Sinopsis Lovasains
Bagaimana jika cewek tomboy dekat sama cowok pintar sains yang dingin nggak banyak bicara apalagi satu bangku? Raut wajahnya penuh ambisius dan dendam. Bisa bersatu nggak layaknya komponen minyak dan air. Namanya Tama pindahan dari SMA Pelita Indah dia cakep sih cuma nggak banyak bicara, misterius. Kedekatannya membuat ketua geng Dewa yang bernama Keenan, geng motor yang terkenal tapi anti tawuran membuka kembali kartu joker yaitu kartu kematian.
Dera dan Tama yang makin lama dekat dengan Tama mulai jatuh hati, sampai akhirnya saat berada di rumahnya sebuah rahasia besar terbongkar. Rahasia di luar nalar. Saat setelah selesai olimpaiade sains, geng Elang membuka rahasia besar yang membuat geng Dewa marah besar dan terjadi tawuran.
Apa rahasia tersebut? Apakah ini ada kaitannya dengan Tama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyni Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH TOPENG
Motor sport hitam melaju dengan kecepatan tinggi. Sampai di berhenti di depan danau dekat taman kota yang biasanya geng Dewa dan geng Elang balapan, tapi kali ini arena balap di isi geng lain. Dera membuka helmnya dan duduk di atas motornya. Mumpung orang tua lagi di Yogya dia bisa berangkat sekolah naik motor daripada di antar mobil. Tidak bisa bebas. Kali ini pikirannya masih kacau apa yang barusan dia temukan tadi di kelas.
Sekelebat dia melihat Doni. Pimpinan area balap. Iya, Dera tidak begitu kenal, kenal juga saat di ajak Keenan melihat balapan motor kemarin. Mungkin dia bisa bantu mengatasi masalahnya. Dera langsung menghampiri Doni.
Apakah semua pasukan geng motor kebanyakan rambut panjang? Jawabannya mungkin iya. Dera melihat rambut Doni yang panjang hingga sampai tengkuk dan berantakan. Mungkin cowok ini jarang sekali sisiran.
“Permisi,” Sapa Dera.
Doni melirik siapa yang memanggilnya. Suaranya jarang sekali dia dengar tapi wajahnya tidak asing lagi.
“Bukanya Lo temannya Keenan?” Doni meyakinkan lagi, dia menghisap dan menghembuskan gumpalan rokoknya. Asapnya membuat Dera sedikit batuk-batuk.
“Iya. Cuma gue nggak nyari Keenan. Gue ingin minta tolong kepada Lo. Maaf bisa nggak, rokoknya dimatikan, gue alergi asapnya.”
“Hobi Lo ternyata ngurusin hidup orang aja.” Doni menghembuskan rokoknya dan menatapnya dengan sinis.
“Merokok bikin umur Lo berkurang, Lo tahu sendiri akibat orang merokok. Tuh, digambar ada.”
“Bawel amat sih Lo jadi cewek." Kali ini Doni menatapnya dengan sinis. "Udah cepetan Lo mau apa?" Doni membuang rokok yang sisa sedikit.
Dera sedikit gugup dan takut, pasalnya gerombolan Doni sedang mengerumuni dirinya. Bagaikan santapan lezat, kenapa geng Elang dan Dewa suka sekali nongkrong dengan Doni cs. Doni sepertinya anak kuliahan terdapat jas almamater warna biru yang dilipat di tas belakangnya.
Dera menghela nafas panjang dan mengatur nafasnya.
"Gue ingin tahu di mana markas geng Elang."
Mengatakan hal tersebut membuat Dera was-was. Doni langsung mengernyitkan dahinya. Wajahnya tampak tak percaya dengan ucapan gadis yang ada di depannya.
"Coba sekali lagi bilang?" Doni mendekatkan telinga ke arah Dera.
Segerombolan Doni cs malah tertawa terbahak-bahak. Seolah Dera orang bodoh yang pernah dia kenal.
