NovelToon NovelToon
Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Menjelang Malam Di Bumi Perkemahan

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Mengubah Takdir / Roh Supernatural
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rin Arunika

🍀
Sebuah rahasia akan selalu menjadi rahasia jika tak ada lagi jejak yang ditinggalkan. Namun, apa yang terjadi jika satu persatu jejak itu justru muncul kembali dengan sendirinya ? Akankah rahasia yang sudah terkubur akan terungkap kembali ?
Apakah itu semua berhubungan dengan mitos yang beredar bahwa ‘mereka’ akan selalu hadir di tempat yang paling mereka ingat selama hidup mereka ?
..
🍀

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rin Arunika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rahasia

Di lain tempat, Pak Bayu terus melangkahkan kakinya mencari keberadaan Pak Damun.

Selain sisa-sisa pembakaran dupa, Pak Bayu menemukan jejak langkah yang Ia duga adalah jejak sepatu Pak Damun. Ia mengikuti jejak itu hingga menuju tepian sungai di bawah sana.

“Bapak...!” panggil Pak Bayu lagi sambil mengarahkan senter ke berbagai arah

Akhirnya, setelah bersusah payah menyusuri tepian sungai yang dipenuhi rumput dan semak, senter Pak Bayu berhasil menyorot sosok yang sedari tadi terus dicarinya. Senter itu mengarah tepat pada punggung Pak Damun yang terlihat berdiri tegap cukup jauh dari tempat Pak Bayu.

Pak Bayu tentu merasa heran melihat Pak Damun terdiam sendirian berada ditengah kegelapan. Karena hal itu, Pak Bayu mempercepat langkahnya dan menghampiri Pak Damun yang terlihat tak peduli dengan cahaya senter yang terus mengarah padanya.

Begitu dirinya tiba di dekat Pak Damun, Pak Bayu sempat tersentak ketika mendapati dua orang muridnya terbaring tak sadarkan diri ditengah semak belukar.

“Kok mereka di sini ? Bapak kenapa gak ngasih tau Bayu ?”

Dari banyaknya pertanyaan yang Pak Bayu tanyakan, Pak Damun masih hanya terlihat diam dan terus merapalkan jampi dengan kedua tangan yang menyatu di dada. Hal itu tentu membuat Pak Bayu gusar dan sempat hampir kesusahan mengontrol emosinya.

Pak Bayu menaruh senternya secara sembarang karena memutuskan untuk memangku tubuh muridnya yang masih tak sadarkan diri di tempat itu. Secara kebetulan, cahaya senter itu menyoroti Leo dan Syafiq yang ternyata telah berada di jembatan.

“Kalian. Sini bantu Bapak !” ucap Pak Bayu spontan

Syafiq dan Leo saling melempar tatapan untuk sesaat dan buru-buru memenuhi panggilan Pak Bayu. Kedua pemuda itu mengesampingkan semua keanehan yang mereka rasakan di tempat itu.

Pak Bayu memerintahkan mereka untuk membantunya memindahkan Hanna dan Rayya yang tak sadarkan diri itu sesaat setelah Syafiq dan Leo tiba di tempatnya berdiri. Pak Bayu tak memberikan kesempatan pada Syafiq dan Leo untuk bertanya barang satu kata pun.

Hanna menjadi orang yang pertama mereka pindahkan dari semak itu menuju sekitar pemandian yang terdapat lantai semen. Lokasi itu dipilih karena hanya tempat itu yang terlihat cukup kering dan dirasa cocok untuk membuatnya menjadi ‘lebih aman’.

Mereka kembali ke tepi sungai untuk lanjut mengevakuasi Rayya yang masih tergeletak di sana. Namun, belum selesai mereka mengambil posisi untuk membopong Rayya, mereka mendengar suara rintihan seorang wanita yang suaranya terasa familiar.

“Le. Lu denger, gak ?” bisik Syafiq pada Leo

“Heem. Serem anjir” balas Leo

“Biarin aja. Mending kita cepet pindahin anak ini” Pak Bayu sepertinya tak peduli dengan apa yang disadari oleh kedua anak muridnya itu.

Pak Damun yang dari tadi tak menggubris semua hal yang dilakukan Pak Bayu, Syafiq, dan Leo, kini tampak mengakhiri ritualnya dan buru-buru berlari.

