Valeria bahagia ketika sang adik, Cantika diterima sebagai sekertaris di sebuah perusahaan. Setelah 3 bulan bekerja, Cantika menjalin hubungan dengan pimpinannya.
Ketika Cantika mengenalkan sang pimpinan kepada Valeria, dia terkejut karena pria itu adalah Surya, orang yang dulu pernah menjalin cinta dengannya sewaktu SMU, bahkan pernah merenggut keperawanannya.
Apakah yang Valeria lakukan selanjutnya? Apa yang akan terjadi pada mereka? Apakah hubungan mereka akan berlanjut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhi Nita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 23
Baiklah, seorang Valeria tidak akan bertindak gegabah, aku masih berpura-pura tidak tahu tentang Reno.
Hari minggu Reno mengajakku untuk bertemu, kami akan pergi ke pusat kota sekedar berjalan-jalan. Setelah menemukan tempat di pinggir jalan yang kosong, kami duduk.
"Kiriman paketnya lancarkah Ren?" Tanyaku membuka percakapan dengannya.
"Ya, untuk saat ini lancar." Jawabnya sambil memasukkan kacang ke mulutnya.
"Mm... Syukurlah kalau lancar." Kataku masih pura-pura.
Setelah lelah berjalan-jalan, kami pun pulang. Dia belum berani untuk mengantarku ke rumah, dan aku pun tidak ingin memperkenalkan pada keluarga, seseorang yang aku sendiri belum mengenal dengan benar. Tambahan lagi, belum aku cintai.
***
Esok harinya, aku mengajak ngobrol Pak Ridho. Obrolan kami sampai pada kejadian mobil macet waktu itu.
"Lalu, gimana Bu, Ibu sendiri bawa ke bengkel?" Tanya Pak Ridho menunjukkan rasa simpatinya.
"Ya saya nelepon derek 24 jam yang biasa kantor kita pakai, Pak," kataku.
"Bengkel mana, Bu?"
"Apa ya namanya, saya kurang tahu Pak. Pokoknya yang di jalan X itu," jawabku.
"Oh saya tahu itu, Bu. Dulu waktu saya kerja di perusahaan sebelumnya yang dekat dengan Jalan X itu, saya sering servis mobil kantor. Bengkelnya bagus kok, Bu," ujarnya yakin.
"Bapak tahu nama bengkelnya, Pak?"
"Bengkel RN, Bu. Memang namanya agak ga kelihatan dari depan. Tulisannya ada di samping."
"Oohh... Kok namanya RN ya, Pak?" Selidikku.
"Kayaknya yang punya bengkel namanya Pak Reno Nugroho, istrinya Pak Reno itu temen istri saya, Bu," jelas Pak Ridho.
Istri? Namanya sih bener, Reno Nugroho, tapi... Istri? Hmm....
"Oh, kok namanya kayak temen saya waktu SMU ya, Pak."
"Bisa jadi, Bu. Coba nanti saya tanyakan istri saya Bu."
"Baik, Pak. Makasih. Saya udah lama ga ketemu teman-teman SMU di sini, kalau dapat info, kan saya bisa ajak reuni." Dustaku. Maafkan aku Pak Ridho, sambil menyelam minum air, sambil berbincang dapet info, ya kan?
Aku mohon diri pada Pak Ridho untuk menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Tidak sabar rasanya menunggu hari esok untuk mendengar berita darinya.
***
Esok harinya, kembali aku mengorek info dari Pak Ridho. Ingin sih menghadirkan istrinya sekalian, tetapi nanti mereka curiga. Kayaknya info dari Pak Ridho udah cukup.
"Gimana, Pak? Udah tanya kah sama Ibu?" Tanyaku ga sabar.
"Udah dong, Bu. Iya, Bu. Pak Reno itu SMUnya sama dengan Ibu."
"Nah, terus udah menikah ya, Pak. Wah, saya ga enak kalau nanti menghubungi ya, Pak. Udah lama mereka nikahnya, Pak?" Selidikku.
"Sekitar satu tahunan, waktu itu saya sama istri datang ke nikahannya kok, Bu. Anaknya baru satu, langsung tekdung, Bu." Selorohnya.
"Tapi, Bu. Kayaknya rumah tangga mereka kurang harmonis akhir-akhir ini, ini kata istri saya lho Bu. Wong dia sering cerita sama istri saya." Bisik Pak Ridho sambil meletakkan tangan di samping mulutnya.
"Waduh, tambah ga enak nanti kalau saya bikin reuni-reunian, Pak." Aku menambahi keseruan ghibah Pak Ridho.
"Iya, Bu. Mending ditunda dulu. Nanti malah jadi masalah besar." Pak Ridho melebarkan mulutnya ketika menyebut kata besar.
Aku tergelak, ternyata Pak Ridho ini lucu juga.
"Oh ya, Pak. Apa Reno Nugroho punya usaha lain selain bengkel mobil?"
"Ada, Bu. Tapi di luar kota, Bu. Tapi saya kurang tahu apa." Pak Ridho memelintir rambut dagunya.
Pantes Reno pernah bilang dia sering ambil paketan di luar kota.
"Ya udah deh, Pak. Makasih banget ya Pak. Udah nanyain ke istrinya. Saya jadi tahu keberadaan teman-teman, walau baru satu teman."
"Ha la wong cuma nanya kok, Bu. Apalagi yang ditanya istri saya sendiri. Ya gampang lah, Bu."
"Ya, pokoknya makasih ya, Pak. Sekarang saya ke ruangan dulu, soalnya ada laporan yang harus saya tanda tangani." Kataku memohon diri.
"Ya, Bu. Monggo."
Nah lho, info baru kan. Simpan dulu aja, ga boleh gegabah. Rasanya semua info itu udah kuat, baru nanti kalau ada kesempatan bakal diungkapin ke orangnya. Tuhan menyayangiku, Dia tunjukkan sebuah ketidak jujuran padaku.
Selesai menanda tangani semua laporan, kulirik jam dinding, ternyata udah jam pulang. Sebentar meregangkan otot-otot tangan sambil bersandar di kursi kerjaku.
***
Malam harinya, aku berpikir sambil melihat ke langit-langit kamar, menyusun rencana pertemuan dengan Reno.
**********
Nah, itu dulu readers, maaf kalau author ini belum pinter kata-kata maupun ceritanya, mohon krisannya ya kak, maklum baru pemula. Ini cerita fiksi doang ya... Saya usahain sering up yah, kalo banyak yang suka, saya jadi semangat untuk bercerita hehehe...
Buat visualnya Valeria ini ya, cantik kok. Cuma dia suka ga ngerasa aja. Soalnya ga pernah temenan sama skin care.
berharap anaknya ga cacat semoga, berkali-kali mencoba digugurin 😌😩