NovelToon NovelToon
Amor Tenebris (Oh Lord Vampire, I Am Your Mate.)

Amor Tenebris (Oh Lord Vampire, I Am Your Mate.)

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Vampir / Cinta Beda Dunia
Popularitas:491
Nilai: 5
Nama Author: Eisa Luthfi

Amor Tenebris (Cinta yang lahir dari kegelapan)

“Di balik bayangan, ada rasa yang tidak bisa ditolak.”


...

New Book, On Going!


No Plagiat❌
All Rights Reserved August 2025, Eisa Luthfi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eisa Luthfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

...◾▪️Amor Tenebris ▪️◾...

Bab 16 – Cahaya Simbol dan Ujian Pertama

Malam datang tanpa ampun, menyelimuti gurun dan bukit pasir dengan kelam yang pekat. Bulan purnama menempel di langit, seperti mata pengawas yang menilai setiap gerak mereka. Angin malam membawa aroma tanah yang hangat tersisa siang, namun malam ini terasa lebih tegang, seolah seluruh alam menahan napas.

Lyra berdiri di tengah lingkaran simbol, Ardelia di sampingnya. Tangan Lyra gemetar, bukan karena dingin, tetapi karena kesadaran bahwa malam ini adalah titik balik. Ia harus mengaktifkan jalur simbol sepenuhnya—menguji potensi darahnya yang berbeda, dan menghadapi sosok bermahkota hitam yang kini semakin dekat.

Ardelia menunduk, menempelkan telapak tangannya di pasir, membaca aliran energi yang samar. “Kau harus merasakan ritme simbol. Jangan terburu-buru. Fokus pada aliran energi yang kau rasakan sejak semalam.”

Lyra menutup mata, menarik napas dalam. Ia mencoba merasakan denyut energi yang memancar dari pahatan, mengikuti irama halus yang seakan menari di udara. Setiap getaran menyatu dengan darahnya, membuat tubuhnya hangat sekaligus dingin, kontradiksi yang membingungkan namun membangkitkan.

Di tepi lingkaran, bayangan Theron muncul, seperti siluet perak yang tembus pandang. “Jangan berhenti, Lyra. Jika kau mundur sekarang, kau akan menyesal selamanya. Aku tidak bisa hadir secara nyata. Lord menuntutku, tapi aku akan selalu di sisimu dalam bentuk ini. Dengarkan aku, rasakan alirannya, dan kendalikan energi itu.”

Lyra membuka mata, menatap bayangan itu. “Aku… aku siap,” bisiknya, suara bergetar tapi tegas. “Aku harus tahu apa ini… dan kenapa aku berbeda.”

Langkah pertama ia lakukan—tangan menelusuri pahatan simbol, jari-jarinya mengikuti garis yang seakan hidup. Perlahan, cahaya lembut muncul, menyinari pasir di sekelilingnya. Cahaya itu berdenyut, seolah mengikuti detak jantung Lyra, tapi semakin lama, intensitasnya bertambah, hampir tak tertahankan.

Di kegelapan, sosok bermahkota hitam bergerak lebih dekat, bayangan tubuhnya memanjang di atas pasir. Matanya merah menyala, menembus setiap inci lingkaran. “Ah… manusia kecil ini… berbeda dari yang lain. Kau membawa darah yang langka. Kau pikir kau bisa menaklukkan jalur ini?” Suaranya berat, bergetar di udara, seakan memutar isi kepala Lyra.

Lyra menelan ludah, menunduk sebentar, lalu mengangkat kepalanya. “Aku tidak takut. Aku harus melakukannya. Ini bukan tentang kalian atau mereka… ini tentang aku.”

Ardelia menepuk pundaknya, menenangkan. “Fokus. Jangan biarkan ketakutanmu menjadi energi yang menghalangi. Kau mampu.”

Lyra kembali memusatkan diri. Cahaya dari simbol semakin terang, memantul di mata Ardelia yang bersinar. Bayangan Theron muncul lebih jelas, menatap dengan intensitas yang hampir menembus kulit Lyra. “Ingat, ini adalah ujian pertamamu. Jika kau gagal, konsekuensinya bisa… berat. Tapi aku tahu kau bisa, Lyra.”

Detik-detik berlalu, dan Lyra mulai merasakan energi dari pahatan menyatu dengan darahnya. Seolah jalur simbol hidup, berdenyut, dan berkomunikasi dengannya. Setiap gerakan tangan, setiap desah napas, membuat cahaya berputar, membentuk lingkaran sempurna di atas pasir.

