Haaaaiiii... ini karyaku yang ke 12, menceritakan kelanjutan kisah keluarga Zandra. Nggak kerasa ya, udah season 5 aja.
Di cerita ini, menceritakan keturunan dari Al, Flo, Za, Ar dan Fre.
Karena kemampuan mereka yang bisa melihat dan berkomunikasi dengan "Mereka", sehingga banyak temannya yang meminta bantuannya.
Selain itu, mereka juga sering kali menjumpai kasus-kasus berbau horor. Seperti anggota keluarganya yang lain, di sini... mereka menyembunyikan identitasnya sebagai keturunan Zandra.
Jangan berharap anggota keluarga Zandra yang lain, akan selalu hadir ya. Karena ini adalah kisah KEMBARA KEMBAR 10
Mau tau kisahnya??
Kuy... kita baca kisahnya, semoga menarik dan tidak membosankan ya🥰🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gramedia
Sebelumnya maaf, seharian kemaren eror bangat otaknya. Lombok Utara yamg harusnya di NTB, aku tulis di Sumatera. Gitu juga novel yang sebelahnya, typo nama🥲🥲. Apalah aku ini.. Ish ish ish...
Dan maaf juga telat, kalo ada yang tanya kenapa Laras dan Yura ga up. Maaf, kondisi sedang tidak baik-baik saja. 🙏🙏
____________________
Tok tok
"Masuuuukkk" teriak Anin yang anteng membaca komik, dengan posisi tengkurap.
"Hei" Mendengar suara yang tidak ingin di dengarnya, langsung duduk dan melempar bantal. Namun, Yas menangkapnya.
"MAU APA LO?!" bentak Anin tidak suka, Yas tersenyum dan melangkah mendekat.
"Masih marah?" tanya Yas, yang kini duduk di samping ranjang.
"Menurut lo?" tanya Anin balik, dengan jutek.
"Sorry" ucap Yas seraya menjewer kedua telinganya, dengan tangan menyilang. Wajahnya pun di buat sedih, Anin menghembuskan nafas pelan.
"Ya" jawab Anin masih judes
"Yang ikhlas dong, mau apa? Nanti gue beliin." tawar Yas, Anin pun tersenyum lebar dan mendekat pada abangnya tersebut.
"Beneran?" tanya Anin, Yas mengangguk. Anin pun, langsung memeluk abangnya tersebut.
"Besok kita ke Gramedia ya, tadi aku liat di si mbah. Ada Gramedia di daerah. Pejanggik, Pejanggik, Kec. Mataram, Kota Mataram." ucap Anin seraya menengadah, menatap Yas.
Adiknya ini kalo ada mau, aku-kamu.
Yas mengangguk, dan mencium kening Anin. Anin menutup mata, merasakan kasih sayang sang abang.
"Makan malam yuk, nanti magh kamu kambuh." ajak Yas
"Okeeeee" Anin melerai pelukannya dan segera turun dari ranjang, Anin bersenandung senang. Yas menggelengkan kepalanya, itulah adiknya.
.
.
"Udah ga ngambek?" tanya Haidar, Anin menggelengkan kepala dan mengisi nasi juga lauk ke piringnya.
"Saudaranya yang lain hanya tersenyum, mereka pun memulai makan malamnya.
"Jadi besok kita mau mulai apa dulu nih?" tanya Amira
"Disini tuh, yang aku tau. Banyak banget air terjun sama pantai, ahhh.... Nis, ada ini loh. Ada Masjid Kuno Bayan Beleq, mesjid yang di bangun di abad ke 15." ucap Adicandra
"Serius?" tanya Anisa exited, Anisa paling senang pergi ke tempat-tempat bersejarah. Terutama Masjid...
"Kalo gitu, ke sana dulu ya." ucap Anisa seraya mengerjapkan matanya berkali-kali
"Oke oke, nanti kita lanjut main ke salah satu air terjun." jawab Haidir
"SETUJUUUU" jawab mereka dengan kompak.
"Gue nyusul ya, gue mau ajak Anin dulu ke Gramed." ucap Yas, Anin menggoyangkan tubuhnya dengan sangat senang.
"Ok sip"
.
.
Waktu pun berlalu, sejak pagi semua sudah sibuk. Asisten pun, sudah menyiapkan sarapan sejak pagi buta. Bahkan mereka juga meminta bekal untuk di bawa, karena ternyata mereka merasa cocok dengan masakan asisten tersebut.
"Inaq yakin tak ikut kami?" tanya Kalila pada sang asisten
"Kalian sajalah, selamat bersenang-senang di sana. Pokonya jaga sikap selama di sana ya, jangan pecicilan." jawab asisten yang bernama Lidya
"Baik Inaq" jawab mereka serempak
"Kalau gitu kami duluan ya ke Gramedia, biar bisa segera menyusul kalian." ucap Yas, mereka berdelapan pun mengangguk.
