelah ini di ketahui khalayak ramai," desis Damian, dengan seringai tajamnya.

Mungkin kesabaran Damian sudah habis karena merasa selalu dibohongi oleh Latu dan hanya diberi janji-janji palsu semata, dengan kesiapan yang sudah matang, Damian pun siap menyebar video syurnya sendiri dengan akun yang baru dan seolah video itu tersebar oleh tangan seseorang yang iseng dan ingin menghancurkan karir keduanya sebagai model papan atas.

"Selamat menikmati video ini Leti dan Arkan, aku yakin sebentar lagi, rumah tanggamu akan hancur sehancur hancurnya," seringai Damian.

Bersambung ....