NovelToon NovelToon
Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Berandal Sekolah Kesayangan Ketos

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: LiaBlue

Senja Ociana, ketua OSIS cantik itu harus menjadi galak demi menertibkan pacar sekaligus tunangannya sendiri yang nakal bin bandel.
Langit Sadewa, badboy tampan berwajah dingin, ketua geng motor Berandal, sukanya bolos dan adu otot. Meski tiap hari dijewer sama Senja, Langit tak kunjung jera, justru semakin bandel. Mereka udah dijodohin bahkan sedari dalam perut emak masing-masing.

Adu bacot sering, adu otot juga sering, tapi kadang kala suka manja-manjaan satu sama lain. Kira-kira gimana kisah Langit dan Senja yang punya kepribadian dan sifat bertolak belakang? Apa hubungan pertunangan mereka masih bisa bertahan atau justru diterpa konflik ketidaksesuaian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiaBlue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22. Keputusan Kepergian

Sekarang adalah hari Minggu, sehingga Senja dan 3 pemuda itu tak berangkat ke sekolah. Mood Langit yang tidak baik membuat Senja mengajak pemuda itu berhenti di taman kota. Keadaan taman saat ini cukup ramai, mungkin karena akhir minggu.

“Mau beli es krim?” tanya Senja kepada Langit yang baru saja memarkirkan motor sportnya.

Langit menoleh dan memandang Senja yang tersenyum manis kepadanya. Ia tahu jika sang tunangan tengah berusaha untuk mengembalikan mood-nya.

“Ini masih pagi, bukannya biasanya kamu gak bolehin aku makan es krim pagi-pagi?” tutur Langit.

Senja terkekeh. “Untuk sekarang gak papa, tapi kita sarapan dulu, ya. Banyak pedagang sarapan di sini, mau apa?”

Langit menghembuskan napas pelan, ia turun dari motor dan memperhatikan sekitar. Jika biasanya setiap pasangan itu, si perempuan yang begitu suka es krim, maka pada pasangan ini sangat berbeda. Langit adalah pecinta es krim, sehingga sering kali Senja mengomeli sang tunangan saat Langit terlalu banyak makan es krim.

“Bubur ayam aja gimana?” tanya Senja.

“Boleh.”

Senja terkekeh, ia merah lengan Langit dan berjalan bergandengan. “Abis beli bubur, kita beli es krim. Itu udah buka orangnya.”

Langit mengangguk dan tersenyum. Tempat beli es krim langganan mereka memang di taman kota ini. Mereka menikmati sajian dingin itu sembari memperhatikan hiruk-pikuk kota dari taman utama.

“Hari ini kita ada jadwal ke mana buat kencan?” Senja mendongak menatap Langit.

Langit kembali tersenyum, ia mencubit pipi Senja yang sedikit tembam. “Kamu maunya ke mana?”

“Aku gak tau, kayaknya seluruh tempat di kota ini udah kita kunjungi, deh.”

Langit terkekeh. “Paling sering itu mall, jalan-jalan sampe seluruh tempat pun jadi hapal.”

Senja tertawa mendengar itu. “Tapi kamu seneng, ‘kan, temenin aku belanja di mall?”

Langit berdeham dan tersenyum terpaksa. “Iya, seneng banget, kok.”

Senja kembali tertawa, ia tahu jika Langit berbohong. Nyatanya pemimpin geng Berandal itu sangat menghindari jalan-jalan ke mall.

Harusnya tadi pagi Senja mengomeli Langit, seperti yang ia rencananya. Namun, Rance datang memberitahu jika Neo kesulitan berjalan, sehingga harus dibawa ke rumah sakit. Jadi Senja kembali mengundur omelannya, niatnya setelah pulang dari rumah sakit ini.

Ternyata setelah di rumah sakit, mereka malah dihadapkan dengan pertunjukan kedatangan selingkuhan Lukman. Akhirnya kini Senja harus kembali mengundur niatnya mengomeli Langit, sebab kondisi mood Langit pun sedang sangat tak baik.

