NovelToon NovelToon
ZAYRA

ZAYRA

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Diam-Diam Cinta / Bad Boy
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: MayLiinda

Kehidupan Zayn berubah dalam semalam karena orang tuanya tega 'Membuangnya' ke Pondok Pesantren As-Syafir.
"Gila gila. Tega banget sih nyokap ama bokap buang gue ke tempat ginian". Gerutu Zayn.
---
Selain itu Zayn menemukan fakta kalau ia akan dijodohkan dengan anak pemilik pondok namanya "Amira".

"Gue yakin elo nggak mau kan kalau di jodohin sama gue?". Tanya Zayn
"Maaf. Aku tidak bisa membantah keputusan orang tuaku."
---
Bagaimana kalau badboy berbisik “Bismillah Hijrah”?
Akankah hati kerasnya luluh di Pondok As-Syafir?
Atau perjodohan ini justru menjerat mereka di antara dosa masa lalu dan mimpi menuju jannah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MayLiinda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

AUTHOR POV

Hari kedua OSPEK. Lapangan kampus penuh lagi. Spanduk warna-warni berkibar. Panitia dengan megaphone teriak-teriak. Semua mahasiswa baru berkumpul pakai jaket biru seragam OSPEK.

Tapi sorotan hari ini bukan cuma ke panitia. Ada satu sosok yang bikin beberapa cewek nggak bisa berhenti melirik. Siapa lagi kalai bukan Ahmad Zayn Fadlur Athalla.

Jaket OSPEK biru di bahunya, kaos putih polos di dalamnya, wajah dingin tapi santai. Dari ujung tribun, Syifa udah ngeluarin ponsel, zoom-in diam-diam. Senyumnya licik.

“Gue nggak salah pilih kampus ini,” bisik Syifa ke Afifah dan Ilmia.

Afifah nyengir, “Cewek-cewek di sini kalah semua kalo lo udah dapetin dia.”

Ilmia ikutan senyum. “Masalahnya, cowok kayak gitu susah ditaklukin, Syif.”

Syifa ketawa kecil sambil matanya terus menatap tajam Zayn yang berada di tengah lapangan. “Belum ada cowok yang nggak bisa gue jatuh ke pelukan gue.”

AMIRA POV

Aku duduk di barisan cewek, paling pinggir. Jaket biru OSPEK nutupin gamis putihku. Jilbabku tetap syar’i. Tapi rasanya… kayak aku satu-satunya yang beda.

Dan aku tahu… tatapan itu ada lagi. Dari Syifa dan gengnya. Dari cara mereka sesekali nengok ke aku sambil bisik-bisik, aku bisa nebak apa yang ada di kepala mereka.

Aku tarik napas panjang. “Fokus, Amira. Jangan bikin masalah.”

Aku lihat Zayn di seberang. Dia duduk di barisan cowok, dia duduk dengan tegak dan wajahnya datar seperti biasa kalau sudah di luar rumah. Tapi… sesekali dia nengok ke aku. Bukan senyum. Tapi cuma tatap sebentar. Dan itu cukup bikin Syifa ngeliat juga.

Dan aku tahu… badai belum mulai. Tapi anginnya sudah terasa. Dan semoga aku bisa melewatinya nanti dengan kuat dan sabar.

ZAYN POV

Gue nggak suka keramaian kayak gini. Tapi OSPEK mau nggak mau harus dijalanin. Gue cuma pengen cepet selesai, balik ke apartemen, duduk bareng Amira.

Tapi yang bikin risih bukan panitia teriak-teriak. Bukan juga game-game aneh ini. Yang bikin risih adalah tatapan cewek yang duduk di tribun.

Rambutnya cokelat caramel. Bibir glossy. Bajunya crop top ketutup jaket jeans. Dan dari tadi… dia senyum ke arah gue.

Gue langsung alihin pandangan.

'Astaghfirullah… fokus Zayn. Jangan bikin dosa baru.' batinku.

Gue tahu kalau mereka bertiga selalu ngelihat ke gue disaat gue udah sampai di kampus ini,dan bukan hanya mereka tapi semua cewek. Gue natap Amira sebentar dan dia natap gue,terus gue alihin pandangan gue dari Amira dan fokus ke tengah lapangan karna ada acara.

