Issabel adalah wanita yang tidak pernah merasakan cinta, tetapi dia tidak single. Malah dia sudah menikah dengan seorang pria konglomerat bernama Jonathan selama tiga tahun. Dan selama itu juga Jonathan tidak ingin disentuh karena memilih untuk berhubungan dengan kekasihnya. Makanya Issabel kerap memuaskan dirinya sendiri.
Hingga seorang pria menjadi tetangga sebelahnya. Pria yang baru saja pulang dari Australia itu bernama Dominic. Hal itu menarik perhatian Issabel. Dan kebetulan Dominic adalah sahabat Jonathan. Pertemuan demi pertemuan akhirnya membuat mereka berdua semakin dekat.
Apakah ini waktunya Issabel membalaskan dendam dengan Jonathan?
Walaupun konsekuensinya bahkan bisa lebih buruk.
Tapi mungkin ini juga saatnya Issabel tidak lagi memuaskan dirinya sendiri, tapi bersama tetangga sebelahnya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCE_R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22: PEMBALASAN SETIMPAL
BEBERAPA BULAN KEMUDIAN....
SETELAH semua kejadian itu, Jonathan melanjutkan hidupnya di sebuah kota baru, tinggal di sebuah apartemen kecil pemberian mantan istrinya, Issabel.
Pria itu terus memandangi undangan pernikahan Issabel bersama Dominic dengan air mata yang terus berjatuhan.
Barulah Jonathan sadar betapa kejam perbuatannya dahulu kepada Issabel. Semuanya sangat disesalkan. Sekarang dia sendirian. Kesepian dan kehilangan semuanya. Harta, tahta, dan cinta sudah meninggalkannya.
Namun yang paling pria itu sesalkan adalah ... Issabel. Dia kehilangan cinta sejatinya. Benar-benar kehilangan sosok yang sangat penting dalam hidupnya.
Jonathan berbaring ke kasur bekas yang keras. Pria yang sekarang berambut plontos itu tak kuasa menahan tangis. Dadanya ditekan-tekan untuk menghentikan rasa sesak yang sungguh menyakitkan.
Ternyata beginilah rasa sakit kehilangan orang-orang yang sangat berarti di hidupnya. Bahkan dari keluarga pun tidak ada yang pernah menjenguk Jonathan.
Sudah terlambat menyadari bahwa Issabel adalah sosok istri yang sangat berharga, wanita itu telah menemukan kebahagiaan yang sesungguhnya.
Seandainya muncul keajaiban yang dapat memutar waktu kembali, dia sangat ingin memperbaiki hal itu. Jonathan akan memilih untuk memuaskan gairah istrinya dibanding Selena, mengatakan fakta bahwa keluarganya telah menipu, dan hidup bahagia dengan Issabel.
Dia akan membantu Issabel untuk keluar dari kekejaman Tuan Arham dan berhenti menghancurkan kejiwaan mantan istrinya itu.
Jonathan benar-benar merasa bersalah dan menyesal sekarang.
"Issabel, aku menginginkanmu kembali. Aku tidak ingin hidup tanpamu," lirih pria tersebut sambil mengelus selembar foto Issabel yang telah usang. "Tuhan, tidak bisakah Engkau memutar kembali waktu ini? Aku tidak ingin berpisah dengannya.”
Tangis Jonathan seketika pecah. Dia kembali menekan dadanya yang sesak. Lalu tiba-tiba dia berhenti dan melihat jauh keluar dari balik jendela. Memandang langit yang mulai menggelap. Saat itulah muncul sebuah pemikiran yang mungkin akan dilakukannya cepat atau lambat.
"Issabel, bisakah kita kembali bersama?"
...****************...
Esok harinya, pernikahan antara Issabel dan Dominic dirayakan begitu meriah dan megah di sebuah hotel berbintang.
Walaupun begitu, Jonathan yang hadir hanya menatap kedua pasangan berbahagia itu dalam diam. Sesekali dia memandang orangtua Issabel yang di sepanjang acara tersenyum dan tertawa, itu mungkin mereka berdua bahagia karena akhirnya putrinya bisa bersama pria yang tepat.
Lagi-lagi Jonathan menyalahkan dirinya dalam hati. Menyesali semua perbuatan keji yang membuatnya kehilangan semua. Sekarang apa tujuannya hidup? Jonathan merasa yang selama ini mengerti dengan perasaannya hanya Issabel.
Beberapa tahun bersama membuat Jonathan mulai terhanyut dengan sikap lembut dan perhatian dari Issabel. Sampai akhirnya wanita itu pergi, Jonathan langsung kehilangan arah.
Tujuan? Dia tidak ingin lagi menghancurkan kehidupan Issabel untuk kedua kalinya, apalagi menjadikannya sebuah tujuan. Jadi, tak ada alasan lagi Jonathan untuk tetap hidup.
Rasa penyesalan yang ada dalam diri membuat hidupnya hancur. Kini Jonathan hanya ingin cepat-cepat lenyap dari dunia. Berharap semua akan lupa dengan kekejamannya serta tidak akan tersiksa seperti saat ini.