“Neo gak bisa diajak jalan-jalan, ntar kita mainnya di rumah Neo aja gimana?”

“Boleh, aku emang mau main game sama mereka.”

Senja mendengkus. “Kalo kalian main game, terus aku ngapain?”

Langit terkekeh. “Kamu semangatin aku, misalnya kasih ciuman gitu, suapin sambil aku main game, kayak-kayak gitu ‘lah.”

Senja menggulir bola matanya malas. “Kalo gitu mending nanti aku di rumah aja.”

Langit tertawa lepas. “Aku becanda, Sayang. Nanti kita ke rumah Neo, main di sana.”

“Iya, sekalian aku mau omelin kalian bertiga. Dari tadi malem diundur mulu omelan aku,” gerutu Senja membuat Langit semakin terbahak.

“Iya, Nyonyaaa.”

***

“Aku sama Langit mutusin buat tetep tinggal di sini, Bun.”

Lusi dan Lukman terkejut mendengar kalimat Luna.

“Bagaimana bisa begitu, Sayang? Kalian harusnya milih ingin ikut Ayah atau Bunda? Bunda gak bisa biarin kalian di sini berdua aja,” tutur Lusi diangguki Lukman.

“Benar, Ayah akan langsung berangkat ke London dalam minggu ini. Langit harusnya ikut Ayah, kalau Luna juga mau ikut Ayah, ayo, tidak mungkin kalian tinggal berdua di sini,” tambah Lukman.

“Siapa yang bilang aku akan ikut Ayah?” jawab Langit datar.

Lukman menoleh dan menghembuskan napas menatap Langit. “Jangan keras kepala, Langit. Kamu tidak akan melepaskan impian kamu begitu saja, ‘kan? Ayah minta maaf, Ayah memang salah, tapi bukan berarti dengan ini impian kamu harus terputus dan dilepaskan. Hanya karena kamu benci Ayah, kamu rela melepas impian yang sedari kecil kamu inginkan? Kamu tidak boleh keras kepala dan egois begini.”

“Apa?” Langit tertawa menatap sang ayah yang baru saja bicara. “Aku egois dan keras kepala? Apa Ayah tidak punya kaca? Kebetulan di sini masih banyak kaca, Yah, mungkin kalau Ayah lupa tentang seluk-beluk rumah ini, di sana ada kaca, di area sana juga ada kaca, jadi Ayah bisa ngaca. Siapa yang egois dan keras kepala di sini? Egois mikirin kesenangan sesaat, lupa anak istri karena wanita murahan yang sekarang udah dibikin bunting anak haram!”

“Langiit, jangan omongan kamu!” bentak Lukman.

“Jangan pernah bentak putraku, Lukman!” sahut Lusi menatap mantan suaminya tajam.

Mantan suami? Yah, mereka berdua sudah resmi bercerai, sebab itu ‘lah kenapa kini mereka berkumpul untuk membahas keberangkatan ke London serta ke Aceh. Tak hanya mereka berempat di sana, tetapi juga ada keluarga Senja, Rance serta Neo.

“Aku semakin yakin tidak akan pernah ikut Ayah,” cetus Luna tiba-tiba.

Lukman mengusap wajah kasar, kemudian menghembuskan napas pelan. “Ayah hanya ingin kalian tetap melanjutkan impian kalian, terlepas dari masalah ini. Ayah—”

“Cukup, Luk. Biarkan mereka memilih, aku semakin kecewa kepadamu. Selama ini, bahkan sedari mereka bayi, kamu tidak pernah membentak Langit ataupun Luna. Tapi, ini untuk pertama kalinya kamu membentak putraku hanya karena wanita itu? Sungguh miris, dan aku merasa bodoh selama ini percaya kepada laki-laki macam kamu, Luk. Aku tidak menyesal, tapi aku lega akhirnya semau ini usai.” Lusi menatap Lukman dengan senyum penuh rasa kecewa. “Apa kalian benar-benar ingin tetap tinggal di sini, Nak?”