AUTHOR POV

Barisan cowok mulai ricuh. Karena dari pintu utama kampus, empat motor gede berhenti pelan. Helm dilepas. Sorak-sorai cewek makin heboh.

“Gila… siapa tuh?” teriak salah satu maba.

Fatah turun duluan. Badannya tinggi, jaket hitam semi-leather. Disusul Reza, Vano, dan Rafi. Empat orang itu jalan pelan masuk ke lapangan. Pandangan semua orang otomatis ke mereka.

Panitia panik. “Eh… itu siapa? Anak baru juga?”

Zayn yang tadinya duduk, langsung berdiri. Matanya nyala. “Anj… ini nggak mungkin…”

ZAYN POV

Gue maju. “Fatah?”

Fatah senyum lebar. “Surprise, Bro.” Dia tepuk bahu gue keras. “Ternyata bener lo kuliah di sini. Kita semua satu kampus!”

Gue melotot. “Lo serius?”

Reza nyengir sambil sodorin tangan. “Serius lah. Mana mungkin kita biarin lo jalan sendiri.”

Rafi nambahin, “Tenang, Bro. Kita nggak akan bikin masalah. Kita di sini buat belajar juga.”

Gue ketawa kecil. “Edan… dunia sesempit ini.”

Tapi dalam hati gue… lega. Ada mereka bikin gue nggak ngerasa sendirian. Tapi di sisi lain, ada rasa waspada. Karena kalau Brightzone tau… masalah lama bisa keulang.

AUTHOR POV

Dan benar saja. Beberapa menit kemudian, suara knalpot meraung di luar pagar. Sekelompok cowok masuk. Rambut mereka ada yang dicat pirang, ada yang gondrong. Logo di jaket mereka jelas: Brightzone.

Robi jalan paling depan. Tatapan matanya liar.

Dia nggak langsung nyamperin Zayn. Cuma senyum miring dari jauh. Dan senyum itu cukup buat Zayn tahu… ini bukan pertemuan biasa.

Panitia langsung teriak, “Hei! Ini OSPEK! Bukan arena balapan! Kalian siapa?”

Robi cuma ketawa. “Santai. Kita cuma mau lihat-lihat.”

Lalu dia buang pandang… ke arah Zayn. Tatapan mereka saling bertemu. Tegang. Tapi nggak ada satu kata pun keluar.

AMIRA POV

Aku lihat semua itu. Stardom datang. Brightzone datang. Dan Zayn… menegang. Wajahnya yang tadi santai berubah dingin.

Aku nggak tahu detail masa lalunya. Tapi aku tahu… masa lalu itu nggak sepenuhnya pergi.

Dan aku berdoa, “Ya Allah… jangan biarkan hari ini berubah jadi hari buruk.”

AUTHOR POV

Panitia buru-buru ngusir Brightzone. Mereka keluar sambil ketawa. Tapi Robi sempat bisik ke anggotanya, “Gue nggak bakal buru-buru. Biar dia tenang dulu. Abis itu, kita jatuhin.”

Sorak OSPEK kembali normal. Tapi di kepala Zayn, badai udah mulai berkumpul.

Hari itu selesai tanpa ribut. Tapi semua orang bisa ngerasain… kampus ini bakal jadi medan baru buat perang lama.

AUTHOR POV

Apartemen terasa hangat sore itu. Zayn dan Amira duduk di sofa, makan nasi soto buatan mereka berdua sambil ngobrol ringan. Untuk pertama kalinya, mereka tertawa.

Tapi kehangatan ini cuma sebentar. Karena ketika malam turun, sebuah ketukan keras di pintu memecah suasana.

Tok! Tok! Tok!

Zayn berdiri, keningnya berkerut. Dia intip dari lubang pintu. Dan...

“Anjir...” gumamnya pelan.

Empat sosok berdiri di depan pintu. Jaket kulit, sneakers, senyum setengah jail.

Stardom.

ZAYN POV

Gue buka pintu pelan.

