NovelToon NovelToon
My Man

My Man

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Percintaan Konglomerat / Obsesi / Persahabatan / Romansa
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: widyaas

Karena mantan pacarnya, di mata Elizabeth semua pria itu sama saja. Bahkan setelah putus, dia tidak ingin menjalin hubungan asmara lagi. Namun, seorang pria berhasil membuatnya terpesona meski hanya satu kali bertemu.

"Aku tidak akan tertarik dengan pria tua seperti dia!"

Tapi, sepertinya dia akan menjilat ludahnya sendiri.

"Kenapa aku tidak boleh dekat-dekat dengannya? Bahkan tersenyum atau menatapnya saja tidak boleh!"

"Karena kamu adalah milik saya, Elizabeth."

⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Elizabeth menatap takjub makanan yang ada di depannya. Tak tanggung-tanggung, Altezza memesan makanan sebanyak ini untuk mereka. Sepertinya Altezza tau jika porsi makan Eliza tidak sedikit. Satu lagi, mereka tidak makan di rumah makan, tapi di restoran mewah yang rata-rata-rata pengunjungnya adalah orang kelas atas.

"Bapak tidak salah? Sebanyak ini hanya untuk kita berdua? Wahh ...," ujar Eliza sembari geleng-geleng.

"Siapa yang akan menghabiskan makanan sebanyak ini?" lanjutnya bertanya.

"Tentu saja kamu," jawab Altezza dengan santainya. Bahkan dia langsung mengambil sumpit dan mulai memakan salah satu makanan yang ada di meja mereka.

Tak tersinggung, Eliza justru senang. Wajar, dia lapar! Dan selagi semuanya gratis, tanpa ragu Eliza akan menghabiskan semuanya.

"Baiklah! Selamat makan!" Dia berseru kecil, dengan senyum lebar Eliza mencoba makanannya.

Altezza mendengus geli melihat kepala Eliza bergoyang saat berhasil memakan suapan pertama. Sedangkan Eliza asik dengan semua makanannya tanpa sadar jika Altezza memperhatikan begitu intens.

"Enwak!" Tanpa sadar Eliza mengacungkan jempolnya pada Altezza, hingga saat menyadari tatapan pria itu, Eliza langsung tersenyum canggung dan menurunkan tangannya.

"E–enak, kan? Iya, enak!" katanya tak jelas.

Altezza terkekeh kecil melihat tingkah gadis di depannya ini.

Eliza mengerjapkan matanya mendengar suara tawa kecil Altezza. Seketika badannya merinding, pasalnya selama ini Altezza tidak pernah tertawa begitu, meski hanya tawa kecil. Ini adalah kejadian langka! Namun, Eliza berusaha tidak terlalu heboh, bukankah itu lebih baik? Setidaknya sudah ada kemajuan. Tiba-tiba Eliza kepikiran sesuatu, dia ingin menjalankan misi, misinya adalah harus bisa membuat Altezza tertawa terbahak-bahak, tapi, dia kembali mengubur niatnya tersebut, Altezza tidak mungkin melakukan itu, tidak akan pernah.

Tak

Lamunan Eliza seketika buyar saat merasakan keningnya diketuk sesuatu. Rupanya Altezza mengetuknya menggunakan ujung sendok.

"Jangan melamun, cepat habiskan makanannya," ujar pria itu.

Eliza mengangguk cepat. Buru-buru dia melanjutkan makannya dengan sedikit tergesa. Idenya tadi, akan dia pikirkan nanti saja, yang penting sekarang perutnya harus kenyang lebih dulu.

****

"Mau bawa bekal, El?" tawar Katya.

Eliza menggeleng, dia mengusap sudut bibirnya menggunakan tisu. "Tidak usah. Aku akan makan di kantin saja nanti," jawabnya.

Pagi ini Eliza minta makan ke rumah Sadipta dan Katya. Makan sendirian itu tidak seru, apalagi pembantu di rumahnya susah diajak makan bersama.

"Berangkat denganku atau dengan supir?" tanya Sadipta.

"Kakak." Eliza menyengir lebar. Padahal mereka beda arah, salah sendiri Sadipta menawari tumpangan pada Eliza.

"Aku tunggu di depan saja," lanjutnya kemudian. Dia segera beranjak pergi ke teras.

Rumah Sadipta hanya dua tingkat, halamannya luas dikelilingi tanaman subur, ada pohon yang semakin membuat suasana sejuk dan tidak panas. Katya suka menanam tanaman apapun. Meski menjadi ibu rumah tangga, dia tidak malas-malasan sama sekali. Beberapa bunga yang menghiasi halaman adalah hasil tanamannya, beberapa ada yang beli juga. Rumah Sadipta dan Katya benar-benar sejuk dan menenangkan.

Sesampainya di kantor, Altezza tiba-tiba memanggilnya ke ruangan. Agak heran, karena ini masih terlalu pagi.

"Ada apa, Pak?"

"Malam ini saya akan menyusul Baskara ke LA, kamu bisa handle pekerjaan saya di sini untuk tiga hari ke depan?" Altezza langsung to the point.

Eliza ingin menolak, tapi ini sudah menjadi resikonya sebagai seorang sekretaris. Jadi, dengan kaku dia mengangguk.

"B–baik, Pak. Saya akan berusaha," jawabnya.

"Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya, Elizabeth. Jangan memutuskan sesuatu jika kamu ragu, mengerti?" ujar Altezza.

