Apa jadinya jika menantu yang selama ini di benci bahkan di caci merupakan seorang yang sangat berada jauh di atasnya bahkan uang yang di gunakan foya-foya selama ini adalah uang menantunya ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss el, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BMS.23
Setiap masalah akan selesai jika kedua pihak memiliki keinginan untuk berdamai tapi jika salah satunya tidak mau mengakui kesalahan tetap saja perdamaian itu akan sulit diraih.
Apalagi perselisihan yang terjadi antara bu Asri dan Kasih, sebenarnya masalah ini akan cepat selesai hanya saja Bu Asri belum mau mengakui kesalahan yang pernah dia perbuat kepada menantunya itu dan tetap dia teguh dengan pendirian bahwa dia tidak bersalah sama sekali.
Masalah ataupun tidak tetap jika kita dilibatkan dalam suatu masalah maka kita harus mau menyelesaikan agar semua ini tidak berlarut dan akan berakibat panjang di kemudian hari.
Bukankah hidup damai itu lebih indah daripada berselisih hanya karena hal yang sepele.
Di rumah Abi pasangan suami istri itu sudah bersiap-siap untuk mendatangi kediaman orang tuanya untuk menyelesaikan konflik yang sebenarnya tidak harus terus ada jika Bu Asri mau menantunya dengan tulus.
"Pokoknya hari ini masalah yang ada harus selesai, nggak enak salah satu anggota keluarga ada yang berselisih paham apalagi ini hanya masalah kecil,"
Abi mengusap sayang kepala istrinya yang sedang menyisir rambut di depan kaca rias.
Memperhatikan wajah cantik itu dari pantulan kaca di depannya membuat Abi jatuh cinta setiap hari kepada istrinya.
Wajah cantik ini serta sifat lemah lembut yang telah memikat hati Abi di setiap pertemuan mereka yang baru saling mengenal.
Masih segar di ingatan Abi bagaimana istrinya ini begitu tidak membedakan orang walau di awal pertemuan sekalipun.
Kasih begitu baik kepada semua orang dan memandang rata siapa saja yang ditemuinya bahkan tak segan-segan menolong jika ada yang butuh pertolongan.
"Iya Mas aku juga ingin dekat dengan ibu tapi sepertinya agak sulit ya Mas, Ibu kayak memiliki dendam kepada ku,"
Wajar Kasih bicara seperti itu karena Bu Asri memang selalu memandang miring kepada Kasih walaupun dia tidak ada melakukan apa-apa.
Sepertinya orang yang berada di bawah status sosial yang dimiliki Bu Asri maka Bu Asri lebih memilih menganggap tidak ada keberadaan orang itu atau bisa saja dia berbuat seperti perlakuan dia kepada Kasih.
"Mas juga ingin kalian semua berdamai dan beriringan sejalan tanpa harus ada perselisihan. Buat apa ribut jika perdamai itu lebih indah,"
Memang damai itu indah tapi bagi orang yang suka sekali mencari masalah justru keadaan suka mereka balik, maka perdamaian itu membuat dia tidak nyaman dan lebih suka mencari masalah.
"Sekarang kita sarapan dulu ya setelah itu baru berangkat ke rumah ibu,"
Bisa saja mereka sarapan di rumah orang tua Abi tapi apa kamu mungkin sampai di sana mereka masih memiliki selera makan apalagi nanti disambut oleh Bu Asri dengan tatapan yang seakan menelan Kasih hidup-hidup.
Sudah pasti Bu Asri akan melihat Kasih seperti bertemu musuh yang sudah lama bersembunyi dan kini mulai menampakkan diri.
"Iya mas,"
Akhirnya mereka udah sarapan dengan tenang sambil sesekali Abi menyuapi istrinya dengan alasan menyuruh mencicipi makanan dia sendiri dan berkata ini lebih enak. Padahal makanan mereka itu sama jadi tidak ada bedanya apalagi soal rasa namun kasih tetap menerima itu dengan baik dan menyetujui ucapan suaminya.