Melihat Pak Damun yang kembali bertingkah ‘aneh’, Syafiq dan Leo hanya saling melempar tatapan dan kembali membantu Pak Bayu yang masih fokus untuk mengevakuasi Rayya.

“Bayu ! Ke mari. Tolongin Bapak !” teriakan Pak Damun sepertinya berasal dari dekat pasak jembatan

Mereka bertiga yang baru setengah jalan membawa Rayya menepi terlihat terdiam untuk sesaat karena mendengar suara Pak Damun.

“Bapak kenapa sih ?” Pak Bayu mendengus sebal, “kalian tunggu dulu sini” ucap Pak Bayu pada Syafiq dan Leo

Karena menyadari bahwa mereka tak sanggup membawa Rayya pergi lebih jauh tanpa bantuan Pak Bayu, Syafiq memutuskan untuk menunggu Pak Bayu di sana. Dan atas usulan Syafiq, kedua murid itu membuat Rayya terduduk senyaman mungkin dengan menyandarkan tubuh gadis itu pada tubuh Syafiq. Sementara Leo pergi dari tempat itu untuk mengecek keadaan Hanna di dekat pemandian.

“Bayu !” Pak Damun kembali memanggil Pak Bayu

Setelah susah payah berjalan melintasi tepian sungai yang dipenuhi bebatuan dan semak, Pak Bayu hampir tiba di sebuah pasak jembatan tempat Pak Damun memanggilnya.

“Lama amat ! Sini cepetan gotong si Vivi” ucap Pak Damun ketika Pak Bayu berada tepat di belakangnya

Mendengar ucapan Pak Damun, Pak Bayu terperangah dan mempercepat jalannya. Ia tak percaya jika putrinya yang hampir semalaman ini dicarinya berada tak jauh dari tempatnya mencari. Di dekat pasak jembatan itu, Vivianne ditemukan dalam kondisi terlentang pada sebuah batu besar dan Ia jelas kehilangan kesadarannya.

“Lho ? Kok Vivi di sini ? Bayu berapa kali bolak-balik ke sini gak nemu Vivi. Anak-anak itu juga dari tadi gak Bayu temuin !” Pak Bayu mengungkapkan hal yang mengganggu pikirannya

“Halah. Itu kamu aja nyarinya gak bener. Buruan angkat kaki si Vivi” balas Pak Damun sambil meraih pundak Vivianne

Tepat ketika Pak Bayu baru saja menyentuh kaki Vivianne, putrinya itu mendadak tersentak dan Vivianne mendapatkan kesadarannya seketika.

Pak Bayu dan Pak Damun ikut terkejut melihat apa yang terjadi pada Vivianne. Apalagi ketika Vivianne mulai menangis dengan kencang, kedua pria itu tampak semakin keheranan.

Berbeda dengan Pak Bayu yang hanya terperangah dan kebingungan menghadapi tingkah Vivianne, Pak Damun tampak mulai kembali merapalkan bacaan dan memegangi kepala Vivianne dengan kedua tangannya.

Suara tangisan kencang Vivianne sampai juga ke telinga Syafiq dan Leo. Meski keduanya berada di tempat terpisah, namun mereka sama-sama tercengang dan saling bertanya-tanya tentang suara tangis itu.

Untung saja, Rayya tampak mulai menunjukkan tanda-tanda kesadarannya. Gadis itu terdengar sedikit mengerang sambil memegangi kepalanya.

“Ray. Rayya ? Lo udah sadar ?” Syafiq memanggil-manggil Rayya

“Aw…” dari raut wajahnya, Rayya tampak berjuang mengumpulkan kesadarannya.

“Siapa yang nangis…” dan meski Rayya terlihat belum sepenuhnya sadarkan diri, Ia sepertinya ikut mendengar tangisan kencang Vivianne. Rayya bahkan terlihat akan berdiri dari tempatnya dengan berpegangan pada bahu Syafiq.

Hal itu tentu membuat Syafiq bisa bernafas lega. Setidaknya, satu orang lagi temannya ditemukan dalam kondisi yang baik-baik saja.

“Ke mana lu ?” Syafiq memegangi Rayya yang kini akhirnya bisa berdiri tegak

“Hanna, Vivi, mereka di mana ?” tanya Rayya dengan suaranya yang terdengar lirih

“Hanna sama Leo di sono…”

“Vivi ?” Rayya menyela ucapan Syafiq

Suara tangisan kencang itu kembali menggema. Kali ini Rayya sangat yakin bahwa suara tangis itu bukanlah halusinasinya.

