Menceritakan anak remaja bernama Fei Chen yang menjadi korban pembantaian keji dan bertahan hidup di kerasnya dunia persilatan. Disepenggal nafas terakhirnya Fei Chen diselamatkan oleh seekor kucing yang merupakan jelmaan Dewa Naga dan sebuah pedang yang merupakan jelmaan Raja Neraka. Berkat pertemuan itu Fei Chen terjebak dalam takdir yang lebih besar, dia terkena Kutukan Raja Neraka yang dapat dipatahkan dengan menikahi sebelas wanita yang tulus mencintainya. Dari sinilah perjuangan Fei Chen untuk membalaskan dendam kedua orang tuanya dan mematahkan kutukan itu dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sam Ilfar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PPFC 23 - Teman Seperjalanan
PPFC 23 - Teman Seperjalanan
Disuatu tempat yang ada di Kekaisaran Ma terlihat Fei Chen sedang berjalan bersama Jia Li dengan Kucing Manis dan elang peliharaan Hua Ying yang terlihat didepan mereka berdua.
“Elang ini menuntun kita melewati hutan yang penuh akan Binatang Iblis, beruntung dia menghafal rute teraman. Aku jadi tidak tahu apakah harus mengucapkan terimakasih pada perempuan sialan itu atau tidak...” Fei Chen menatap elang peliharaan Hua Ying yang terbang rendah dan menghampiri Kucing Manis.
Setelah melakukan perjalanan bersama selama kurang lebih satu minggu. Fei Chen dan Jia Li terlihat akrab.
‘Dia lebih muda dariku, tetapi perkataannya saat pertama kali bertemu membuatku kesal!’ Memang Fei Chen pernah mengatakan hal sinis kepada Jia Li dan itu masih membekas dihatinya.
“Saudara Fei, ada urusan apa kau pergi ke Kekaisaran Ma? Yang kita berdua lakukan tidak lebih dari seorang penyusup!” Jia Li kembali menegur Fei Chen setelah berulang kali mengatakan hal ini. Fei Chen tidak pernah mengatakan alasannya kepada Jia Li, namun kali ini Fei Chen menjawab tujuannya pergi ke Kekaisaran Ma.
“Aku yakin kau tidak mengerti perasaanku ini. Tetapi karena kau lebih dewasa empat tahun dariku dan kau adalah seorang pendekar, kau seharusnya pernah melihat kejadian seperti didesa itu...” Fei Chen memandang pegunungan yang membentang luas dihadapannya bersama Jia Li.
“Tujuan? Aku hanya ingin merebut kembali barang berharga milik mendiang Ibuku. Tetapi tujuanku yang sebenarnya adalah ingin bertemu mereka. Mereka yang akan membunuh orang lain tanpa ragu demi memuaskan hasrat mereka sendiri. Merebut kembali kebebasanku, itulah yang akan kulakukan sekarang. Meski aku bilang begitu, dengan kemampuanku yang sekarang aku tidak akan dapat membalaskan kematian keluargaku...” Fei Chen menyelesaikan perkataannya dengan kedua tangan yang mengepal erat.
Mata Jia Li melebar mendengar perkataan Fei Chen, ‘Aku bisa merasakan detak jantung yang dipenuhi kemarahan, tetapi disaat yang sama aku merasa sedih. Apa karena Saudara Fei Chen sama sepertiku? Korban dari keegoisan manusia...’
Fei Chen menghela napas panjang, “Aku berbicara panjang lebar. Oh, iya. Bukankah Saudari Jia merupakan anggota Sekte Lembah Pedang, lantas kenapa ikut bersamaku ke Kekaisaran Ma?”
Kali ini giliran Fei Chen yang bertanya, Jia Li terlihat kebingungan dan memainkan rambut panjang tipisnya yang dekat dengan telinganya.
“Aku hanya tidak hafal arah jalan pulang. Dan bukankah aku sudah meminta tolong padamu untuk mengantarkanku pulang?!” ucap Jia Li sedikit berteriak. Wajahnya memerah dan menatap Fei Chen malu-malu.
“Oh, aku sungguh tidak percaya ada orang yang tidak hafal dengan jalan pulang menuju rumahnya sendiri. Sungguh menggelikan.” Balas Fei Chen yang membuat Jia Li menghentakkan kakinya ke tanah dengan keras.