Tapi begitulah jika orang saling memiliki maka akan tetap merasakan perbedaan di setiap makanan jika disuapi oleh orang yang berbeda.
"Kita berangkat,"
Selesai sarapan mereka pergi ke tempat tujuan awal yaitu mendamaikan kasih dan Bu Asri, semoga saja rencana ini berjalan dengan lancar dan perdamaian itu segera mereka peroleh.
Abi melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dengan sebelah tangannya menggenggam erat tangan kanan istrinya.
Kasih santai saja selama di perjalanan karena tidak ada yang perlu ditakutkan sebab di sini dia tidak salah dan juga masalah selama ini Kasih tidak terlalu ambil pusing.
Tapi keadaan itu berbanding terbalik dengan apa yang sedang dirasakan oleh ibu Asri sebab dia tidak menyangka akan disidang seperti ini apalagi bersama menantu yang tidak dia inginkan selama ini.
"Kenapa harus di sidang? Sudah seperti narapidana saja atau seperti anak kecil yang melakukan kesalahan,"
Bu Asri sedang gelisah di dalam kamarnya karena sebentar lagi anak dan menantunya datang namun dia masih belum bisa menguasai diri.
Dan otaknya lagi berpikir alasan apa yang akan dia gunakan nanti agar tidak terus disalahkan seperti hari kemarin.
"Padahal aku belum sempat membalasnya tapi kenapa harus dipertemukan lagi seharusnya tunggu dulu aku membalas gadis itu baru mendamaikan kami,"
Otak Bu Asri terus berpikir namun yang ditemukannya hanya jalan buntu dan juga perasaan cemas yang tiba-tiba menghantuinya.
Karena jika sudah dihadapkan pada keadaan yang sekarang maka akan sulit untuk dia mengelak karena tidak mungkin Abi dan kasih saja yang datang sudah pasti ada orang lain yang akan mempersulit posisinya, fikir Bu Asri.
"Hah dia sudah datang,"
Kaget Bu Asri saat mendengar klakson mobil dari luar dan sudah dipastikan jika Itu adalah mobil milik Abi beserta istrinya.
Cepat-cepat dia masuk ke dalam kamar mandi untuk menetralkan rasa gugupnya.
Kenapa baru sekarang dia merasakan ketakutan padahal saat berbuat kesalahan dia tidak memikirkan efeknya sampai sejauh ini.
Saat itu dia hanya memikirkan bagaimana caranya membuat menantunya tidak betah dan tidak berpikir bahwa perlakuan dia akan cepat ketahuan hingga datang hari ini.
\=\=\=\=\=
"Ayo masuk,"
Saat Abi datang kebetulan papanya ada di luar hingga laki-laki paruh baya itu langsung menyambut kedatangan anak dan menantunya.
"Papa apa kabar?"
"Papa baik,"
Setelah basa-basi sebentar mereka bertiga masuk ke dalam dan Kasih langsung ke dapur untuk membuatkan minuman untuk mereka bertiga.
Walaupun kedatangan dia untuk menyelesaikan perselisihan yang ada tapi tetap Kasih tidak mau seperti lagi bertemu di rumah ini.
Jadi dia sudah tahu apa yang harus dia lakukan contohnya membuat minuman untuk mereka bertiga.
"Ayo di minum dulu pa mas,"
Mereka mengobrol dan di tengah obrolan mereka papa Abi menyuruh asisten rumah tangganya untuk memanggil Bu Asri keluar berkumpul bersama mereka.
Padahal di dalam sana Bu Asri lagi cemas sebab setelah hari ini dia tidak bisa lagi menindas menantunya karena sudah pasti setiap pergerakannya diawasi.
"Sini duduk Bu,"
Memanggil dengan nada yang biasa namun tetap saja menurut Bu Asri itu adalah panggilan horor sebab sebentar lagi segala kejahatan yang pernah dilakukan kepada kasih terbongkar sudah dan dia sangat mengutuki menantunya di dalam hati.