“Itu si Vivi, kan ?” Rayya menatap Syafiq lekat-lekat

“Jujur, Ray. Gua juga belum tau itu si Vivi apa bukan-”

“Terus ? Nunggu apa lagi ? Kita liat lah” Rayya menarik lengan Syafiq, tetapi Syafiq masih terlihat diam

“Lu kenapa sih ?” Rayya jelas merasa kesal karena Syafiq hanya terlihat diam seperti patung

“Itu…” ucap Syafiq pelan sambil menatap lurus ke depan sana

Rayya melirik apa yang Syafik tatap. Dan sama seperti Syafiq, Rayya ikut terdiam melihat apa yang ada beberapa meter dari tempat mereka berdiri.

“Vivi…” Rayya terperangah melihat pemandangan itu.

Saat itu, mereka berdua melihat Pak Bayu, Vivianne, dan Pak Damun berjalan beriringan. Namun, Rayya merasa bahwa tingkah sahabatnya itu tak seperti biasanya. Pandangan Vivianne terus terlihat kosong dan raut wajahnya datar selama perjalanan menuju tepian sungai.

Dan bukan hanya ketiga manusia itu yang Rayya lihat di sana, sosok tinggi penuh bulu itu terlihat terus saja berdiri di sekitar mereka bertiga.

“Vivi !” Rayya memanggil nama sahabatnya itu. Tetapi, mungkin karena dirinya yang juga baru siuman beberapa waktu lalu, Rayya terlihat sedikit oleng sehingga Syafiq harus membantunya untuk berdiri tegap.

Meski begitu, Rayya tetap berusaha menyusul ketiga orang itu walaupun mereka terlihat mengabaikan keberadaan Rayya dan terus saja berjalan.

Baru ketika mereka tiba di sekitar pemandian, Vivianne tampak bersimpuh dan kembali menangis tersedu-sedu. Pak Bayu dan Pak Damun kemudian menghentikan langkah mereka karena terkejut dengan tingkah Vivianne. Begitupun Rayya dan Syafiq, mereka sama terkejutnya melihat Vivianne mendadak menangis. Benar-benar diluar kebiasaan Vivianne yang dikenal sebagai gadis tengil yang selalu mudah tertawa.

“Bayu… Pak Damun… Kenapa kalian bohongin mereka ?” dengan berurai air mata, Vivianne melontarkan pertanyaan pada dua pria di hadapannya.

Tunggu, kenapa suara Vivianne terdengar sedikit berbeda ?

“Bohong apa ? Siapa yang bohong ?” Pak Bayu tentu merasa heran dengan pertanyaan Vivianne

“Pak Damun… Kenapa Bapak sama Bayu jahatin saya ?” lagi-lagi pertanyaan yang membingungkan itu kembali Vivianne tanyakan

“Kamu tuh ngomong apaan ? Jangan ngawur !” Pak Damun meninggikan suaranya. Emosinya tampak meluap-luap mendengar semua pertanyaan Vivianne, cucunya.

“Kenapa kalian tinggalin saya di hutan itu ?” Vivianne terdengar ikut meninggikan suaranya. Bahkan gadis itu tampak membulatkan tatapannya pada Pak Damun

Dari beberapa orang yang merasa keheranan dengan tingkah dan ucapan Vivianne, hanya Pak Damun yang kini terlihat cemas.

“Kamu ! Mana cucu saya ?” Pak Damun menanyakan hal itu pada gadis di hadapannya yang jelas-jelas gadis itu adalah Vivianne, cucunya. Apa yang sebenarnya terjadi di sana ?

Anehnya, setelah dari tadi Vivianne hanya terus menangis, gadis itu kini terdengar mulai tertawa nyaring.

“Ini baru satu malam saya ajak main cucu Bapak, Bapak udah pengen dia pulang ?”

“Mana cucu saya ?” suara Pak Damun kembali tinggi dan kini pria paruh baya itu melayangkan satu tamparan pada Vivianne, “dasar kurang ajar !” umpatnya lagi

Pak Bayu, Syafiq, dan Rayya tentu terkejut bukan main melihat interaksi aneh antara Vivianne dengan Pak Damun. Padahal sejauh yang mereka tau, meski Pak Damun dikenal memiliki sikap yang dingin, Pak Damun tidak pernah sampai melakukan kekerasan atau memberikan hukuman yang kasar. Benar-benar berbeda dengan apa yang mereka saksikan saat itu.

