NovelToon NovelToon
Rahim Titipan

Rahim Titipan

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:37M
Nilai: 4.9
Nama Author: Almaira

Aaric seorang CEO muda yang belum terpikir untuk menikah harus memenuhi keinginan terakhir neneknya yang ingin memiliki seorang cicit sebelum sang Nenek pergi untuk selama-lamanya.
Aaric dan ibunya akhirnya merencanakan sesuatu demi untuk mengabulkan keinginan nenek.
Apakah yang sebenarnya mereka rencanakan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bermain Bola.

Naina yang sedang membantu Ibu Sumi memasak untuk makan siang, tampak tidak berkonsentrasi, dia terlihat lebih banyak bengong dan melamun sesekali dia juga tampak gusar memikirkan nanti jika nanti malam dirinya dan Aaric harus kembali tidur di kasur kecil di kamarnya..

"Kakak. Ini baju suami kakak." Tiba-tiba seorang anak berlari dan memberikan kemeja Aaric padanya.

Naina tampak bingung melihat kemeja hitam Aaric di tangannya, dia yang penasaran langsung meninggalkan dapur untuk mencari tahu kenapa suaminya itu membuka bajunya.

Naina tidak menemukan Aaric di manapun termasuk di kamarnya, lalu samar-samar dia mendengar suara riuh anak-anak yang tengah bermain di lapangan.

Naina lalu berjalan menuju lapangan, dia nampak terkejut melihat suaminya ternyata tengah ikut bermain bola dengan anak-anak panti.

Saking asyiknya bermain bola, Aaric tak menyadari jika Naina tengah memperhatikannya di pinggir lapangan, dia terus bermain hingga tak menghiraukan jika seluruh badannya telah kotor.

Naina tersenyum melihat Aaric yang rupanya juga bisa bercanda, berbuat iseng dan jahil, membuat dirinya dikejar-kejar oleh semua anak-anak hingga akhirnya dia dikeroyok oleh semuanya, Aaric tampak tertawa geli ketika mereka semua menindih dan menggelitik badannya untuk balas dendam.

Melihat suaminya ditindih oleh banyak anak, membuat Naina yang melihat sedikit khawatir, dia takut jika Aaric akan terluka dan cedera, Naina lalu mendekati mereka semua dan memintanya untuk berhenti.

Mendengar permintaan Naina, semua anak-anak menghentikan aksinya, mereka semua bangun dan langsung pergi karena Naina menyuruh untuk beristirahat.

Aaric yang kelelahan nampak masih terbaring di atas rumput, memperhatikan Naina yang berdiri di atasnya.

"Kamu tidak apa-apa?" Naina berjongkok melihat keadaan suaminya.

Aaric menggelengkan kepalanya.

"Apa kamu mengkhawatirkanku?" tanya Aaric senang.

Naina diam tak menjawab. Membuat Aaric menipiskan bibirnya.

"Kenapa kamu menghentikan mereka, kami sedang asyik bermain." tanya Aaric lagi sambil bangkit untuk duduk, membuat wajahnya berada sangat dekat dengan wajah istrinya yang berjongkok di depannya.

Naina yang kaget langsung mundur hingga membuatnya duduk, Aaric langsung tersenyum melihatnya.

Kini mereka duduk di atas rumput hijau saling berhadapan.

"Ini kali pertamanya bagiku bermain bola lagi setelah ayahku meninggal lima tahun lalu." ucap Aaric lirih.

Naina menatap wajah suaminya.

"Dari kecil aku dan ayahku selalu bermain bola bersama, itu adalah permainan favorit kami, tapi pada saat usiaku tujuh belas tahun ayah tidak pernah lagi turun ke lapangan, dia hanya melihatku bermain di pinggir lapangan, aku sempat merasa kecewa namun kemudian aku mengetahui alasannya tidak mau lagi bermain denganku."

"Kenapa?" tanya Naina penasaran.

"Secara tidak sengaja aku mendengar jika ayahku sakit, dia mengidap kanker dan umurnya tidak akan lama lagi."

Naina menatap wajah Aaric yang redup.

"Tapi aku berpura-pura tidak mengetahuinya karena mereka ingin merahasiakannya dariku."

"Ayahku selalu berusaha tampak kuat di hadapanku walaupun sebenarnya aku tahu jika dia sedang kesakitan berjuang melawan penyakitnya."

Naina merasakan kesedihan di hatinya melihat Aaric yang bercerita sambil menahan tangis.

"Setiap akhir pekan kami masih terus pergi ke lapangan untuk bermain bola walaupun dia hanya melihat saja. Semuanya terus berlangsung hingga usiaku menginjak dua puluh lima tahun saat itu penyakit ayahku sudah semakin parah, dan dia tidak bisa lagi menemaniku bermain bola hingga akhirnya beliau wafat. Dari situlah aku tidak pernah bermain bola lagi karena semuanya mengingatkanku padanya."

"Lalu kenapa kamu bermain bola sekarang?" tanya Naina pelan.

