Dihari ulang tahunnya yang ke 23 tahun Marlena Susianti atau yang sering di panggil Lena berharap hadiah spesial dari sang kekasih. Namun ternyata yang dia dapat tidak sesuai apa yang diharapkan. Lena justru mendapati kekasihnya sedang melalui malam panas dengan sahabatnya sendiri, Sherin. Karena kecewa, Lena pun berlari keluar dari apartemen kekasihnya secepat yang ia bisa untuk menghindar dari kenyataan pahit itu.
Rasa kecewa dan sakit hati membuat Lena pun putus asa hingga ia masuk ke sebuah club malam. Terlalu banyak menenggak alkohol membuat Lena akhirnya menghabiskan malam dengan seorang pria tampan yang tidak dia kenal sama sekali.
“Sayang.. Kamu milikku sekarang.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22
Erlan mengerjapkan kedua matanya ketika sinar mentari pagi tepat mengenai wajah tampannya. Pria itu melenguh kemudian pelan pelan membuka kedua matanya. Pandangan pertama yang dia lihat adalah langit langit kamarnya.
Erlan menghela napas kemudian tersenyum ketika mengingat statusnya yang sekarang sudah menjadi seorang suami.
Erlan menoleh ke sampingnya. Senyuman yang menghiasi bibirnya sirna saat itu juga ketika tidak mendapati Lena disampingnya. Padahal Erlan sangat berharap pagi ini dirinya melihat istrinya yang masih terlelap untuk kemudian dia peluk dan dia cium untuk membangunkannya.
“Apa dia sudah bangun?” Gumam Erlan bertanya pada dirinya sendiri.
Erlan kemudian bangkit dari berbaringnya turun dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya.
Sekitar 20 menit membersihkan dirinya, Erlan pun selesai. Pria itu mengeringkan rambutnya dengan handuk kemudian mengenakan kaos putih polos yang dipadukan dengan celana kolor warna biru diatas lutut. Setelah rapi, Erlan pun bergegas keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan istri tercintanya yang entah sudah berada dimana pagi ini.
Begitu hendak menuruni anak tangga, Erlan berhenti melangkah ketika indra penciumannya mencium aroma wangi masakan. Erlan mengeryit. Seingatnya semalam Erlan sudah meliburkan semua pekerja di rumahnya. Selain karena mereka yang sudah begitu lelah menyiapkan dan melayani semua tamu tamu yang hadir kemarin, Erlan juga ingin menikmati waktunya hanya berdua saja di rumah dengan Lena.
“Apa Lena yang masak?” Gumam Erlan bertanya tanya.
Karena penasaran, Erlan pun segera menuruni satu persatu anak tangga menuju lantai satu rumahnya. Tempat yang langsung di tuju oleh Erlan adalah dapur. Pria itu benar benar sangat penasaran siapa yang sedang memasak pagi ini.
Benar saja. Begitu Erlan sampai di dapur, Erlan mendapati Lena yang sedang memunggunginya di depan kompor. Aroma wangi masakan itu juga semakin tajam terhirup oleh indra penciuman Erlan.
Erlan tersenyum lebar. Tiba tiba perutnya berbunyi seolah tidak sabar ingin menerima asupan makanan dari makanan yang sedang Lena masak.
Pelan pelan Erlan melangkah mendekat pada Lena yang begitu telaten mengaduk nasi goreng di wajannya. Lena juga sama sekali tidak menyadari kehadiran Erlan di belakangnya.
“Masak apa sayang?” Tanya Erlan berbisik tepat di samping bahu Lena.
Lena tersentak dan terkejut karena kehadiran tiba tiba Erlan. Dia menghela napas kasar. Ingin sekali marah karena Erlan hampir saja membuat Lena jantungan. Tapi itu tidak mungkin. Lena tau maksud Erlan pasti tidak ingin mengejutkannya.
Lena mematikan kompor karena memang nasi goreng buatannya sudah matang. Sebenarnya Lena juga bingung karena begitu bangun rumah mewah itu tampak sangat sunyi senyap. Hal itu membuat Lena akhirnya berinisiatif membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel lantai, kemudian memasak untuk sarapannya dan Erlan. Lena juga terus bertanya tanya kemana perginya semua pekerja di rumah itu sehingga satupun tidak ada yang terlihat. Saat Lena mengecek ke kamar mereka pun pintunya masih tertutup rapat.
“Aku memasak nasi goreng untuk kita sarapan. Maaf kalau aku lancang. Tapi saat aku bangun subuh tadi tidak seorangpun.” Ujar Lena sedikit menggeser tubuhnya kemudian memutarnya menghadap pada Erlan.
Merasa tidak nyaman dengan jarak itu, Erlan pun meraih pinggang Lena dan menariknya dengan lembut sehingga tubuh mereka menempel dengan sempurna. Pria itu menunduk menatap wajah Lena yang terlihat sangat terkejut dengan apa yang Erlan lakukan.
