Revenge : Istri Nakal Tuan Keyvan

Nayya sudah sampai di perusahaan. Namun saat ia baru saja memasuki lobby, ia di kejutkan dengan Keyvan yang berdiri di sana dengan tatapan yang tajam.

"Ke-keyvan, a-apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nayya terbata

"Harusnya aku yang bertanya, dari mana saja kau?" tanya Keyvan.

"A-aku ... Aku tadi makan siang di luar," ucap Nayya bohong.

"Pergi tanpa ijin, melanggar aturan perusahaan dengan makan di luar dan melebihi jam istirahat. Kau harus di hukum Nayya," ujar Keyvan.

"A-apa? Ta-tapi aku ... "

"Ini adalah peraturan perusahaan. Jangan karena kau istriku, kau bisa melanggar peraturan seenaknya." Keyvan mendekat dan berdiri tepat di depan Nayya. "Kau tenang saja, hukuman mu tidak berat. Kau hanya perlu merayu dan menciumku," bisik Keyvan.

"APA?" pekik Nayya dengan melebarkan kedua matanya sempurna.

"Sstt, jangan berteriak sayang! Kau justru mengundang perhatian karyawan," bisik Keyvan.

Nayya melihat karyawan yang berlalu lalang, melirik kearahnya. Dia beralih menatap Keyvan dan menolak perintahnya. "Aku tidak mau."

"Benarkah? Kau yakin tidak mau melakukannya?" tanya Keyvan

Nayya menatap Keyvan yang menyeringai, seolah tengah merencanakan sesuatu dan dia yakin itu bukan hal yang bagus. Tapi, dia juga tidak mungkin merayu Keyvan di sini, di depan semua karyawan karena itu sangat memalukan.

"Jangan lupa dengan isi dari surat perjanjian yang kau tanda tangani, sayang," seru Keyvan.

Sudah Nayya duga, Keyvan akan menggunakan surat itu sebagai ancaman. Entah apa yang akan Keyvan lakukan jika ia menolak permintaannya.

"Kita lakukan di ruangan mu saja," seru Nayya.

"No, aku ingin kau melakukannya di sini," tolak Keyvan yang membuat Nayya menghentakkan kakinya kesal. Dia menatap Keyvan yang seolah mengejeknya karena bisa membuatnya tidak berkutik.

"Come on, babe."

Nayya mengambil nafas dalam dan menghembuskannya perlahan. Dia berdehem pelan dan mulai menunjukkan bakatnya. "Sayang!!" Nayya melingkarkan kedua tangannya di leher Keyvan dengan ekspresi wajah yang sensual. "Maafkan aku. Aku tidak tahu jika ada peraturan seperti itu. Lagipula, aku kan juga belum lama bergabung di perusahaan mu," seru Nayya yang mulai menggoda Keyvan.

Tidak hanya memeluk, Nayya juga berani mengusap wajah Keyvan dengan jarinya, turun sampai ke jakun pria itu yang naik turun.

"Kau mau memaafkan ku, kan?" pinta Nayya. Dalam hati dia tidak hentinya mengumpat karena ini sangat memalukan. Tapi melihat reaksi Keyvan, membuatnya merencanakan sesuatu untuk membalas pria itu.

"Sayang!" jari Nayya mulai nakal dengan menari-nari di dada bidang pria itu yang terhalang oleh jasnya. "Kau tidak mencintaiku, ya. Apa kau tetap akan menghukum ku, hm?"

Sebenarnya Nayya menahan rasa malu, ia juga risih dengan tatapan dan bisik-bisik karyawan yang melihat kegilaannya. Tapi mau bagaimana lagi, semua ini karena pria menyebalkan yang saat ini berdiri di depannya.

"Kenapa kau diam saja, hm?"

Keyvan menaikkan sudut bibirnya. Dia memeluk erat pinggang Nayya yang membuat semua karyawan yang melihat mereka, memekik keras. Mereka seolah sedang menonton adegan romantis di film.

"Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan aku!" geram Nayya pelan.

"Cium aku!" perintahnya.

"A-apa?" pekik Nayya pelan.

"Aku tidak akan melepaskanmu jika kau belum menciumku," seru Keyvan. Ia akui, ia terpancing dengan perlakuan Nayya. Dia hanya meminta Nayya untuk merayu dan menciumnya tapi wanita itu justru menggodanya. Benar-benar gadis yang nakal.

"Jangan gila, Van!" geramnya pelan

"Kau yang membuat ku gila, sayang. Jika kita berada di ruangan ku, aku pasti tidak akan melepaskan mu."

Glek

Nayya menelan ludahnya kasar. Dia belum siap melakukan proses reproduksi dengan Keyvan. Jadi, tidak ada pilihan selain menciumnya di depan umum.

"Huh!!" Nayya mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Kemudian dia berjinjit dan mengecup singkat bibir Keyvan. Namun diluar dugaan, Keyvan justru menarik tengkuknya sehingga bibir mereka kembali menempel.

"Oh my God!!"

"Astaga, aku tidak sanggup melihatnya."

"Kyaa, tuan Keyvan romantis sekali."

"Aku iri, kapan aku mempunyai pria seperti tuan Keyvan."

Begitulah kira-kira suara histeris para karyawan yang tertahan. Mereka tidak berani mengeluarkan suara karena takut mengganggu kesenangan tuan mereka.

Sedangkan kedua insan, yang menjadi tontonan itu, seolah tidak peduli dengan mereka dan lebih memilih menikmati setiap permainan lidah yang mereka lakukan , sampai Nayya memukul bahu Keyvan, meminta pria itu untuk melepaskan ciumannya karena ia hampir kehabisan oksigen.

"Kau mau ... " ucapan Nayya terhenti karena tiba-tiba Keyvan mengecup kembali bibirnya.

"Kecilkan suaramu. Banyak orang melihat kita sekarang," seru Keyvan.

Nayya melihat kesana-kemari dan mendengus kesal. Dia menghentakkan kakinya dan pergi dari sana karena malu. Sedangkan Keyvan, hanya terkekeh melihat tingkah Nayya. Namun sedetik kemudian, raut wajahnya berubah. Dia menatap karyawan nya dengan tajam, yang membuat mereka ketakutan dan kembali bekerja.

"Cih!!" Keyvan mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang dengan kedua mata yang masih menatap Nayya yang sudah masuk kedalam lift.

"Bagaimana?" tanya Keyvan.

"Nona pergi ke rumah Jerry, tuan."

"Apa yang mereka lakukan?" tanya Keyvan

"Saya tidak tahu, tapi saat Nona sampai di sana, sepertinya Jerry tidak ada di rumah karena setelah beberapa saat nona masuk, Jerry baru saja pulang dan pertemuan mereka juga singkat."

"Good, awasi terus mereka!" Keyvan menutup sambungan telepon nya dan menggenggam erat ponselnya. Hari ini, Nayya sudah membohonginya dan diam-diam menemui Jerry. Apa yang dia lakukan di sana? Apa mereka masih bekerjasama dan kembali merencanakan sesuatu?

"Aku harus waspada. Walaupun Nayya terlihat menyesali perbuatannya, tapi dia sudah berbohong dan menemui Jerry diam-diam," batin Keyvan.

"Sebenarnya apa yang kau rencanakan, Nayya?"