Astaga, ada yang aneh? Memang kenapa dengan geng Elang. Oke, gue tahu dia terkenal brutal tapi ada hal lain yang harus gue tahu.
"Anjir, Lo mau cari kutu atau cari mati kesana?" Celetuk cowok rambut gondrong seolah meremehkan Dera.
"Gue nggak peduli. Gue mau tahu di mana markas geng Elang." Dera tetap ngotot.
Doni hanya menggelengkan kepalanya dan merogoh saku celananya. Melihat handphonenya dengan serius.
"Nih lihat dengan baik-baik" Doni menyodorkan handphonenya.
Instagram dari komunitas The Devil. Berita tentang geng Elang habis memukul geng Readfors tanpa ampun, ketua Wena harus menerima kekalahan.
Dera langsung syok, ini perempuan yang di pukul. Benar geng Elang tidak memandang cowok ataupun cewek. Benar-benar sadis.
"Tahu, kan? Ini ketua geng loh yang terkenal pintar silat, tepar juga di sentil Elang. Lah loh, cewek biasa tanpa ada keahlian mau bertemu Elang. "Doni masih mengingatkan Dera. Lelaki ini tidak mau Dera kenapa-napa.
"Udah, Neng Lo bisa check In tapi nggak bisa Check out."
"Lo kata dia mau ke hotel."
"Hotel kematian kali, njir.”
"Pikirkan baik-baik. Nggak ada geng lain yang mau kesana. Keenan saja ketua geng Dewa ogah kesana. Daripada ribut dan gue sampai seditik inipun belum pernah mampir ke sana, iya hanya di kasih alamat saja tapi malas kesana.”
“Gue mau tetap ke sana.” Dera bertekad bulat.
Doni dan teman-temanya hanya bisa saling bertatap muka. Nyali cewek ini gede juga. Semakin mereka menghentikan langkahnya ke sana semakin Dera ingin pergi kesana dan penasaran. Segitu takutnya mereka dengan markas geng Elang.
“Gue nggak tanggung jawab jika Lo ada apa-apa. Ini alamatnya.” Doni akhirnya pasrah dan memberikan secarik kertas berisi alamat geng Elang.
“Ingat, Lo bisa check In tapi nggak bisa check out. Ayo gaes, kita lanjut balapan.” Doni akhirnya pergi meninggalkan Dera.
Sebelum melangkah jauh Doni menyempatkan menoleh ke arah Dera yang masih bengong dengan kertas yang di berikan Doni. Doni jadi penasaran ada hal apa sehingga cewek ini bertekad bulat ke markas geng Elang, dia harap Elang tidak akan berbuat macam-macam kepada gadis yang tidak bersalah ini.
***
Sebuah gudang yang lumayan jauh dari keramaian sudah ada di depannya. Dera masih memastikan jika alamat yang diberikan Doni benar. Jl Durian 23.
Dera melihat sekelilingnya sepi hanya ada satu gudang dan lima rumah, alamat yang di berikan Doni tepat di gudang. Dera turun dari motornya. Hatinya tambah was-was bertemu dengan geng Elang.
“Oke, Dera keputusan lo sudah bulat ke sini. Ini demi cinta Lo, demi suatu kepercayaan dan kejujuran. Gue muak dengan geng Elang.” Dera bicara sendiri. Kedua tangannya mengepal kuat dan menahan amarah.
Derap langkah sepatu Dera sedikit menggema. Pintu besi geser warna hitam dan ada stiker geng Elang Riders. Fix ini adalah markas mereka.
Sebelum menggedor pintu, Dera mengambil sebuah batu yang lumayan besar. Sebuah gedoran pintu berkali-kali menggema. Dera beberapa kali menggedor pintu dengan batu yang sangat keras.
“WOI, SIAPA YANG GEDOR PINTU, NJIR!” Marvel langsung bangkit sambil mengangkat celana jeansnya yang kedodoran.
