NovelToon NovelToon
Lewat Semesta

Lewat Semesta

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aulia risti

Anara adalah siswi SMA berusia 18 tahun yang memiliki kehidupan biasa seperti pada umumnya. Dia cantik dan memiliki senyum yang manis. Hobinya adalah tersenyum karena ia suka sekali tersenyum. Hingga suatu hari, ia bertemu dengan Fino, laki-laki dingin yang digosipkan sebagai pembawa sial. Dia adalah atlet panah hebat, tetapi suatu hari dia kehilangan kepercayaan dirinya dan mimpinya karena sebuah kejadian. Kehadiran Anara perlahan mengubah hidup Fino, membuatnya menemukan kembali arti keberanian, mimpi, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aulia risti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

"Jangan sok akrab sama gue. Gue nggak kenal lo!”

Bagas menahan napas. “Nar… kamu pasti ingat, waktu kita—”

“Cukup!” bentak Anara tiba-tiba. Ia berdiri, sorot matanya penuh amarah.

“Mau sampai kapan lo berdua ganggu gue?! Gue capek! Gue udah bilang gue BEDA! Gue bukan Anara yang kalian kenal itu!”

Nafas Anara terengah. Ia segera menghela panjang, lalu bergegas pergi.

Fino cepat menyusul, menahan tangannya.

“Apa? Lo juga mau ikutan maksa gue?!” sentak Anara kesal.

“Nggak, Anara. Aku nggak akan maksa. Aku ngerti… kalau kamu memang bukan Anara yang aku kenal.”

Anara menatapnya dengan tatapan tajam.

“Terus, apa alasan lo bawa gue ke sini? Kalau bukan buat balikin ingatan yang gue sendiri nggak tau?”

Fino terdiam sejenak. “Ada alasan lain, Anara. Walaupun awalnya memang benar, aku pengen kamu ingat. Tapi setelah lihat kamu… aku jadi ngerti satu hal.”

Anara mengernyit. “Satu hal apa?”

Fino menatap wajah itu—wajah yang sangat ia rindukan. Cantik, tapi sorot matanya… bukan Anara yang Fino kenal.

“Kamu cuma pengen bebas. Kamu pengen dunia yang adil,” ucapnya lirih.

Anara terdiam. Kata-kata itu entah mengapa membuat dadanya terasa sesak.

“Aku sadar… karena aku pernah ada di posisi itu. Dan aku nggak peduli kamu Anara yang aku kenal atau bukan, karena aku percaya kamu tetap Anara.”

Seperti dulu Anara mencintainya dengan begitu besar, kini Fino pun mencintai Anara dengan cinta yang sama—bahkan lebih besar. Segalanya akan ia lakukan, asalkan bisa tetap bersamanya. Perempuan kuat yang telah menyembuhkan lukanya.

Entah kenapa, air mata Anara jatuh begitu saja. Ia buru-buru menoleh, berusaha menyembunyikan kelemahannya.

Namun, tangan kekar itu menarik bahunya perlahan. Membawanya masuk dalam pelukannya yang hangat.

Mereka kembali ke ruang tamu. Bagas sudah menunggu gelisah. Begitu melihat Anara dan Fino masuk, ia langsung berdiri.

“Nar, aku minta maaf, aku—”

“Boleh, gue maafin. Asalkan lo turutin kemauan gue,” potong Anara cepat, nada ketusnya kembali muncul.

“Hah?”

“Jadi setuju atau nggak?” Anara menyipitkan mata.

Bagas terdiam sebentar, lalu mengangguk pasrah. “Oke, setuju.”

“Lo punya duit banyak nggak?”

“Lumayan,” jawab Bagas jujur.

Senyum nakal muncul di bibir Anara.

“Bagus. Besok gue mau ke mall. Ada sesuatu yang mau gue beli.”

“Mall aja? Oke, gampang,” sahut Bagas masih bingung.

#Keesokan harinya

Pagi itu Bagas sudah menunggu di depan rumah. Mobilnya terparkir rapi. Fino juga ikut karena Bagas memaksanya.

Anara keluar dengan hoodie hitam oversize dan celana jeans robek. Rambutnya diikat tinggi seadanya, langkahnya santai.

