seorang kakek yang awalnya di hina, namun mendapat kesaktian
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri muda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Ratna baru saja keluar dari kamar mandi, tubuhnya masih dibalut handuk putih yang menyerap tetesan air yang tersisa di kulitnya. Cahaya lampu di kamar kos tersebut memantulkan kilauan lembut pada bulir-bulir air yang masih melekat di tubuhnya, memberikan kesan eksotis yang memikat.
Senyuman yang tersungging di wajahnya menambah kesan mempesona, seolah menjanjikan misteri dan keindahan yang tak terungkap.
Handuk yang melingkupi tubuhnya terlihat sederhana namun elegan, menonjolkan siluet yang halus dan feminin.
Kakek Surya yang masih tidur, cuma terbungkus selimut di bagian bawah badannya, langsung tersenyum menyaksikan kemunculan Ratna.
"Neng, baru sekarang mandi?, ini kan udah malam." tanya Kakek Surya.
"Iya, Mas. Tadi sore sangat sibuk," jawab Ratna, sambil perlahan mengelap sisa air yang masih menempel di tubuhnya. Kulit putih dan halus istri Joko itu terlihat jelas di bawah cahaya lampu terang kos-kosan ini.
Setelah selesai mengeringkan tubuhnya dengan handuk, Ratna melemparkan handuk itu sembarangan, lalu melangkah pelan mendekati Kakek Surya.
Setiap langkah Ratna meninggalkan kesan menggoda, dengan bibir Ratna, terus terukir senyum bahagia.
Tanpa berkata apa-apa, Ratna langsung merebahkan diri di samping Kakek Surya.
Mereka kembali berpelukan dan berc1uman, sementara tangan Ratna perlahan menyingkirkan selimut yang menutupi tubuh Kakek Surya.
Lalu Tangan Ratna yang lentik itu kembali bergerak perlahan, mengambil pistol milik sang kakek, sambil mereka terus bersiap melakukan pertarungan.
Mendapat perlakuan dari istri Joko seperti itu, Kakek Surya perlahan membalas dengan cara tak kalah ganas, tangannya langsung bergerak menyerang dada, kulit dada Ratna yang masih terasa dingin karena baru saja selesai mandi.
Setelah beberapa saat dalam posisi ini, serangan Ratna pun berhenti. Namun, sekarang ia perlahan wajahnya turun hingga sampai di tempat pistol milik Kakek Surya. Lalu Ratna, dengan keahlian yang ia miliki, memberikan serangan menggunakan kekuatan mulutnya. Sambil sesekali, Ratna menoleh ke arah Kakek Surya, seakan mencari pengakuan dari aki aki kampung ini. Lalu tatapan mereka kadang bertemu, namun Ratna tak menghentikan aksinya.
Merasa mendapat perlakuan yang lebih begitu, Kakek Surya pun ingin membalas setiap perlakuan istri Joko ini, dengan sedikit gerakan yang lebih intens. Lalu Kakek Surya dengan lembut menarik kaki mulus perempuan muda itu.
Hingga saat ini, mereka berbeda posisi, jadi bolak balik.
Karena perilaku Ratna. Itulah mengapa Kakek Surya juga ingin merasakan apa yang dimiliki Ratna, sarung pistol itu.
Lalu posisi Ratna berubah, sekarang berada di atas Kakek Surya, membuat Kakek Surya seolah-olah tenggelam dalam kepadatan hutan. Tersesak atas serangan Ratna.
Kakek Surya, yang baru pertama kali mengalami ini, terlihat sangat amatir. Namun, Ratna tetap merasa kewalahan karena Kakek Surya telah memberikan serangan yang lebih, sesuatu yang tidak pernah Joko lakukan, meskipun Ratna sebenarnya tidak pernah meminta. Juga Ratna tidak ingin melakukan hal ini dengan pistol suaminya.
Kedua orang ini seolah-olah mendapatkan pengalaman baru dalam hal ini, karena keduanya pada dasarnya ingin saling membalas dan membalas. Lama-kelamaan, mereka terus dalam posisi bolak-balik begitu, sampai Ratna tidak tahan lagi.