“Aku yang seharusnya minta maaf sayang. Aku lupa memberitahu kalau hari ini dan untuk dua hari kedepan tidak akan ada pekerja di rumah ini. Aku meliburkan mereka semua karena kemarin dan beberapa hari belakangan ini sudah begitu bekerja membantuku menyiapkan persiapan pernikahan kita.” Bisik Erlan tepat di depan wajah Lena.
Lena menelan ludah. Di tatap demikian dekat oleh Erlan benar benar membuat detak jantungnya bekerja dua kali lipat lebih cepat dari normalnya. Lena benar bener merasa sangat gugup. Tapi anehnya Lena tidak bisa mengalihkan pandangannya. Lena merasa seperti di hipnotis oleh tatapan suaminya sendiri.
“Tapi kamu nggak perlu khawatir sayang. Kamu tidak perlu melakukan aktivitas berat di rumah. Kamu hanya cukup santai dan merasa tentram di sampingku.”
Lena ingin sekali menjawab dirinya lebih senang jika dirumah itu tidak terlalu banyak para pekerja. Tapi Lena langsung berpikir ulang sebelum kata kata itu lolos dari bibirnya. Lena tidak mau membuat banyak orang kehilangan pekerjaan hanya karena kemauannya sendiri. Itu akan sangat egois menurutnya.
Kryukkk
Suara perut Erlan yang sudah keroncongan membuat suasana intim itu sirna seketika. Erlan meringis. Setiap pagi memang dirinya tidak boleh sampai telat sarapan karena itu akan membuat cacing cacing dalam perutnya berdemo tanpa tau tempat sedang berada dimana Erlan.
Lena yang mendengar dengan jelas suara yang berasal dari perut suaminya berusaha untuk menahan tawanya. Rasa gugupnya bahkan berhasil sirna berkat suara perut Erlan yang sedang kelaparan.
“Eum.. Biar aku siapkan sarapannya.” Kata Lena sambil pelan pelan melepaskan diri dari pelukan mesra Erlan.
Erlan hanya bisa tertawa malu. Untung hanya ada Lena saja disana jadi rasa malunya tidak berlipat lipat.
Tidak tega melihat istrinya yang kerepotan sendiri menyiapkan sarapan, Erlan pun berinisiatif membantu dengan membawa dua piring kosong dan sepiring telor dadar yang memang sudah matang dan tersaji di atas meja pantry.
“Kamu duduk saja Erlan. Biar aku yang menyiapkan semuanya.” Kata Lena yang merasa tidak membutuhkan bantuan Erlan jika hanya menyiapkan sarapan saja. Mengerjakan pekerjaan rumah, memasak, ataupun pekerjaan lainnya memang bukan lagi hal asing bagi Lena. Selain karena sudah terbiasa melakukannya, Lena juga adalah orang yang mandiri yang memang enggan merepotkan orang lain.
“Tidak apa.. Aku senang membantu. Apa lagi jika yang aku bantu istriku sendiri.” Senyum Erlan manis.
Lena ikut tersenyum mendengarnya. Erlan terkadang terlihat sangat dingin juga misterius. Tapi jika sudah berhadapan dengannya pria itu benar benar menjelma menjadi pria hangat yang penuh pengertian.
“Tapi aku melakukannya tidak gratis. Aku mau di bayar.”
Senyuman di bibir Lena sirna detik itu juga mendengar apa yang Erlan katakan kemudian. Pria itu memang masih memperlihatkan senyuman manisnya. Namun apa yang di ucapkannya berhasil membuat Lena merasa sedikit kesal. Bagaimana tidak? Lena tidak meminta di bantu. Erlan sendiri yang tiba tiba berinisiatif membantu tapi tiba tiba Erlan mengatakan bantuannya itu tidak gratis. Memangnya Lena mau membayar pake apa? Uang saja tidak punya.
“Jangan salah paham dulu. Bayarannya bukan dengan uang kok sayang.. Kamu cukup suapin aku aja. Bagaimana?”
Lena mengeryit. Tidak biasanya Erlan minta di suapi. Padahal biasanya mereka sarapan berdua saja Erlan tidak pernah meminta aneh aneh padanya. Tapi sekarang dengan manisnya pria itu minta di suapi oleh Lena.
“Kan kalau orang pacaran begitu. Pacarnya nyuapin pacarnya. Eh maksud aku perempuannya nyuapin laki lakinya begitu.” Erlan berusaha menjelaskan maksudnya yang malah berhasil membuat Lena tertawa. Lena merasa aneh dengan bahasa baku suaminya.
Erlan hbat y,pdhl baby'ny blm staun...tp udh otw yg k 2....🤭🤭🤭