"kamu pembunuh"
"kamu pembawa keburukan bagi kehidupanku"
"seharusnya kamu tidak pernah lahir"
Sabrina harus menanggung semua perkataan dan perlakuan buruk dari ayah kandungnyan yang sangat membencinya. Hingga akhirnya Sabrina di buang oleh ayah kandungnya sendiri.
Semua kesedihan Sabrina berakhir saat Bibi adik dari ibunya mengajaknya tinggal bersama keluarga besar ibu Sabrina di kota Solo.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacasakura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 22
Mata Sabrina berkaca-kaca saat semua perawat dan para staff menunjukkan kasih sayangnya pada Sabrina. Mereka tidak membeda-bedakan Sabrina dengan mereka, hatinya terasa hangat.
“danke.... danke.... (terima kasih...terima kasih...)” Sabrina mengucapkan rasa terima kasihnya pada semua perawat, dokter dan Staff di rumah sakit. Kenangan indah yang tidak akan di lupakannya.
***
Keluarga Wiguna berkumpul di ruang keluarga, sebelum makan malam Helena menceritakan tentang kesalah pahamannya pada Adrian. Dia meminta pendapat Adrian untuk membicarakan permasalahan yang sebenarnya pada Candra.
Adrian hanya menghela nafas panjang, akibat kebohongan anak-anak nyawa papanya di pertaruhkan saat ini. Dia masih teringat ketika Candra begitu bersemangat saat meneleponnya memberitahu jika putra pertama keluarga Wiguna akan menikah.
Helena memberi kode pada Adrian untuk membicarakan masalah sebenarnya pada Candra. Begitu juga Raka, Bima dan Eliana menatap penuh harap pada Adrian,
“pa soal pernikahan raka...” Adrian membuka suara,
“o iya, Raka opa senang kamu akan segera menikah. Kamu tahu teman-teman opa juga senang mendengar cucu pertama opa akan melepaskan masa lajangnya” Candra sangat senang.
Semua keluarga saling bertatapan bingung bagaimana menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada Candra.
“opa...begini, soal kak Raka dan Anjani..” Eliana yang akan menjelaskan duduk perkara sebenarnya terhenti saat Candra menegurnya.
“Elia, sampai kapan kamu akan memanggil Anjani dengan namanya. Sebentar lagi dia kan menjadi kakak iparmu, jadi mulai sekarang kamu harus memanggil kakak ppada Anjani” tegur Candra dengan senyuman tersungging di wajahnya.
Mereka berlima semakin kebingungan menceritakan hal yang sebenarnya pada Candra yang terlihat sangat antusias dengan pernikahan Raka.
Bagaimana menjelaskannya mereka berlima kompak berguman menatap Candra yang menikmati teh hangat.
Wibisana baru kembali dari rumah sakit menyapa keluarganya di ruang keluarga.
“assalamualaikum semuanya, Kak Raka aku dengar dari opa katanya kak raka akan menikah dengan Anjani” ucapan Wibisana terhenti saat dia mendapatkan tatapan tajam dari Helena, Adrian, Eliana, Raka dan Bima.
Kenapa semuanya pada kesal gitu? Wibisana kebingungan menatap ke arah keluarganya.
“opa, mami, papi elia istirahat dulu. Besok kan masih harus magang lagi” Eliana melangkahkan kakinya menghampiri Wibisana lalu menariknya pergi menuju lantai dua. Begitu juga Raka dan Bima berpamitan pada para orang tua lalu membantu Eliana menyeret Wibisana yang menatap horor mereka bertiga.
Sementara itu di Jerman, Sabrina sudah menyelesaikan magangnya dan bersiap-siap untuk kembali ke negaranya. Tiket pesawat sudah di tangan, senyuman indah tergambar manis di wajah cantiknya.
“rasanya sudah tidak sabar untuk pulang ke Surakarta, Sabrina udah kangen banget sama bapak ibu, eyang kakong, eyang putri, buk lek, pak lek, mas Araf, Anjani dan Asmirah. Maafin Sabrina bu, tidak memberi tahu ibu tentang kepulangan Sabrina, semua ini semata-mata Sabrina ingin memberikan kejutan pada semuanya” Sabrina tersenyum menatap foto keluarga besarnya.
***
Pagi Hari di kota Jerman, Sabrina menyimpan barang-barangnya ke dalam bagasi mobil taksi yang di pesannya. Setelah dia berpamitan pada tetangga dan sahabat-sahabatnya, dia menaiki taksi yang melaju menuju bandara Hamburg, Jerman. Mata indahnya menatap keindahan negara Jerman, taksi yang di tumpangi Sabrina memasuki pelataran bandara.
Dengan menggunakan troley Sabrina di bantu petugas menyusun barang-barang miliknya.
Raka dan Bima keluar dari lift menuju restoran untuk makan siang. Beberapa pegawai yang bertemu dengan mereka sedikit membungkuk memberi hormat pada mereka.
Raka dan Bima mengambil duduk di tepi jendela, waiter datang membawakan buku menu dann mencatat pesanan mereka. setelah mencatat pesanan kedua bossnya Waiter itu meninggalkan mereka menuju Dapur memberikan pesanan pada cheff yang akan membuatkan makanan mereka.
“kak Raka, sekarang bagaimana kita menjelaskan pada opa jika semua yang di katakan mami adalah bagian rencana kita buat ngusir cewek halu itu?” Bima memulai pembicaraan.
