Ketika seorang gadis yang hidupnya hanya untuk membalaskan dendam kematian keluarganya, tapi hati gadis itu ditakdirkan untuk mencintai pembunuh keluarganya. Akankah gadis itu memilih memaafkan pembunuh keluarganya atau terus pada tujuan utamanya yaitu balas dendam? Ikuti keseruannya yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Zylva hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kakak beradik itu. Kemudian gadis itu menatap kakaknya. "Dan Lo kak..." Zylva menggantung kalimatnya.
"Hm, gue tahu tugas gue."
Setelah pertemuan kecil-kecilan ini. Mereka pergi melaksanakan tugasnya masing-masing. Gibran ambil taksi. Reygan melesat ke stasiun. Varrel meretas lampu lalulintas agar terjadi kemacetan. Sedangkan Zylva dan Matthew pergi ke hutan kecil yang tempatnya tersembunyi untuk menyiapkan semuanya. Ya, di tempat itulah mereka akan mengeksekusi korban pertamanya. Yaitu Cainsley Ayexxa. Adik sepupu kesayangannya Raka.
Waktu terus berjalan, hingga sampailah dimana saatnya Cainsley turun dari kereta. Dan berjalan keluar stasiun untuk mencari taksi.
"Njir, dingin banget." gumam Cainsley. Gadis itu menatap ke langit. Awan hitam yang bertumpuk-tumpuk. Sesekali kilat menyambar. Dengan tingkat kepintarannya gadis itu bisa menyimpulkan sebentar lagi akan terjadi hujan deras. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi badai.
"Telepon kak Raka dulu deh." ucap gadis itu. Tangannya tergerak mengambil handphonenya yang ada di tasnya. Tetapi belum sempat dia menghubungi Raka, seseorang menghampirinya.
"Dengan nona Cainsley?" tanya orang tersebut.
"Ya? Siapa ya?"
"Saya taksi yang sudah di pesan oleh tuan muda Raka untuk menjemput nona." ucap sopir taksi yang tak lain tak bukan adalah Gibran. Cowok itu terus ngedumel di dalam hatinya. "Njr, tuan muda. Kalau bukan tugas ogah gue." omelnya di dalam hati.
"Oh? Baiklah."
Cainsley mengikuti Gibran dan masuk ke mobil taksi tanpa curiga sedikitpun. Gadis itu sempat mengirimkan pesan kepada Raka jika dia sudah masuk ke taksi pesanannya. Tetapi sesaat kemudian jaringan di handphonenya tiba-tiba hilang.
"Lah? Lah? Ini jaringan kenapa anjr?" gumam gadis itu sambil menggoyang-goyangkan handphonenya.
Gibran yang mendengar gumaman lirih tersebut mengeluarkan senyum miringnya. Ya, Varrel telah meretas sistem di handphone Cainsley agar jaringannya tidak berfungsi sama sekali.
Cainsley yang mulai kesal dengan handphonenya memilih memasukkan handphonenya ke dalam tasnya. Matanya beralih melihat daerah sekelilingnya. Daerah tersebut tampak asing. Dan dia tahu jelas jika ini bukan jalan yang biasa dia lewati saat akan pulang ke rumah Raka.
"Loh? Pak? Ini bukan jalan ke rumah sepupu saya?"
"Di sana macet nona, tadi saya sudah lewat sana dan tidak bisa bergerak sama sekali." ucap Gibran. "Asu! Berani-beraninya manggil gue pak. Gak tahu aja gue ini bujang SMA." batin Gibran kesal.
Disisi lain Raka sudah ada di stasiun sejak tadi. Cowok itu berusaha mencari sepupunya untuk menjemputnya. Ting... sebuah pesan singkat masuk ke handphonenya. Raka langsung membelalakkan matanya membaca pesan tersebut.
"Sh***!" Raka langsung membalas pesan tersebut berharap adiknya tidak kenapa-kenapa. "Turun dari taksi itu! Gue ga ngirim taksi!" isi pesan cowok itu. Tetapi Cainsley tidak bisa menerima pesan tersebut. Terlihat dari tanda ceklis satu yang ada di pojok pesan. Melihat pesannya tidak masuk, Raka mencoba menghubungi adiknya tersebut.
"Percuma." ucap seseorang tiba-tiba.
Raka menoleh ke arah sumber suara. Wajah seseorang yang tidak asing. Ya, dia adalah Reygan yang sejak tadi mengawasi gerak-gerik Cainsley dan Raka.
"Dia gak akan menerima pesan atau panggilan apapun." ucapnya lagi.
"Kemana Lo bawa adik gue?!" tanya Raka dengan sorot mata marah bercampur khawatir.
"Ke alam baka."
Raka semakin khawatir mendengarnya. Tanpa menghiraukan Reygan Raka langsung berlari ke motornya dan pergi dari stasiun untuk mencari Cainsley. Tetapi di semua jalan yang dia temui pasti ada kemacetan. Sambil berkendara cowok itu menekan smartwatch miliknya dan menghubungi Daffi serta Gilang. Meminta bantuan mereka untuk mencari adiknya.
"Lo harus baik-baik saja Cainsley..." gumam Raka.