Melihat aura pemimpin Altezza yang begitu kuat, Eliza sedikit merinding, dia mengangguk lagi sebagai jawaban.

"Sudah, itu saja. Silakan keluar."

"Permisi, Pak." Eliza sedikit membungkuk sebelum keluar dari ruangan itu.

Pundak Eliza terasa berat, dia berjalan lesu melangkah menuju ruangannya.

"Kenapa harus aku? Apakah tidak ada yang lain?" gumamnya lemas. Dia benar-benar tidak bisa santai untuk tiga hari ke depan.

Baru saja menyandarkan tubuh di sandaran kursi, Eliza tersentak saat mendengar bunyi ponselnya. Telepon dari Gaby.

"Ha—"

"HALO KAK ELIZABETH!!"

Eliza meringis mendengar teriakan Gaby di seberang sana, tapi dia tidak bisa kesal. "Hai, Gaby," jawabnya.

"Jangan lupa, setelah makan siang Kakak harus datang ke rumahku! Oh, sebelum makan siang saja, lah! Supaya kita bisa makan bersama di sini. Iya kan, Mom?!"

"Iya, Sayang." Terdengar suara Asteria menyahuti.

Elizabeth terkekeh, Gaby benar-benar antusias sekali rupanya. Andai gadis muda itu tidak menelponnya, Eliza pasti akan lupa.

"Baiklah, aku akan ke sana sebelum makan siang, ya ...."

"Oke, bos! Kalau begitu aku tutup dulu teleponnya! Sampai jumpa nanti, Kak Eliza!"

"Sampai jumpa, Gaby."

****

"Bagaimana keadaan di sana?"

"Baik-baik saja, Pak. Sejauh ini, tidak ada kendala," jawab Baskara di seberang sana.

"Saya akan menyusul malam ini."

"Menyusul? Bukankah saya sudah menginfokan keadaan di sini? Untuk apa Anda kemari, Pak?"

Kening Altezza mengerut tak suka. "Apa maksudmu, Baskara? Sebenarnya, siapa bosnya di sini?" Matanya memicing tajam. Pria itu berdiri di depan kaca besar, menampilkan pemandangan kota dari atas sini, sebelah tangannya dia masukkan ke saku celananya, menambah kesan wibawanya.

"M-maaf, Pak! Saya tidak bermaksud berkata demikian. M–maksud saya, bagaimana dengan pekerjaan Anda jika Bapak datang kemari?" tanya Baskara, terbata-bata.

"Ada Elizabeth." Altezza menjawab dengan santai.

"Elizabeth? Pak, saya rasa dia tidak akan sanggup. Dan ... bukannya besok ada rapat penting?"

Altezza terdiam, sial, dia baru ingat.

"Saran saya, Bapak tidak perlu datang kemari. Saya bisa pastikan tidak akan ada kendala di sini." Baskara bersuara lagi.

Tidak ada alasan bagi Altezza untuk meragukan Baskara. Baskara bekerja dengannya tidak hanya satu atau dua tahun, tentu saja Altezza sangat mengetahui bagaimana watak asistennya itu.

"Baiklah. Saya tidak akan ke sana. Tapi, jika ada kendala, segera hubungi saya," katanya.

"Dimengerti, Pak! Saya akan melaporkan keadaan proyek kita."

Altezza mengangguk puas. Dirasa tidak ada yang dibicarakan lagi, ia pun memutuskan sambungannya dan beralih menelpon Eliza dan mengatakan jika dia tidak jadi pergi ke LA.

Di tempat lain, di jam yang sama.

"Jangan lagi kamu mendatangi kantor Altezza!" ketus seorang pria paruh baya yang duduk di kursi makan. Keluarga ini memang terbiasa sarapan pukul delapan.

"Kenapa, Ayah? Kenapa tidak boleh? Bukankah ini demi kebaikan kita?" Hwara, perempuan itu menatap sendu pada ayahnya, Samson.

"Hwara, jangan membantah, patuhi apa yang Ayah katakan," sela Aubrey, ibunya.

Hwara menunduk. Dia benar-benar bingung dengan apa yang diinginkan oleh kedua orang tuanya. Mereka ingin begini, tapi ketika Hwara melakukan sesuatu agar terwujud, mereka pasti akan melarang. Semua apa yang dia lakukan, serba salah di mata keduanya.

"Jangan membuat Ayah malu lagi."

Setelah mengatakan itu, Samson beranjak dari duduknya, diikuti Aubrey. Dan tersisalah Hwara sendirian di ruang makan. Termenung dan meratapi nasibnya.

Bersambung...

1
yourheart
luar biasa
vj'z tri
🏃🏃🏃🏃🏃🏃 kaborrrrr 🤣🤣🤣
vj'z tri
semalam aku mimpii mimpi buruk sekali ku takut berakibat buruk pula bagi nya ,kekasih ku tercinta yang kini di depan mata asekkk 💃💃💃
vj'z tri
walaupun sedikit kan judul nya tetap terpesona aku Ter pesona memandang memandang wajah mu yang ganteng 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
dyarryy
mumpung hari senin, yuk vote dulu🥰🥰
vj'z tri
jangan menilai dari cover nya pak bos 🤭🤭🤭
vj'z tri
byar koe ndok 🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gak boleh bawa contekan kah 🤗🤗🤗
vj'z tri
😅😅😅😅😅😅😅😅😅sabar sabar sabar
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 aku hadir Thor bpembukaan yang kocak
yourheart
lanjutttt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!