"Karena aku sedang sangat merindukan ayahku. Juga karena anak-anak itu. Mereka mengingatkanku pada masa kecilku yang bahagia, bermain bola sambil tertawa tanpa beban." Aaric berusaha untuk tersenyum

Naina yang melihat senyum yang dipaksakan itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak menyangka jika Aaric mempunyai cerita menyedihkan di hidupnya.

"Sekarang aku merasa sangat bahagia, bermain bersama mereka membantu mengurangi kerinduan pada almarhum ayahku." Aaric menatap wajah Naina.

"Kenapa terdiam, apa kamu terenyuh mendengar ceritaku?"

Naina tersentak.

"Bajumu kotor sekali. Pergilah mandi aku akan ke pasar sekarang." Naina bangkit dari duduknya.

"Mau apa?" tanya Aaric juga berdiri.

"Membeli baju untukmu, kamu tak ada baju ganti," jawab Naina sambil berjalan, Aaric mengikutinya dari belakang.

Mereka telah sampai di kamar, Naina memberikan suaminya sebuah handuk dan menyuruh Aaric untuk segera pergi ke kamar mandi.

Aaric malah terlihat mendekati sebuah meja kecil di samping tempat tidur dimana dompet dan ponsel miliknya tergeletak disana.

Aaric mengambil dompet lalu terlihat mengambil sesuatu didalamnya.

"Pakailah kartu ini untuk berbelanja, aku tidak punya uang tunai."

"Tidak usah, uangku cukup untuk membeli bajumu."

"Tidak. Ambillah kartu ini, jangan pakai uangmu. Kumohon." Aaric meminta dengan sangat.

Naina menyerah, dia mengambil kartu dari tangan suaminya.

"Sekalian belilah semua kebutuhan panti,"

"Semuanya sudah dibeli secara bulanan oleh ibu dan pengurus panti."

"Beli apa saja, makanan buat anak-anak."

"Baiklah."

Naina keluar kamar, dia berjalan sambil tersenyum merasa lucu karena menurutnya Aaric sudah mulai jatuh cinta pada anak-anak panti disini.

***

Aaric yang sudah mandi tapi masih mengenakan handuk, nampak berjalan mondar-mandir sambil menerima panggilan telepon dari sekretarisnya.

Semua jadwalnya hari ini menjadi berantakan akibat dirinya yang tidak masuk, karena itu dia harus menyusun ulang jadwal yang tertunda untuk dialihkan ke lain waktu.

"Tolong handle semuanya, atur ulang semua agendaku yang tertunda hari ini, untuk file penting yang harus segera aku tanda tangani, kirimkan saja ke emailku, aku akan memeriksanya disini."

"Baik pak," jawab sekretarisnya.

Aaric menutup teleponnya, dia lalu melihat jam di ponselnya, sudah hampir satu jam Naina pergi tapi belum juga kembali.

Tiba-tiba ponselnya kembali berdering, dia tersenyum kecil ketika melihat nama Dani tertera di layar ponsel, ini mungkin sudah panggilan yang ke dua puluh darinya dan sama seperti panggilan sebelumnya, Aaric sama sekali tidak berniat mengangkatnya, dia ingin membuat kedua sahabatnya itu kelabakan mencarinya.

Tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti, dia lalu melihat di balik jendela di kamar, Naina turun dari mobil itu disusul oleh seorang pria.

Jantung Aaric berdebar, melihat Naina dan pria itu berjalan berdampingan dengan akrabnya, bahkan tak segan Naina melempar senyum padanya seakan tak ada jarak diantara mereka.

Aaric mengepalkan tangannya, dia lalu menatap pintu kamar, menanti Naina membukanya.

Dan benar saja, tak lama Naina membuka pintu itu dan langsung memasukinya.

"Ini bajumu, semoga kamu suka." Naina memberikan kantung plastik yang dibawanya.

Bukannya mengambil kantong itu, Aaric malah menatap Naina dengan kesal.

"Siapa pria itu?" tanya Aaric berkacak pinggang.

1
Ds Phone
hanya anak jadi ubat nya
Ds Phone
kenapa keritis
Ds Phone
jumpa kau ni lagi hantu
Ds Phone
jangan harap kau kena cukup cukup dulu
Ds Phone
dia orang nya rupa nya
Ds Phone
itu angan angan dia fari kecil
Ds Phone
apa dia agak nya
Ds Phone
gila cinta habis
Ds Phone
ni satu lagi musuh meraka
Ds Phone
dia sayang ibu dia
Ds Phone
dia dah tahu rupa nya
Ds Phone
perumpuan tu tak habis habis buat jahat
Ds Phone
yang jahat bini dia
Ds Phone
apa yang dia buat pulak
Ds Phone
meraka bertemu
Ds Phone
kau kacau lagi anak kau bini kau tu no satu nya
Ds Phone
dah jumpa pulak
Ds Phone
emak dia ni buat kacau lah dengan masalah dia lagi
Ds Phone
dia pun rindu tapi keras kepala
Ds Phone
semoga nia akan dengar suaima nys
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!