“Gila tuh orang nggak tahu kalau markas kematian.” Sahut Danu.
“Berani banget tuh orang datang kemari. Mau cari mati.” Marvel sedikit kesal karena makin lama suara gedoran pintu semakin keras.
Namun, suara gedoran pintu tersebut semakin kuat. Telinga mereka memanas apalagi Ziko, yang terganggu bermain mobile Legend. Hampir saja push rank.
“Bodoh, gue kalah. Gara-gara suara itu gue nggak konsen!” Ziko melempar handphonenya sembarangan. “Siapa yang gedor pintu kaya orang kesurupan?” Ziko geram.
Ziko berjalan tegap dan urat nadinya sampai terlihat. Gunung amarah akan memuntahkan lavanya. Ziko paling tidak suka jika sedang push rank game ada yang mengganggunya.
Brak!
Ziko membuka pintu besinya dengan kuat. Betapa kagetnya dia berdiri seorang cewek yang menjadi musuh geng Elang. SMA Tunas Bangsa.
Brak!
Sebuah tendangan keras dari Ziko pada gentong plastik yang ada di sampingnya. Amarah lelaki ini memuncak melihat bahwa orang yang menggedor pintu adalah Dera.
“LO!” Ziko menunjuk ke arah Dera.
Dera menepis tangan Ziko.
Anggota geng Elang langsung kaget. Beraninya si Dera berani dengan geng Elang yang terkenal brutal.
“Lo tahu kita habis apa …?”
“Lo habis pukuli Wena seorang cewek ketua geng Readfors tanpa ampun. Punya otak nggak kalian ini? Otaknya di pakai di pantat. Bisa-bisanya pukul seorang cewek. Tahu nggak apa yang kalian lakukan ini, dengan kata lain NGGAK PUNYA MUKA!” Dera berkata dengan lantang dan sedikit memajukan wajahnya.
Plak!
Tamparan keras mengenai pipi Dera.
“Lo punya ibu? Lo punya pacar? Apa ini kelakuan kalian? Miris melihat geng kalian yang sok gentle tapi hatinya busuk!” Dera masih melawan meskipun dalam hatinya merintih kesakitan akibat tamparan dari Ziko.
Ziko melayangkan tangannya ingin menampar Dera.
“Kenapa? Tampar saja! Bukanya ini kelakuan buruk kalian? Tampar!”
Plak!
Dera kira Ziko mengurungkan niatnya tapi salah. Justru tamparan kedua sangat keras sekali. Dera ingin menangis tapi dia tidak mau terlihat lemah di depan geng Elang.
“Disini bukan tempat buat ceramah dan pidato. Lo pergi sebelum kesabaran gue habis.” Terang Ziko.
“Gue mau ketemu sama MR In sekarang!”
“Anjir, Lo ngapain ketemu bos gue? Nyari mati Lo? Woi, Lo tahu pepatah kita bagi musuh Lo bisa check In tapi nggak bisa check out."
"Gue nggak peduli. Yang jelas gue ingin ketemu Mr In sekarang juga. Titik nggak pakai ribet." Dera bersikeras.
"Gila, Ko cewek ini ngasih nyawanya buat kita."
"Kalian bukan Tuhan. Sekali lagi gue bilang Dimana Mr In?" Kali ini Dera sudah tidak sabaran lagi.
Suara langkah sepatu membuat mereka terdiam dari balik pembatas ruangan keluarlah Mr In yang di nanti oleh Dera. Rasanya ia ingin marah dengan geng elang. Markas mereka cukup luas di sebuah gudang. Keempat motor sport mereka di parkir di dalam. Sofa panjang busa warna maroon dan banyak pajangan ornamen tema motor.
"Lo ngapain cari Mr In? Mau mati? Mau nyerahin nyawa Lo?" Ziko bertanya sekali lagi.
