FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
.
BUTUH HEALING? BACA ɪᴍᴀᴍᴋᴜ, ꜱᴜʀɢᴀᴋᴜ SOLUSINYA!
.
DINGIN IN PUBLIC, BUCIN IN PRIVATE🕊️
.
PERINGATAN! HATI - HATI, CERITA INI DAPAT MENYEBABKAN KEJANG-KEJANG DAN SENYUM-SENYUM SENDIRI!🦋
.
Allah itu maha romantis. Ada banyak cara untuk Allah mempertemukan kita dengan jodoh. Salah satunya Azalea. Berawal dari ketidaksengajaan nya yang menghilangkan berkas penting, berakhir dengan ia yang menjadi istri sang bos besar.
Awalnya, Azalea pikir pernikahannya itu tidak akan berlangsung lama ketika mengingat bagaimana awal mereka berdua bisa menikah. Namun ternyata tidak. Husain bukan laki-laki pengecut yang akan mempermainkan kesakralan sebuah pernikahan. Justru Husain akan menjadi lelaki gentle yang akan terus mempertahankan rumahtangganya atas izin Allah.
"Kamu tahu istriku, jika saja setan melihat senyuman manis kamu, Abang khawatir malah ia yang akan tersesat saat menggodamu," - Azzam Gibran Al-Husain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon its.syrfhlee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(22). Romantisnya Husain.
Malam berlalu seperti biasanya. Rembulan berganti tugas dengan sang mentari. Kembali memberikan sinarnya pada bumi yang semalaman gelap gulita.
Matahari kali ini bersinar dengan cerah. Angin berkesiur menarikan dedaunan sebagaimana mestinya. Suasana sejak subuh sampai pagi ini tetap dingin seperti seharusnya. Membuat sepasang mata enggan terbuka. Memilih merapatkan diri dengan tebalnya selimut.
Namun mau tak mau, sepasang mata itu tetap harus terbuka. Karena kewajibannya telah menanti untuk di laksanakan segera mungkin.
"Abang mana ya?"
Biasanya, ketika Azalea memilih untuk kembali menyambung tidurnya setelah sholat subuh, Husain akan melakukan hal yang sama juga. Tapi ternyata, saat kedua mata Azalea terbuka, ia tak menemukan Husain di kamar mereka.
Saat tanpa sengaja matanya memandang ke arah samping ranjang, sudut mata Azalea langsung menangkap sebuah nampan yang diatasnya terdapat segelas susu dan sepiring roti kesukaannya.
Seketika senyum Azalea terbit tanpa di minta. Hatinya menghangat mengetahui Husain masih sama seperti pagi sebelumnya yang akan bersikap manis dan juga hangat.
Tak hanya sarapan, Husain ternyata juga meninggalkan secarik kertas yang tertempel di gelas susunya. Melihat tulisannya saja, Azalea bisa langsung tahu siapa penulisnya.
---
There is something I look forward to more every morning than sunshine, that is your smile. Good morning my best love💛.
Still with the same hope every morning.
Someday, I want to live by the ocean in an old cottage with a person i love and it is you.
Btw kalau kamu nyariin aku, aku lagi ngegym, sayang. Sarapannya kamu makan aja. Soalnya aku udah sarapan tadi.
^^^Ur love, Husain.^^^
---
Wajah Azalea memerah setelah membaca surat manis dari Husain. Suaminya itu memang paling bisa membuatnya tersipu malu.
Husain itu sebenarnya sadar gak ya, kalau dia itu adalah manusia yang Tuhan ciptakan dengan begitu layak dan sempurna. Azalea pernah berpikir jika waktu itu ia memilih untuk mengganti rugi kelalaian yang ia buat, mungkin Azalea tak akan pernah lagi bisa merasakan rasanya dicintai sebegitu dalamnya oleh Husain. Sekarang, Azalea percaya dengan kata-kata ini, 'Di balik kesedihan dan musibah yang menimpamu, Allah akan menggantikannya dengan kebahagiaan berkali-kali lipat'.
Jika seandainya Azalea adalah seorang penulis novel, Husain pasti akan jadi pemeran paling indah yang akan Azalea tulis. Alasannya simple. Karena bagi Azalsa, Husain adalah manusia yang paling berkesan di hidupnya. Sekecil apapun effort yang Husain lakukan untuknya, Azalea sangat menyukainya.
Selain itu, Husain juga selalu berhasil memberikan butterfly effect pada Azalea di setiap saatnya.
Ditengah lamunan indahnya, Azalea tiba-tiba mendengar suara langkah kaki yang ia yakini itu adalah suara langkah kaki Husain yang sedang berjalan mendekati kamar mereka. Membuat wanita itu secara otomatis langsung tersenyum lebar. Lelaki yang ia tunggu sudah kembali.
Ceklek.
"Good morning, my precious husband,"
Azalea berteriak riang menyapa Husain bersamaan dengan pintu yang terbuka dari luar. Menampilkan Husain dengan training hitam dan baju kaos hitam yang terlihat pas di badannya. Bahkan Azalea bisa melihat dada bidang dan roti sobek milik Husain yang menjadi kesukaannya.
"Good morning too, my sunshine. How did you sleep last night? Did you have a sweet dream?" tanya Husain dengan lembut.
Lelaki itu menghampiri Azalea yang duduk manis di tepi ranjangnya. Memberikan kecupan selamat pagi pada kening, kedua pipi dan bibir Azalea.