“aku juga bingung sekarang, tapi kita tetap harus memberitahu opa jika semua ini hanyalah salah paham. Jika opa tahu ini dari orang lain akan berakibat fatal” ujar raka sambil memeriksa sesuatu di ponsel miliknya,
“jadi kak Raka akan mengatajkan sebenarnya pada opa?”
“mau tidak mau aku harus membicarakan ini pada opa. Sebelum semuanya terlambat” Raka menatap serius ponsel miliknya yang melaporkan perkembangan terbaru tentang saham Abercio yang menanjak.
Sementara itu Eliana tampak cemberut di meja makan karyawan kebingungan memikirkan cara menyampaikan pada opanya. Anjani dtang menghampirinya,
“kamu kenapa Elia? Dari tadi aku perhatikan kamu sering menghela nafas” Anjani duduk di depan Eliana.
“huh.... gimana aku nggak sedih. Opa udah terlanjur senang mendengar berita kak Raka akan menikah denganmu. Bahkan opa menyuruh ku untuk belajar manggil kamu kakak dari sekarang” Eliana meletakkan dagunya di atas kedua tangannya yang terlipat.
Anjani hampir tersedak saat menikmati makanannya mendengar apa yang di jelaskan Eliana. Segera dia meraih air minum di depannya.
“ja ja jadi...”
“jadi... maaf Jani, kami terpaksa menunda mengatakan hal yang sebenarnya ke opa dan untuk sementara bisa kan kamu bersandiwara di depan opa. sampai kami menemukan cara untuk menjelaskannya pada opa?” Eliana tampak bersalah pada Anjani.
“haaah....” Anjani terkejut dengan permintaan sahabatnya, dia hanya bisa menghela nafas panjang mendengar permintaan Eliana. Kini kedua gadis itu tampak murung, Eliana yang murung gagal mendapatkan ponsel terbaru dan Anjani bersedih tidak bisa lepas dari masalah yang di hadapinya.
“o ya Jani, gi mana dengan om Cakra dan Mirah?” Tanya Eliana.
“saat mama cerita soal masalah ini dan memberikan penjelasan, awalnya papadan Mirah terkejut tapi saat mama memberi penjelasan mereka akhirnya mengerti” Anjani memain-mainkan makanannya.
Raka dan Bima sedang menikmati makanan yang baru saja di hidangkan waiter. Tampak pria setengah baya memasuki restoran Arbecio melangkah menuju meja yang telah di pesannya.
Mata Raka tidak sengaja melihat pria itu yang sedang memesan makanan pada waiter.
“Tuan Ricko!! Bim bukannya itu tuan Ricko?” Raka menatap pria duduk tidak jauh dari meja mereka. Bima menatap kakaknya saat menyebut salah satu kolega yang kerja sama dengan Arbecio.
“iya Kak, itu tuan Ricko. Kita sapa kak” Bima berdiri dari bangkunya, begitu juga Raka melangkahkan kakinya menuju meja Ricko.
“selamat siang tuan Ricko” sapa Raka dan Bima ramah.
“ah... tuan Raka, rupanya anda makan siang di sini juga?” sapa Tuan Ricko kembali mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Raka dan Bima menjabat tangan Ricko dengan sopan santun dan ramah, kemudian mereka ikut bergabung makan siang bersama dengan Ricko. Di sela-sela makan mereka berbicara tentang bisnis dan saling bertukar pikiran.
“sebenarnya maksud kedatangan saya ke Arbecio ingin mengundang tuan Raka dan keluarga datang ke acara anniversary pernikahan saya yang di adakan besok. Maaf jika saya mengundang anda secara mendadak, sebenarnya undangan untuk anda dan keluarga telah kami persiapkan. Namun berhubung ada kesalahan teknis membuat saya merasa tidak enak. Jadi saya datang menemui anda secara langsung untuk mengundang langsung datang ke acara saya” jelas tuan Ricko menyudahi makannya
“anda terlalu sungkan tuan Ricko, kami pasti akan datang ke acara pesta anda” ujar Raka.
“o ya saya sangat senang mendengarnya, anda jangan lupa untuk membawa tunangan Anda” ujar Tuan Ricko sukses membuat Bima menyemburkan air yang di minumnya ke arah lain.
“tunangan?” kening Raka bertaut mendengar apa yang di ucapkan Ricko.
“benar tunangan anda, kakek anda bercerita jika anda sudah bertunangan. Saya sangat senang jika anda mau membawanya untuk hadir di acara annversary pernikahan saya” Tuan Ricko menyebut Candra yang sempat membicarakan tentang Raka pada Ricko.
*************
secepatnya author akan up lagi tiap hari, mohon bersabar menunggu kelanjutannya...🤗🤗🤗🤗
tetap terus dukung Author😊😊😊
dengan cara like, vote dan tipnya.....ya.... plisss🙏🏻🙏🏻🙏🏻
jangan lupa juga kasih rate dan commetnya yang positif agar Author semakin semangat💪🏻💪🏻💪🏻 buat nulisnya...✍️✍️✍️
( Π_Π )
makasih..... tetap semangat 🤗🤗🤗🤗
❤️❤️❤️❤️❤️ all...
Bagus kak cerita nya,, semoga aku bisa terinspirasi dari novel nya kakak...
jaman now koq lelet🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Happy....
ditunggu karya lainnya
awak dewek = Ibu dewe
Ngapa = Ngopo