Ibu dan ayahnya sudah tiada. Issabel pun sudah tidak peduli dengannya. Tidak ada yang dimiliki Jonathan.
"Aku berharap, aku bisa melakukan satu hal yang bisa membalas semua kejahatanku ... sebelum aku pergi," kata Jonathan pelan lalu mengusap air matanya yang mulai bercucuran kembali.
...****************...
Semua tamu undangan nampaknya telah hadir. Suasana di ruangan itu sangat ramai dengan suara canda tawa, obrolan mengenai sang mempelai, dan ketukan gelas wine yang saling menyambung. Ditambah dengan iringan biola yang dimainkan begitu lembut.
Kedua mempelai turun dari altar. Tersenyum dengan sangat lebar untuk menyambut para tamu dan rekan-rekan yang telah hadir.
Sorot mata Issabel saat itu langsung tersorot ke arah Jonathan yang sedang tersenyum karena menyadari mata mereka saling bertemu. Setelah berpamitan dengan Dominic, Issabel pun menghampiri mantan suaminya itu.
Saat sudah sampai di hadapannya. Jonathan tersenyum manis dan memberikan selamat. Ya! senyum pria itu sangat dipaksakan untuk menutupi perasaan sedihnya yang teramat dalam. Semua orang tahu itu.
"Selamat yah, Issabel. Aku harap kamu bahagia dengan Dominic."
"Iya ... terimakasih," jawab Issabel terkesan canggung. "Apa kabar denganmu, Jo?"
"Menurutmu? Issabel, aku baik-baik saja kok," jawab Jonathan sembari tertawa kecil. Tidak. Setelah semua yang terjadi pria itu tidak akan baik-baik saja, dan Issabel tahu itu. Meski Jonathan berusaha menutupinya dengan tawa.
Tanpa semua orang sadari, sesosok berjubah hitam menyelinap masuk ke dalam acara tersebut. Dia masuk ke dalam kerumunan sambil mengedarkan pandangannya seperti mencari seseorang. Dan ketika menemukannya, dia langsung berhenti serta tersenyum. Ya! Senyum itu bukan tanda bahagia melainkan tanda ujaran kebencian, walaupun tertutup dengan masker hitam dan wajahnya yang tidak jelas karena topi yang senada.
"Kau pikir aku akan melepas kalian begitu saja, setelah merusak tampangku dengan tongkat baseball? Tidak akan, aku tidak akan membiarkan kalian bahagia. Semuanya akan berakhir di sini. Kita lihat saja, perayaan pernikahan ini akan berubah menjadi perayaan kematian kalian." Suara nyaring itu sudah sangat jelas menunjukkan bahwa seseorang di balik jubah hitam tersebut adalah Selena.
Setelah itu, wanita tersebut melirik ke arah pria yang mengenakan jas abu-abu berbeda dengan jas tamu lainnya yang berwarna hitam, tepatnya ke arah Dominic. Mereka berdua saling menukar senyum dan Selena mengedipkan satu matanya. Ketika sudah siap, Selena mengambil sebuah pistol dari balik jubahnya dan memasang target ke arah Issabel, kemudian melesatkan satu peluru secepat kilat.
Jonathan yang melihat hal itu langsung mendorong tubuh Issabel. Waktu seketika terasa berhenti. Peluru terus-menerus melesat ke tubuh Jonathan, sampai akhirnya semua tamu menyadari aksi Selena.
Nahas, suara tembakan yang dilakukan sebanyak lima kali itu berjumlah sama dengan peluru yang bersarang pada tubuh Jonathan. Hingga membuat pria itu terjatuh bersimbah darah.
"JONATHAN!" Issabel berlari menghampirinya.
"Se-semuanya sudah ku-kubalas ... Issabel," lirih Jonathan terbata-bata.
"Jo, apa yang kamu lakukan? Kamu membenciku, kamu harusnya tidak melakukan ini!"
"Itu ... dulu. Se-sekarang aku sangat mencintaimu Is," kata Jonathan sembari membelai pipi Issabel dengan tangannya yang penuh dengan darah.
Dominic yang baru saja datang terkejut melihat tubuh sahabatnya tergeletak dengan tragis di lantai. Issabel menyerahkan ponselnya ke Dominic agar suaminya itu menghubungi ambulans segera.
Namun, baru saja Dominic ingin mengambil ponsel itu, Jonathan meraih tangan sahabatnya tersebut. Lalu Jonathan menggeleng dengan senyum mengisyaratkan bahwa dirinya menolak. Dia sadar jika sekarang adalah waktunya untuk pergi. Jadi percuma saja.
Jonathan menyatukan tangan Dominic dan Issabel. Dia ingin mengatakan sesuatu yang sangat penting sebelum hidupnya berakhir.
Sementara Selena berhasil kabur dari kerumunan tamu dan keluar melewati pintu darurat hotel sebelum polisi datang. Hal itu memang terdengar mudah, seperti kehadiran Selena sudah direncanakan untuk membunuh Issabel di hari pernikahannya. Tapi siapa?
...BERSAMBUNG...
kenapa gk updet2 ni novel ????😧😑