Namun, sepertinya Ratna tak ingin mengakhiri hal ini karena dia mendapatkan sensasi baru dalam kegiatan ini.
Setelah merasa makin tak tahan lagi, Ratna perlahan menggerakkan tubuhnya menjauh dari jangkauan serangan mulut Kakek Surya. Dia juga melepas pistol yang sebelumnya dipegang dan dimainkan. Sekarang, dia mengubah posisinya hingga sejajar dan kembali berciuman sebentar.
"Terima kasih, Mas. Ini adalah pertama kali buat aku. sangat di luar ekspektasi," bisiknya mesra sambil tersenyum menggoda.
Kakek Surya hanya tersenyum menanggapi ucapan Ratna begitu.
Kemudian, Ratna kembali ke atas, dan tangannya kembali memegang pistol yang sudah dirampasnya, lalu diarahkan ke sarung yang sebelumnya sempat dimainkan orang tua itu. Akhirnya, pistol tersebut seluruhnya terbenam dan lenyap dari pandangan ke dalam sarungnya.
Tanpa diminta oleh Kakek Surya, Ratna pun kembali melakukan gerakan yang kini lebih bebas, kadang memutar, maju mundur juga naik turun. Melakukan serangan dengan gerakan mematikan, yang dirasakan Ratna jauh melebihi khayalannya, bahkan dia sudah tidak ingat lagi pada sosok suaminya. Keduanya terus melakukan pertempuran itu cukup lama.
Mungkin karena ini adalah acara kedua mereka, membuat Kakek Surya mampu bertahan cukup lama, hingga Ratna kewalahan. Meski tubuhnya sudah tua dan tenaganya tidak sekuat dulu, ia masih bisa membuat Ratna terhanyut dan kalang kabut. Akhirnya, mereka pun mengakhiri acara malam itu setelah mencoba berbagai gerakan serangan dan posisi menyerang yang berbeda.
Langsung tubuh Ratna lemas, tanpa energi, hanya senyum yang terukir di bibirnya. Tubuhnya seolah enggan untuk bergerak, juga keringat sedikit membasahi tubuhnya, meskipun baru saja dia mandi tadi.
Melihat istri Joko terdiam seperti itu, Kakek Surya bangkit dan berpakaian tanpa berkata-kata. Lelaki tua itu pun berciuman Ratna perlahan sebelum keluar dari kamar kos tersebut.
"Mas, sekarang mas pulang?" tanya Ratna sambil tersenyum, namun tubuhnya terdiam tanpa tenaga, wajahnya terlihat pucat, menandakan bahwa ia sangat lelah.
“Ini sudah sangat malam, Bapak mau pulang sekarang.” jawab Kakek Surya lembut.
“Iya Mas. Tapi nanti nanti, kalau situasinya memungkinkan, datanglah ke sini kapan pun. Aku akan selalu siap,” jawab Ratna, suaranya lembut namun penuh harap, matanya berbinar menatap wajah keriput Kakek Surya. Ia memberikan senyum yang mengandung seribu makna, sebuah isyarat tak terucap akan kehangatan dalam dinginnya malam.
Kakek Surya, berdiri termangu. Senyum Ratna bagaikan lampu temaram yang menerangi hatinya yang sepi. Namun, langkahnya terhenti sebentar, Kakek Surya menarik napas dalam-dalam. Lalu dengan perlahan, dengan setapak demi setapak, ia menyelinap keluar menuju kesunyian malam yang pekat. Kos-kosan itu, terasa lebih sepi dari biasanya.
Suara jangkrik memecah keheningan, karena saat itu sudah hampir tengah malam. Saat itulah, biasanya Joko akan pulang dari bekerja.
Dan benar saja, beberapa saat kemudian, bahkan Kakek Surya belum tidur, suara motor terdengar berhenti di halaman kos, yang pastinya itu adalah Joko, yang sudah datang dari bekerja.
Bersambung..