"Berisik." Suara tegas Mr In.
Dera masuk ke dalam markas geng Elang tidak peduli tangan Marvel dan Ziko memegangnya. Dengan lantang Dera menepisnya, dia melangkah maju mendekati Mr In.
"Pengecut." Kata itu yang hanya bisa Dera ucapakan.
"Lo mau kesini atau cari mati? Tidak ada yang bisa menolongmu."
"Gue nggak peduli. Buka masker Lo!" Perintah Dera dengan kasar.
Senyuman tipis membentuk garis di sudut bibir Mr In. Berani sekali dia menyuruh gadis bodoh ini membuka masker.
"Gaes, itu cewek makin lama kurang ajar. Eksekusi langsung. Gue gedek lihat mukanya." Marvel mengambil tongkat bisbol dan ingin memukul Dera tapi di cegah oleh Dera.
"Kenapa nggak mau? BUKA MASKER LO!" Nada Dera semakin tinggi. Kerongkongannya terasa tercekat dan sangat sulit untuk bicara.
"Tutup pintunya dan masukkan motor cewek ini kedalam. Jangan sampai ada yang tahu keberadaan dia disini." Perintah Mr In dengan tegas.
"Oke gas." Ziko terlihat senang dengan perintah Mr In. Itu berarti eksekusi di mulai.
Dera tidak peduli dan cuek. Kedua matanya masih menatap wajah Mr In.
"Buka masker Lo!" Perintah Dera dan dia tidak pantang menyerah sampai Mr In menuruti kemauannya. Terdengar pintu di geser lalu di tutup.
"Muka gila nih cewek motornya bagus amat, bisa dong di hancurin!" Celetuk Marvel.
Dera memejamkan kedua matanya sejenak. Rasanya dia mau di lempar ke sebuah tebing yang tinggi. Mau di apakan dirinya selanjutnya.
Mr In beranjak dari tempatnya tanpa memedulikan perintah Dera.
"GUE PERINTAHKAN SEKALI LAGI, BUKA MASKER LO TAMA RAVINDRA SHAN!!!" Akhirnya kata itu berani dia ucapkan. Dadanya sesak melihat kenyataan yang pahit.
Saat itu, Dera ingin meletakkan kado berisi love ke dalam tas Tama, tapi dia menemukan sebuah buku dengan logo geng elang Mr In. Dera membuka buku tersebut dan di halaman depan bertuliskan Tama alias Mr In. Melihat kenyataan pahit, Dera sangat syok.
Mr In berhenti sejenak.
"Kenapa Lo nggak buka topeng Lo? Kenapa? Sandiwara apa yang Lo lakukan, Tama?" Akhirnya Dera tak bisa menahan tangisannya.
Geng Elang hanya bisa bengong mendengar perkataan Dera. Mr In balik badan dan melihat Dera jongkok. Senyuman sinis dan licik masih saja ada di wajah Mr In.
"Ziko, ikat dia. Kali ini gue yang eksekusi dia. Taruh di kursi kematian dan ambil hpnya. Masuk chat dan ketik saya tidak pulang hari ini, saya ada urusan jangan khawatir." Perintah Mr In.
Ziko langsung menyeret tubuh Dera.
"LEPASIN GUE! LEPASIN GUE, GILA, BODOH, KURANG AJAR!" Dera meronta-ronta saat Ziko menyeretnya di kursi kayu dan diikat. Astaga, benar-benar keterlaluan geng Elang. Yang lebih keterlaluan adalah Mr In alias Tama, dia dengan santai dan cuek berdiri sambil memandangi dirinya di ikat.
"Kalian, cabut saja. Biar gue yang mengatasi cewek bodoh ini."
"SIAP!" Kata anggota geng Elang serempak dan antusias.
Dera bingung apa yang akan di lakukan Tama? Topeng bagaikan kematian memang sadis di dalam dirinya.