Lukman melotot. “Bagaimana mungkin mereka tinggal berdua di sini, Lusi?”

“Ada kami, Luk,” sahut Arditya. “Harusnya kamu tidak lupa jika rumah kami masih di depan rumah ini.”

“Kami juga ada, meski tidak terlalu dekat, Langit dan Lusi bisa berjalan ke rumah kami jika ingin makan dan meminta sesuatu,” sambung Ketina diangguki yang lain.

“Bahkan aku akan mengantarkan apa pun yang mereka butuhkan setiap hari. Jika mereka memang ingin di sini, maka biarkan saja. Insya Allah kami bisa menjaga mereka,” lanjut Tiara kembali diangguki yang lain.

“Tidak perlu kalian ada di sini pun, selama ini Luna dan Langit juga sering makan ke rumah. Kamu tahu itu, Lusi, jadi jangan khawatirkan mereka tanpa kalian di sini. Mereka masih memiliki tiga pasang orang tua di Jakarta.” Fema tersenyum sembari mengusap telapak tangan Lusi yang duduk di sampingnya.

Lusi tersenyum dan menatap dua anaknya dengan mata penuh kasih. Tentunya ia juga tak mampu jika harus berpisah dengan kedua anaknya, tetapi keadaan memaksanya. Lusi tak mungkin tetap berada di sana, sebab ia mulai sekarang harus mencari nafkah dan bisnisnya ada di Aceh, kampung halamannya.

Lukman sendiri hanya bisa menghembuskan napas kasar. Ia juga tak dapat bersikeras sekarang, pasalnya para sahabatnya pun mendukung keputusan Langit dan Luna.

“Baiklah, kalau begitu ini sudah jelas. Bunda akan usahakan pulang sekali sebulan ke sini. Maaf jika keadaannya jadi seperti ini, Nak,” lirih Lusi kepada Langit dan Luna.

“Bukan Bunda yang harusnya minta maaf atas kondisi kita sekarang, Bun,” balas Langit melirik Lukman dengan ekspresi dingin.

Lukman pun seakan sudah tak dapat berkata-kata lagi. Ia sangat tahu jika putranya itu sangat-sangat membencinya saat ini. Bahkan untuk sekadar bertatap muka pun, Langit tampak enggan.

“Ayah minta maaf, ini semua salah Ayah.”

“Memang,” tukas Langit cepat. “Sekarang semuanya sudah selesai. Rasanya calon istri Ayah itu sedang menunggu kepulangan Ayah saat ini. Jadi, mohon keluar dari rumah ini sekarang.”

1
Saya Kaya
rance selalu bikin gue ngakak😭🤣
Saya Kaya
lanjuut kak
Nova Silvia
neo ma ace pst ngakak
Nova Silvia
LDR itu susah thorrr
pi klo kelen percaya satu sama lain pst bisa
Nova Silvia
jan bilang selingkuhan ayh,,ibu ny nja
Nova Silvia
iiihhh jd slabrut olangan ni thor
Saya Kaya
lanjut thor
Saya Kaya
ada niat ngegatel gak ini?🤨
Saya Kaya
ya Allah, saat gue ikutan nangis, eh langsung ngakak sama tingkah rance😭😭
Saya Kaya
gue gemes sama selingkuhan itu. anjng kan🤧
Nova Silvia
kan bilang ee suka ma ja
Nova Silvia
hubungan yg gek²s
klo ada ulet jg pst senja bantai
Nova Silvia
bab satu aku suka
kita lanjut nanti yaaahhhhh
Saya Kaya
pertemanan mereka bikin iri🤧😂
Saya Kaya
waduuh, digantung🤧😭
Saya Kaya
lanjuut tor
@vee_
lucu ka..
Saya Kaya
semangat langit. ikut sedih🥺
Saya Kaya
sumpah, cerianya mood 😭🤣
Saya Kaya
huaa tor, cepet update. seru bnget ini🤧
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!