"Aku mau seperti Bibi tidak menikah saja," ucap ku yang pasti akan membuat bibi nya marah
"Kau ini jangan bicara sembarangan! bagaimana kalau di dengar oleh mama mu!"
"Aku tidak secantik Bibi dan tidak punya tubuh sebagus tubuh Bibi yang seorang model, mana ada cowok yang tertarik dengan orang sejelek aku ini, gadis pendek dan berkacamata tebal."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon waini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rendahan
“Kalau tidak di lepas gimana aku bisa mengoleskan cream-nya?” akhirnya Agatha membiarkan Ian melepas kacamatanya.
Setelah melepasnya, Ian jadi terdiam dan tertegun sebentar saat menatap wajah Agatha.
“Ada apa?” Agatha menyadarkan lamunannya, Ian pun segera mengoleskan cream di wajah Agatha.
“Kau terlalu menyedihkan” ledek Ian sambil menyembunyikan perasaannya, tadi ia sedikit terpana melihat wajah Agatha tanpa kacamata.
Agatha menatapnya resah. “Kenapa Tuhan begitu tidak adil padaku, kenapa dia bisa menciptakanmu begitu cantik?” Agatha mengeluh.
“Kau kira aku senang dengan wajah seperti ini? Sebenarnya Tuhan sangat adil denganmu, kau sendiri yang tidak menghargainya dan tidak mau berusaha”
“Ian, apa kau benar-benar tidak suka sama cewek? Kan sayang kalau orang setampan dirimu tidak pacaran, emangnya kalau kau dekat sama cewek selama ini tidak ada perasaan berdebar-debar gitu?” Agatha bangkit dari duduknya lalu balik menatap Ian.
“Tidak ada!” Ian menyentil dahi Agatha hingga Agatha berteriak kesakitan sambil mengusap-usap dahinya. Lalu Ian segera mendorong Agatha duduk kembali.
“Kalau sama aku pasti ada” Agatha tertawa.
“Jangan banyak ngoceh, aku tidak bisa menyelesaikan ini kalau mulutmu bergerak terus”
“Kenapa jadi cewek harus begitu merepotkan” keluh Agatha
...***...
Saat Agatha melewati kamar Val yang pintunya tidak tertutup dengan rapat, ia pun mengintip dan betapa terkejutnya Agatha ketika melihat ada seorang gadis cantik setengah telanjang berbaring di sofa yang sedang di lukis oleh Val.
“Sedang apa kau?” tanya Ian yang melihat Agatha yang berwajah pucat sedang mengintip kamar Val. Tentu saja ini membuat Agatha terkejut dan langsung pergi. Val yang mendengar ada suara di luar pun segera keluar dari kamarnya.
“Ada apa?” tanya Val melihat Ian ada di depan pintu kamarnya.
“Tadi aku melihat Agatha sedang mengintip kamarmu”
“Agatha?”
“Apa yang kau lakukan di dalam kamarmu? Tadi aku lihat wajahnya sangat pucat sekali” ucap Ian ingin tahu dan mencoba mengintip lewat celah pintu yang terbuka, tapi dengan cepat Val segera menutup pintu kamarnya.
Di kamar, Agatha marah dan menangis. “Dasar brengsek!!” umpat Agatha kesal sekali sambil menatap lukisan ‘Calla Lily’ yang ada di hadapannya. Ia tidak tahu kenapa bisa semarah ini, hatinya tercabik-cabik dan marah, kesal, kecewa...atau ada perasaan lain yang bisa membuatnya semarah ini?
“Aku tak percaya orang sepertimu bisa membuat lukisan seindah ini” Agatha ingin membanting lukisan itu, tapi tidak jadi karena tiba-tiba Ian masuk ke kamarnya.
“Kau kenapa?” Ian heran melihat kamar Agatha yang berantakan lalu melihat lukisan yang di pegang Agatha.
“Bukankah itu lukisan Val?”
“Ku kira orang yang bisa membuat lukisan seindah ini adalah orang yang lembut dan baik, juga benar-benar sangat menyukai seni lukis...tapi apa yang kulihat tadi...”
“Gadis setengah telanjang?” sambung Ian.
“Ternyata aku sudah salah menilainya, dia hanyalah seorang seniman rendahan” Agatha sangat kecewa dengan Val.
“Kau menyukai Val?” tanya Ian sambil mengangkat alisnya.
Agatha tidak menjawabnya tapi Ian sudah bisa menebaknya kalau Agatha memang menyukai Val.
Di koridor Ian berpapasan dengan Val. “Ternyata kau punya pengagum rahasia” ucap Ian lalu terkekeh.
Val melihat Agatha duduk di taman sambil melamun, ia pun menghampirinya dan membuyarkan lamunannya.
“Kenapa duduk sendirian di sini?” tanya Val. Melihatnya datang, Agatha langsung beranjak dari tempatnya tapi Val menghentikan langkahnya.