Kita kembali ke Reygan cowok itu mengambil handphonenya dan menghubungi Zylva.
"Tugas gue udah selesai." ucap Reygan.
"Ke tempat kita sekarang."
"Oke." setelah mematikan teleponnya Reygan menaiki motornya dan melesat pergi ke tempat yang sudah di tunjuk Zylva.
*
Zylva mengeluarkan senyuman yang manis tetapi juga menakutkan. Gadis itu kembali menatap layar handphonenya dan mencari sebuah nomor kontak. Setelah ketemu Zylva menelepon nomor tersebut.
"Gimana? Lo udah ketemu adik gue?" tanya cowok di balik telepon. Yap! Itu adalah Raka. Dia kira Daffi atau Gilang yang menelepon dirinya.
"Hm, dia ada sama gue sekarang." jawab Zylva.
Raka langsung terdiam mendengar suara Zylva.
"Bunuh gue! Jangan dia!" ucap Raka.
"Hm, Lo juga bakal gue bunuh kok. Tapi setelah mereka semua." jawab Zylva dengan santainya. "Ke hutan xx sendirian. Jangan ajak siapapun atau orang yang Lo ajak juga bakal gue habisin." ucap Zylva. Kemudian menutup teleponnya.
"Baby.." panggil Matthew. Tangannya tergerak menggenggam tangan Zylva. Tangan gadis tersebut terasa dingin. Entah karena faktor suhu udara yang semakin dingin atau karena nervous akan membunuh orang.
"Lo gak mau jadi pembunuh?" tanya Matthew.
Zylva menggeleng dengan tegas. "Gue harus jadi pembunuh. Dan mau tidak mau pasti jadi pembunuh." ucap Zylva. Karena memang itu keadaannya. Zylva adalah princess mafia yang akan di nobatkan menjadi Queen Mafia setelah lulus SMA untuk mendampingi kakaknya memimpin Organisasi Mafia The Blood Moon. Maka dari itu, entah kapan waktu dia pasti akan menjadi pembunuh.
"Good girl." ucap Matthew sambil mengacak rambut Zylva.
*
Sedangkan Cainsley, gadis itu mulai curiga karena jalan yang mereka lewati benar-benar sepi. Kecurigaannya bertambah dengan adanya satu motor yang mengikuti taksi mereka sejak beberapa menit yang lalu.
"Pak, bapak nggak salah jalan?" tanya Cainsley.
"Tidak nona."
"Pengendara motor di belakang kenapa terus mengikuti kita ya pak?" tanya gadis itu lagi.
"Mungkin dia juga menghindari kemacetan."
Cainsley terdiam. Walau agak tidak percaya tetapi jawaban yang di berikan Gibran masuk akal. Gadis itu pun lumayan sulit menaruh kecurigaan kepada Gibran karena wajahnya yang tampan di atas rata-rata sopir taksi.
Setelah beberapa menit mereka sampai di sebuah hutan. Cainsley menelan ludahnya dengan susah payah ketika melihat suasana di sekelilingnya.
"Bapak yakin kita tidak salah jalan?" tanya Cainsley lagi.
"Tentu tidak." jawab Gibran sambil menoleh ke belakang dan menampilkan seringainya.
Melihat wajah Gibran yang menakutkan Cainsley berusaha membuka pintu mobil dan keluar. Tetapi baru saja keluar dari mobil, pengendara motor yang tadi mengikuti mereka langsung mencekal dirinya.
"Akh! Lepas!" teriak Cainsley.
"Shut up! Gak akan ada yang dengar teriakan Lo disini!" ucap Reygan.
"Lepasin gue! Kalian mau apa?! Uang?! Gue kasih sekarang!"
Blam! Gibran turun dari mobil dan menghampirinya keduanya. "Sayangnya bukan uang yang kita mau." Gibran ikut menahan lengan Cainsley.
"Lepas!"
Tanpa menghiraukan teriakan gadis itu Gibran dan Reygan menyeretnya masuk ke dalam hutan. Dan membawanya ke tempat lapang yang ada di tengah hutan. Tempat dimana Zylva dan Matthew menunggu.
"Wow! Datang juga tuan putri!" ucap Zylva ketika melihat kedatangan Cainsley.
"Lo siapa?! Apa masalah Lo sama gue?!" tanya Cainsley.
"Gak ada sih, nanti aja deh tanya sama sepupu Lo." jawab Zylva.
"Bawa kemari!" perintah Matthew, yang langsung dituruti oleh Reygan dan Gibran.
Reygan dan Gibran memegang Cainsley di tengah-tengah Zylva dan Matthew. Zylva menatap Cainsley dari atas sampai bawah. "Bagian mana dulu ya?" tanya Zylva sambil mengeluarkan sebilah pisau. "Tangan aja deh." jawabnya sendiri.
"Nggak! Lo mau ngapain?!" teriak Cainsley ketika Zylva mendekatkan pisau ke lengan kanannya.
"ZYLVA!" bentak Raka yang baru saja datang.
"KAK RAKA!" teriak Cainsley memanggil kakaknya dengan mata yang berkaca-kaca karena ketakutan.
"Oh? Pahlawannya baru datang?"
...***...
...Bersambung......