"Inaq, kami pamit. Assalamu'alaikum" Yas dan Anin mencium punggung tangan asisten tersebut
"Wa'alaikum salam" Anin menggenggam erat tangan sang abang, dengan senyuman yang begitu lebar.
Mobil sudah di siapkan, mereka pun naik dan berlalu pergi.
"Kalau begitu kami juga berangkat, inaq. Kalau ada apa-apa, hubungi kami. Jangan sungkan" ucap Haidar
"Baik tuan muda" jawab Lidya
"Assalamu'alaikum" salam mereka, setelah mencium punggung tangan Lidya.
"Wa'alaikum salam" jawab Lidya tersenyum, ia sangat beruntung menjadi seorang pelayan di sini. Anak-anak seusia mereka, sangatlah sopan dan juga menghargai orang kecil sepertinya.
.
Begitu sampai di Gramedia, Anin bersorak kegirangan. Ia turun dengan terburu-buru, bahkan hampir tersandung jatuh.
"Hati-hati dek" teriak Yas, Anin malah cengengesan.
"Ayo cepetan masuk, udah ga sabar." ucap Anin tidak sabar
"Iya adek, tapi pelan-pelan. Kalau jatuh, aku tinggal." jawab Yas, Anin pun diam dan melanjutkan jalan dengan pelan. Yas tertawa, melihat kelakuan adiknya tersebut.
Begitu sampai di dalam, matanya berbinar. Karena melihat surga buku, ia melupakan peraturan tidak boleh lari-lari. Yas hanya menghembuskan nafasnya pelan, lalu ia pun memilih mencari buku yang sekiranya menarik.
.
Di tempat Anin, ia berjalan dari satu rak ke rak lain. Sampai akhirnya ia pun berjalan pelan, di rak novel dan komik keluaran terbaru.
Begitu banyak yang menurut nya menarik, ia lalu menghubungi sang abang.
"Bang"
'Hmm'
"Berapa buku?"
'Masing-masing 10' Anin membulat kan kedua bola matanya, jawaban yang sangat ia sukai
"Banyaknyaaaa, terimakasih abangku tercinta. Muaaahhh.... " Anin menyudahi panggilan tersebut, ia dengan semangat 45 mencari buku-buku yang ia inginkan.
Sampai dimana tangannya bersentuhan dengan tangan seseorang, yang juga mengambil buku yang sama.
SREEETTT
Anin langsung melepaskan tangannya dan menatap penuh selidik, pada wanita di sampingnya tersebut.
"Maaf, kalo memang kamu mau buku ini. Silahkan" ucap wanita itu tidak enak, ia pun memberikan bukunya pada Anin.
Anin menerimanya, setelah berterima kasih. Anin pun melanjutkan langkahnya, untuk mencari buku lain.
Namun pikirannya mulai bercabang, dengan apa yang ia lihat sepintas tadi.
'Itu apa ya? Kejadian kapan? Kalau sudah terjadi, harusnya dia tidak terlihat baik-baik saja bukan? Semoga dia baik-baik saja' gumamnya dalam hati, ia pun kembali fokus dengan buku-bukunya.
"Sudah?" tanya Yas
"Belum semua, bari dapet 6." jawab Anin
"Jangan terlalu lama, kita kan akan menyusul yang lain." ucap Yas
"Oh iya ya" Mata Anin menatap sekeliling, ia pun mendapatkan buku yang ia mau.
Setelah selesai, mereka ke kasir untuk membayar belanjaannya. Setelah itu menghubungi Haidar, menanyakan sudah ada dimana?
Ternyata mereka baru selesai dari Masjid, sekarang mereka akan lanjut ke air terjun Sendang Gile.
Dengan bantuan si mbah gulu maps, mereka pun menyusul kedelapan saudaranya.
"Ada apa?" tanya Yas
"Hmm?" tanya Anin balik, ia yang tadinya menatap jendela. Kini beralih, menatap Yas.
"Kamu seperti sedang memikirkan sesuatu" jawab Yas, Anin terdiam lalu mengangguk.
"Tadi di toko buku, aku tidak sengaja menyentuh tangan seseorang. Dan... Aku melihat sekilas bayangan, entah itu bayangan sudah terjadi atau belum. Kalau sudah, seharusnya ia tidak baik-baik saja bukan? Tapi... semoga itu hanya masa lalu, bukan mas yang akan datang." jawab Anin, Yas meng Aamiin i ucapan Anin.
Setelah beberapa lama, mereka pun tiba di tujuan. Tetapi kedelapan saudaranya belum sampai, jadi mereka memilih untuk menunggu di mobil. Anin mengambil salah satu buku barunya, ia mulai membacanya.
Sedangkan Yas malah jadi memikirkan, apa yang di ucapkan sang adik.
"Apa Anin sekarang bisa melihat masa depan??" gumamnya pelan, seraya menoleh pada sang adik
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift, vote, dan masukin ke dalam favorit.... 🥰🥰🥰
...Happy Reading all💓💓💓...
jiaahhh gasss pollll