Sosok bermahkota hitam tersenyum tipis, langkahnya semakin mendekat. “Menarik… Kau mampu menyentuh inti energi, tapi masih rapuh. Kau manusia… dan manusia itu mudah terbawa emosi.”

Lyra mengangguk, menahan napas. Ia merasakan kekuatan itu mencoba menguasainya, menggoda, dan sekaligus memanggil sesuatu yang tersembunyi di dalam darahnya. “Aku… tidak akan menyerah,” bisiknya, seolah menghardik bayangan itu sendiri.

Ardelia menatapnya kagum, namun matanya juga menandakan ketegangan. “Hati-hati… energi itu bisa menjadi pedang atau perisai. Kendalikan setiap gelombangnya.”

Cahaya di bawah tangan Lyra mulai berputar lebih cepat, membentuk lingkaran dalam lingkaran. Angin gurun mulai berputar, membawa butiran pasir kecil yang menari mengikuti aliran energi. Suara desis api terdengar, meski tidak ada api terlihat. Lingkaran simbol kini bersinar sempurna, seakan portal kecil antara dunia manusia dan dunia vampir siap terbuka.

Sosok bermahkota hitam berhenti beberapa langkah dari lingkaran. Matanya menyorot Lyra, menilai, menghitung setiap detik. “Kau manusia… tapi kekuatanmu… luar biasa. Apa kau sadar, dengan setiap detik, kau semakin menempatkan dirimu pada posisi yang berbahaya?”

Lyra menatapnya tanpa takut, tapi dalam hatinya ia merasakan tekanan yang luar biasa. Detak jantungnya berpacu, keringat dingin mengalir di dahi. Ia merasakan energi simbol mencoba merasuk lebih dalam, memanggil sesuatu yang tak ia mengerti sepenuhnya.

Bayangan Theron muncul di sampingnya, menepuk pundak Lyra dengan tangan yang tembus pandang. “Jangan biarkan dirimu kehilangan kendali. Kau bisa… rasakan ritmenya, bukan sekadar cahaya. Ritme itu adalah darahmu, kekuatanmu, bukan mereka.”

Lyra menutup mata, menenangkan diri. Ia merasakan aliran energi masuk ke dalam dirinya, menyatu dengan napas, denyut nadi, dan darahnya. Perlahan, cahaya lingkaran mulai stabil, memantul di pasir tanpa berputar liar lagi.

Sosok bermahkota hitam mengangguk tipis. “Hmmm… manusia ini… berani, namun cerdas. Kau berhasil menyentuh inti energi, tapi ini baru permulaan. Jalur simbol ini… memiliki banyak rahasia yang bahkan aku belum kuasai sepenuhnya. Kau akan menjadi kunci… atau korban.”

Lyra membuka mata, menatap Ardelia. “Aku bisa… aku berhasil, kan?”

Ardelia tersenyum tipis, lega tapi waspada. “Ya… kau berhasil. Tapi kita belum aman. Sosok itu masih mengawasi, dan ini baru ujian pertama.”

Di kejauhan, bayangan Theron tampak menunduk, matanya yang lembut menatap Lyra dengan perasaan campur aduk. Ia tidak bisa hadir nyata karena Lord terus mengawasi, tapi melihat Lyra mengendalikan jalur simbol membuatnya lega sekaligus khawatir. “Kau telah melangkah jauh, Lyra. Tapi ingat, setiap langkah selanjutnya akan lebih berat. Aku akan selalu ada, dalam bentuk ini. Jangan lupakan itu.”

Malam itu, gurun terasa lebih hidup. Cahaya simbol memudar perlahan, tapi energi yang tersisa masih terasa di udara. Lyra dan Ardelia duduk di pasir, menatap bulan purnama yang tinggi. Hati mereka lelah, namun penuh tekad.

Lyra merasakan sesuatu yang baru—rasa percaya diri yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia bukan lagi sekadar manusia biasa yang terseret ke dunia vampir; malam ini, ia mulai memahami kekuatan yang mengalir di darahnya, dan kemungkinan yang bisa ia raih jika belajar mengendalikannya.

Namun, satu hal tetap jelas: sosok bermahkota hitam bukanlah sekadar pengawas. Ia adalah pengintai, penjaga, dan ancaman yang nyata.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!