“SUPRISE, BRO!!!” Fatah langsung ngerangkul gue. Rafi ketawa keras, Vano bawa plastik gede isi makanan, Reza senyum lebar sambil nunjuk ke dalam apartemen. Dan tanpa permisi setelah pelukan singkat sama Zayn mereka masuk ke dalam apartemen Zayn satu persatu.

Saat sudah di dalam, mereka langsung duduk selonjoran dan ada yang tidur di sofa tanpa permisi. Saat mereka asyik ngobrol dan makan snack yang di bawa Rafi tiba-tiba ...Amira keluar dari dapur, kaget. Tapi senyumnya ramah. “Assalamu’alaikum…”

Empat kepala langsung nengok. Sunyi sejenak. Sampai Fatah nyeletuk, “Wa’alaikumussalam. Eh… ini… calon…”

Belum sempat dia lanjutin, Zayn potong cepat, “Istri gue.”

Suasana beku. Lalu pecah.

“HAH?! LO SERIUS BRO?” Rafi hampir ngejatuhin gorengan.

Reza tepuk jidat. “Gila… ternyata lo ngasih kita kejutan lebih gede dari masuk kampus.”

Vano ngakak. “Fix. Lo sekarang bener-bener beda, Zayn.”

Amira senyum malu. “Maaf kalau dadakan. Kami memang belum umumkan ke siapa-siapa.”

Fatah duduk, geleng-geleng sambil ketawa. “Gak papa kok Bu Bos santai aja. Bro… kita bangga sama lo.”

Reza tepok bahu gue. “Lo gila, Bro. Dari semua anak Stardom, lo paling duluan halal.”

Vano ketawa ngakak, nyodorin plastik. “Udah lah... kita rayain kecil-kecilan. Jangan pikirin geng sebelah dulu.”

Gue tatap mereka satu-satu. “Janji. Jangan keluarin ini di luar. Gue serius.”

Fatah angkat tangan. “Santai, Bro. Kita Stardom. Lo tau motto kita apa?”

Mereka saling tatap, lalu serempak tepuk dada, tunjuk ke langit.

“We’ll—Be—The—Star.”

Gue tarik napas. Ada lega di dada. Untuk pertama kalinya sejak nikah, gue nggak ngerasa sendiri.

Amira duduk pelan, senyum tipis. Dan malam itu, apartemen kecil ini dipenuhi tawa. Tapi di luar sana, badai mulai siap.

ZAYN POV

Gue liat Amira nyajiin teh. Senyum kecilnya bikin suasana nggak kaku.

Stardom duduk melingkar. Kita ngobrol lama. Bukan soal balapan, bukan soal tawuran. Tapi soal hidup, soal masa depan.

Dan gue sadar… keluarga nggak selalu lahir dari darah. Kadang lahir dari orang-orang yang nggak pernah ninggalin lo.

AUTHOR POV

Malam turun di Jakarta. Di apartemen kecil itu, tawa terdengar. Mereka mungkin punya masa lalu kelam. Tapi malam ini, ada satu hal yang jelas:

Persahabatan ini nggak lagi cuma tentang jalanan. Tapi tentang saling jaga di jalan yang benar.

Tapi di luar sana… Robi nggak tidur. Hamdan nggak diam. Syifa nggak berhenti merencanakan sesuatu.

Dan besok… badai bisa datang kapan aja.

HP Zayn bergetar di atas meja. Notifikasi unknown number.

Satu foto masuk. Foto blur akad nikahnya sama Amira.

Di bawahnya ada teks:

“Lo pikir ini bakal aman selamanya?”

Gue ngerasa darah gue berhenti ngalir.

 

To Be Continued...✨️🫶

1
Tarwiyah Tarwiyah
critanya jngan bertele" kak jdi bosen .maaf ya bukan mksd apa" cuma saran
MayLiinda: Siap. Terima kasih kak atas masukkannya .., 🫶
total 1 replies
Rukawasfound
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
MayLiinda: Terima kasih 🙏😊
total 1 replies
Donny Chandra
Bagus banget thor! Bisa jadi film nih!
MayLiinda: Terima kasih .., 🙏😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!