“Kau ini lebih muda dariku, jadi bicaralah yang sopan padaku!” Jia Li terlihat ingin mengatakan sesuatu yang kasar, namun dia menahannya atau lebih tepatnya dia tidak bisa.
“Dan kau lebih tua dariku, tetapi bergantung padaku, yang lebih muda ini.” Fei Chen berkata sambil berjalan mendekati Kucing Manis.
‘Dasar, laki-laki tidak berperasaan! Aku baru pertama kali mendapatkan perlakuan seperti ini dari laki-laki yang seumuran denganku!’ Jia Li merasa kesal melihat tingkah tenang Fei Chen, namun disaat yang bersamaan hatinya berdetak kencang saat melihat tindakan Fei Chen dan suara Fei Chen yang dingin.
“Ada apa, Kucing Manis?” Fei Chen bertanya karena melihat Kucing Manis tengah berbicara dengan elang peliharaan Hua Ying.
‘Dia bilang tugasnya telah selesai dan sekarang dia akan kembali ke tempat majikannya.’ Kucing Manis menjelaskan.
“Terimakasih, elang. Jika kau lebih lama bersamaku, aku takut, diriku ini akan membakarmu dan memakanmu dengan lahap!” Fei Chen menangkap elang tersebut dan memperhatikan kedua bola mata elang itu dengan seksama.
“Aku merasa seperti sedang diawasi oleh seseorang. Apa perasaanku saja?” Fei Chen melepaskan cengkeraman tangannya pada elang itu.
‘Sudah kuduga, Chen, kau sangat jeli. Perempuan bernama Hua Ying itu mengendalikan tubuh elang peliharaannya ini dan menuntun kita menuju tempat ini. Sungguh teknik yang mengagumkan. Tetapi aku tidak pernah menyangka dia bisa berbicara denganku, walau mengendalikan tubuh elang itu.’ Kucing Manis membatin sambil menatap elang peliharaan Hua Ying yang terbang menjauh darinya, ‘Tetapi dimatanya, dia hanya melihat Chen yang berbicara sendiri dengan seekor kucing. Aku jadi kasihan jika Chen dianggap gila oleh Hua Ying.’
“Sebaiknya kita pergi sekarang menuju Kota Mafei, tempat kelahiranku.” Fei Chen berkata penuh percaya diri walaupun dirinya tidak tahu arah mana yang harus dituju.
“Apa kau tahu arah ke Kota Mafei?”
‘Chen, apa kau tahu arah ke Kota Mafei?’
Jia Li dan Kucing Manis bertanya secara bersamaan, Fei Chen yang sedang memandang pegunungan terdiam sendiri karena termakan perkataannya.
“Eh, jangan bilang padaku kau tidak tahu jalan menuju ke Kota Mafei setelah berkata penuh percaya diri seperti itu?” Jia Li dengan sengaja mengeledek Fei Chen yang tetap memasang wajah tenang dengan pipi yang sedikit berwarna kemerahan.
“Ikuti aku.” Fei Chen berjalan dan mengabaikan Jia Li dan berjalan menapaki pegunungan.
“Dasar tidak tahu arah! Kau harus tanggung jawab jika kita tersesat!” Jia Li berteriak dan mengejar Fei Chen.
“Aku tidak ingin mendengar itu darimu!” Fei Chen terus berjalan dan mengabaikan teriakan Jia Li yang kesal dengannya, “Aku akan bertanggung jawab, jadi diam dan ikuti aku!”
Kucing Manis yang melihat Fei Chen dan Jia Li jadi ikut bersemangat, ‘Mereka berdua begitu menggemaskan. Dibandingkan dengan dua perempuan sebelumnya yang bertemu dengan Chen, Jia Li terlihat lebih muda dan kurang lebih seumuran dengan Chen. Apa karena sifat manjanya itu yang membuat Jia Li terlihat seumuran dengan Chen?’
Kucing Manis berbicara dalam hatinya sendiri sambil berjalan mengikuti Fei Chen dan Jia Li yang sedang menapaki pegunungan.
ceritanya gak logis.. masih berada tingkatan dasar sudah mau balas sendam
dasar murid tidak tau diuntung