“Buruan ah, gue nggak suka ditungguin lama-lama.”

Bagas nyengir sambil mengusap tengkuk.

“Siap, Bos.”

Fino hanya menatap singkat lalu membuka pintu mobil untuk Anara tanpa banyak kata.

Setibanya di mall, Anara langsung jalan cepat. Kedua laki-laki itu otomatis mengikuti. Gadis itu masuk ke toko demi toko—baju, sepatu, tas. Matanya berbinar seperti anak kecil menemukan mainan baru.

“Gas, yang ini gue suka.”

“Gas, sepatu ini keren ya.”

“Gas, baju ini pas banget di gue.”

Bagas makin keringetan tiap kali lihat harga.

“Nar… kalau ditotalin ini—”

Belum sempat Bagas protes, Fino maju dan langsung menyerahkan kartunya ke kasir.

“Pakai ini saja, mba.”

Bagas mengangkat bahu lega, seolah baru bebas dari hukuman. “Thanks, bro. lo emang sahabat terbaik.” ucap Bagas melihat Fino yang membayar semua belanja Anara.

Setelah selesai berbelanja mereka berjalan keluar mall dengan tangan Anara penuh kantong belanjaan. Tas, sepatu, baju, bahkan sebuah kamera yang tadi sempat bikin Bagas hampir pingsan.

Bagas geleng-geleng kepala. “Nar, sumpah… lo bikin gue hampir jual ginjal tau nggak.”

"Apaan sih, lebay banget. Tapi makasih ya. gue senang banget hari ini." jawab Anara. matanya tak henti menatap semua barang-barangnya yang ia sukai berhasil dibeli.

Setibanya di rumah, Anara langsung menjatuhkan diri di sofa ruang tamu. Semua kantong belanjaan ia taruh begitu saja, memenuhi meja sampai hampir jatuh ke lantai.

“Gimana udah puaskan?,” celetuk Bagas sambil duduk di sebelahnya.

Anara tersenyum puas, lalu mulai mengeluarkan satu per satu isi kantong belanja. “Lihat nih, Gas! Sepatu baru. Tas keren. Terus ini… kamera impian gue. Aduh, gue seneng banget sumpah.”

Bagas geleng-geleng kepala. “Nar, lo itu kayak orang yang abis menang lotre tau.”

Fino hanya berdiri bersandar di dinding, tangannya terlipat. Ia menatap Anara dengan tenang, sesekali tersenyum tipis melihat tingkahnya.

Anara tiba-tiba berhenti, lalu meraih dua kaos simple yang masih terlipat rapi. Ia menoleh ke arah Bagas dan Fino.

“Nih, buat lo berdua.”

Bagas terperanjat. “Hah? Buat gue?”

“Iya lah. Masa gue belanja banyak gini, kalian nggak kebagian? Tenang aja, Gas, nggak mahal kok.” Anara nyengir, lalu melempar kaos hitam ke arah Bagas.

Bagas buru-buru menangkap. “Wah, seriusan? Aduh, Nar… gue terharu banget sumpah.”

Anara cekikikan. “Lebay amat. Itu cuma kaos, Bagas.”

Kemudian, ia beranjak menghampiri Fino. Dengan ekspresi lebih tenang, ia menyodorkan kaos abu-abu polos.

“Ini buat lo.”

“Kenapa ngasih aku?”

“Karena…Karena Lo udah temenin gue belanja. Udah ini pegang.”

Fino menerima kaos itu perlahan, senyum samar muncul di bibirnya. “Terima kasih, Anara.”

Bagas langsung nyeletuk, “Eh, kenapa gue dapetnya dilempar, sedangkan dia dikasihnya pake upacara resmi gitu?”

Anara menoleh cepat, menjulurkan lidah. “Biarin. Lo kan cuma korban target belanja gue. Kalo Fino… lain cerita.”

Bagas mendengus, “Tega banget, sumpah.”

Anara hanya tertawa keras, sementara Fino masih menatap kaos di tangannya, seakan benda sederhana itu punya makna lebih besar dari sekadar hadiah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!