“Mhh… Rupanya Bapak berani nampar saya. Kasihan sekali cucu Bapak kesakitan di sini” Vivianne malah terlihat meremehkan kemarahan Pak Damun

Tanpa mereka duga, Pak Sartawi mendadak muncul dan menghampiri Vivianne dengan tatapan yang berkaca-kaca.

“Vina ?” suara Pak Sartawi bergetar ketika dirinya semakin dekat dengan Vivianne

Siapa sangka, Vivianne kembali menangis histeris begitu Pak Sartawi berdiri di hadapannya. Lagi-lagi hal itu membuat sejumlah orang yang berada di sana menjadi bertanya-tanya.

“Jangan sentuh anak saya” Pak Bayu menghempaskan tangan Pak Sartawi yang tampak akan meraih kepala Vivianne

“Ternyata bener. Kalian berdua yang tanggung jawab masalah hilangnya Vina !” Pak Sartawi menatap tajam Pak Bayu dan Pak Damun.

“Ayah… Kakek…” saat itu, tangisan Vivianne tak lagi sekencang tadi. Suaranya pun kini terdengar seperti suara Vivianne yang seperti biasanya.

“Ayo kita anter Bapak ini ke tempat yang dia mau” suara Vivianne terdengar lemah

“Maksud kamu ?” Pak Bayu membulatkan tatapannya

“Ayah tanya aja ke Kakek. Harusnya Kakek tau semuanya soal kejadian di hutan itu”

Deg !

Ucapan Vivianne seperti menusuk tepat di dada Pak Damun. Tubuh Pak Damun terasa lemas untuk sesaat terlebih ketika Vivianne melangkahkan kakinya dari tempat itu.

Pak Sartawi yang dari tadi memang terus memperhatikan Vivianne ikut menyusul langkah Vivianne.

“Bapak. Ayo kita kejar Vivi. Bayu gak suka orang tua itu deketin Vivi terus” Pak Bayu berusaha membantu Pak Damun melangkah dari tempat itu

Ketiga pria dewasa itu akhirnya berjalan beriringan dengan perasaan yang bermacam-macam mereka rasakan.

“Vi ! Kamu mau ke mana ?” Rayya memanggil Vivianne yang sedari tadi belum berbicara apapun pada dirinya

Entah apa yang terjadi pada Vivianne, namun dirinya benar-benar menjadi sosok yang dingin dan kaku bagi Rayya.

Tau-tau Leo muncul ditengah suasana aneh itu bersama Hanna yang berjalan dengan tertatih-tatih. Mereka berdua menghentikan langkahnya dan berdiri di dekat Rayya. Meski mereka tidak mengetahui apa yang baru saja terjadi, namun melihat Vivianne dan ketiga pria dewasa itu berjalan beriringan, jelas menimbulkan pertanyaan dalam pikiran mereka berdua.

“Kok si Vivi sama bapak itu ?” tanya Hanna. Ia masih ingat jelas bahwa pria tua yang bersama Vivianne adalah pemilik rumah yang pernah mereka singgahi.

“Tau. Mending kita ikutin aja gak, sih ?” sambar Leo

“Gimana, Ray ?” Syafiq bertanya pada Rayya sebab Ia merasa bahwa Rayya masih membutuhkan waktu istirahat

“Hayu” ucapan singkat Rayya akhirnya menggerakkan keempat murid itu bersama-sama

Rayya kembali melirik tempat makhluk itu berada untuk sesaat. Dan dirinya tampak terkejut ketika Ia tak lagi mendapati makhluk itu di sana. Tunggu, makhluk itu tak ada di mana pun dan benar-benar menghilang dari pandangan Rayya.

Sejumlah orang yang berada di sana akhirnya mulai meninggalkan tempat itu dan terlihat kembali melangkah di jalan setapak yang kini tak lagi terasa asing.

1
Xxxcyzz
cerita nya bagus lanjutkan kak
Flyrxn: mungkin next time bikin cerita horor lagi /Determined/ cerita yang ini udah end kak /Cry/
btw thank you, seneng rasanya kalo ceritanya disukain /Pray/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!