"Yeah. Tidur Aza nyenyak. Bahkan Aza juga mimpi indah," jawab Azalea dengan nada riang.
"Boleh Abang tahu mimpi apa itu?"
Azalea mengangguk dengan cepat. Wajahnya terlihat sangat antusias ingin memberitahukan mimpi indahnya.
"Boleh. Abang tahu, tadi malam Azalea bermimpi bahwa kita akan memiliki anak dan hidup bahagia selamanya,"
Husain tersenyum manis. Tangannya menarik tubuh Azalea untuk ia dekap. Memberikan ciuman manis di pucuk kepala sang istri.
"Aamiin. May Aza's dream come true. Sekarang sarapan setelah itu mandi. Nanti jam setengah delapan kita berangkat ke kantor. Okay, love?"
"Okey. Siap dilaksanakan."
"Ur so cute. And i love it."
Hampir setiap harinya Azalea mendengarkan ungkapan romantis dari bibir Husain. Namun rasanya masih tetap sama seperti pertama kali Husain mengatakannya. Azalea bahkan masih akan salah tingkah jika Husain sudah mengeluarkan ungkapan romantis dari bibirnya.
...-- Husain dan Azalea --...
Azalea bergerak gelisah di tempat duduknya. Matanya menatap ke sana kemari membuat sepasang mata menatapnya dengan raut wajah bingung. Sesekali, Azalea meringis memegang perutnya seolah tengah merasakan sakit.
"Rapatnya kita sudahi sampai disini. Untuk kelanjutannya, kita akan bahas lain waktu. Terimakasih."
Husain secara tiba-tiba mengakhiri rapat yang mereka lakukan. Membuat beberapa karyawan berbisik-bisik tentang apa alasan bos besar mereka yang dikenal disiplin dan tegas tiba - tiba mengakhiri rapat mereka yang belum selesai sampai akhir.
Satu persatu para karyawan yang menghadiri rapat keluar dari ruangan. Tinggallah giliran Azalea yang akan beranjak dari kursinya dan keluar dari ruang rapat. Namun hal itu langsung di larang tegas oleh Husain.
"Nona Azalea Hilya, ada yang ingin saya bicarakan,"
"Baik, Pak,"
"Ameer, Riyana, kalian bisa keluar. Saya ingin berbicara empat mata dengan Nona Azalea,"
"Baik, Pak."
Setelah Ameer dan Riyana keluar dari ruang rapat, Husain langsung merubah raut wajahnya yang semula dingin menjadi hangat dan lembut.
Tangannya menggapai tangan Azalea yang berada di atas meja untuk ia genggam.
"Kamu kenapa hm? Kamu sakit?"
Azalea menggeleng, "Aza gak sakit abang. Tapi --" cicitnya pelan.
"Tapi?"
"Kayaknya Aza lagi haid," tutur nya pelan.
"Kamu tunggu disini, Abang beli pembalutnya dulu,"
"Emang abang, gak malu?" tanya Azalea.
Husain menggeleng. Bagi Husain, apapun untuk istrinya ia tak akan pernah malu melakukannya.
"Gak, sayang. Ngapain Abang malu. Ya udah, kamu tunggu disini aja. Abang gak bakal lama kok."
"Oke deh."
Sepuluh menit setelahnya, pintu ruang rapat di buka dari luar. Menampilkan Husain yang menenteng dua kresek. Jangan lupakan wajahnya yang selalu tersenyum manis dan lucu ke arah Azalea.
Setibanya di hadapan Azalea, tak lupa Husain mendaratkan kecupan mesra di kening Azalea yang telah bersedia menunggunya selama sepuluh menit.
"Sebentar Abang cari dulu pembalutnya"
Tangan Husain dengan lihai mengobrak-abrik isi kresek yang ia bawa. Mengeluarkan satu persatu isi dari kresek itu, hingga akhirnya ia menemukan benda yang dicarinya.
"Tadaa, I found it." seru Husain dengan wajah senangnya. Lelaki itu memberikan pembalut yang ia beli ke arah istrinya.
"Tadi kata mbak-mbak kasirnya, ini itu pembalut paling bagus. Dijamin gak bakal tembus. Dan nyaman kalau dipakai untuk beraktivitas. Cara pakainya gampang. Kamu tinggal ---"
"Stop it, Love!" Azalea tiba - tiba berseru dengan cepat. Memotong ucapan Husain yang menurutnya terlalu frontal.
"Abang, Aza udah tahu cara pakainya. Lagi pula, ini bukan haid pertama Aza. Jadi, Abang gak perlu kasih tahu Aza gimana cara pakainya," lanjutnya berusaha selembut mungkin.
"Oh iya, Abang lupa. Sorry ya, sayang, Abang terlalu excited."
"It's okay. Aza mau ke kamar mandi dulu. Abang tunggu disini."
"Abang gak boleh ikut?" Tanya Husain dengan wajah polosnya.
"Emang Abang mau ngapain?"
"Kali aja kamu butuh bantuan buat pasangin pembalutnya. Abang bersedia kok, sayang." ucap Husain dengan berbinar. Seolah itu adalah hal yang paling mengesankan.
"ABANG! WHATEVER!" teriak Azalea frustasi.
Azalea meninggalkan Husain yang tengah terkikik. Wajah cowok itu terlihat puas melihat wajah frustasi bercampur kesal Azalea. Kapan lagi Husain bisa menjaili istrinya.
- To Be Continue -