Dengan tidak semangat buat Sri duduk di sebelah suaminya namun sesekali dia menatap dengan tanda permusuhan ke arah menantunya seolah-olah lewat pandangan itu dia berkata " puas kamu sudah mengadu saya dengan suami dan anak saya " tapi itu semua tidak bisa di dalam sampaikan secara langsung karena sekarang suami dan anaknya sudah berpihak kepada Kasih.
"Ibu tahu kan kenapa sekarang kita lagi berkumpul di sini?"
Bu Asri menarik nafas dengan pelan tidak dia sangka baru beberapa menit dia duduk sudah mulai di sidang saja dan itu membuat dia semakin kesal kepada menantunya itu.
'seharusnya dia diam saja tidak perlu buka mulut dan mengadu domba aku pada suami dan anakku'
Padahal Bu Asri tidak tahu saja bahwa kasih tidak pernah menceritakan tentang apa yang telah dia perlakukan kepada menantunya ini tapi tetap saja dia selalu menyalahkan menantunya atas pertemuan sekarang.
"Kan Ibu sudah bilang pa, Ibu tidak pernah melakukan hal serendah itu apalagi untuk menyakiti istri dari anak aku sendiri,"
Kedua laki-laki beda usia itu masih saja tidak habis pikir atas jawaban Bu Asri yang belum mau mengakui kesalahannya dan tetap membela diri sendiri.
"Bik tolong panggil Tina,"
Tina memang belum berkumpul di sini dan beberapa menit kemudian gadis itu sudah duduk di sofa single yang berhadapan dengan kakak iparnya langsung.
"Kamu tahu Tina apa kesalahanmu kepada Kakak iparmu? Perbuatan mu sangat tidak terpuji dan papa tidak menyangka apakah yang selama ini papa ajarkan tidak melekat di kepalamu. Apakah papa pernah mengajarkan untuk berbuat sesuka hati kepada orang apalagi ini istri dari abangmu sendiri,"
Tina yang di beri pertanyaan seperti itu hanya diam menunduk tidak tau mau menjawab apa, karena sebagai anak remaja yang baru lulus sekolah menengah atas hanya mengikuti apa yang ajak ibunya tanpa berfikir panjang.
Kenakalan remaja lebih tepatnya.
"Maaf pa,"
Apalagi yang bisa Tina perbuat selain mengucapkan kata maaf karena membela diri pun tidak mungkin sebab jika papanya sudah berkata demikian maka akan sulit untuk membela diri.
"Bukan kepada papa kamu minta maaf tapi minta maaflah kepada kakak ipar yang telah kamu sakiti selama ini,"
Memang seharusnya minta maaf kepada Kasih karena gadis itulah yang ditindas selama menginap di rumah Abi.
Tapi beruntung gadis itu tidak keras kepala seperti ibunya namun pasti ada sedikit rasa kesal di hatinya sebab dia seperti merasa dipermalukan.
Tapi apa yang bisa dilakukan sekarang selain mengalah dan meminta maaf agar permasalahan kita berlanjut.
"Maafkan Tina kakak ipar Tina mengaku salah,"
Tina tidak mau memperpanjang masalah dan hanya akan mendapat ceramah lanjutan dari sang papa jadi lebih baik mengakui kesalahan adalah jalan satu-satunya.
"Sudah tidak apa-apa kakak juga tidak mempermasalahkan kejadian sudah berlalu, kakak cuma berharap di kemudian hari pada siapapun Tina bertemu maka sikap menghargai itu yang paling utama,"
Kasih yang memiliki hati lembut tidak ingin memperpanjang masalah apalagi selama ini mereka hanya sering menyakiti kasih lewat ucapan tapi tidak pernah main fisik.
Jadi perbuatan mereka masih bisa ditoleransi tapi setidaknya dia lega bahwa perempuan yang pernah diajak ke rumah itu tidak pernah lagi menunjukkan batang hidungnya sebab sudah dikasih oleh gadis itu peringatan hingga membuat dia kapok.
"Sekarang bagaimana dengan ibu? Apakah ibu tetap dengan pendirian ibu yang sekarang atau berdamai dengan menantu kita?"
Kini tatapan papa Abi mengarah pada Bu Asri.