Cinta Terlarang

"El... jawab aku." Ucap Valeri yang membutuhkan kepastian.

Elang memegang kedua bahu Valeri dan menatapnya dengan begitu lekat seolah ia mengatakan sesuatu namun tak bisa di ucapkan dengan kata-kata. Gadis itu pun membalas tatapan Elang dengan penuh harap jika semua itu tidak lah benar.

"Itu...." Ucapan Elang terputus ketika ia mendengar ponselnya berdering.

Elang pun mengambil beberapa langkah menjauh dari Valeri untuk menerima telponnya. Sementara dengan gadis itu hanya terdiam menatap Elang yang entah berbicara dengan siapa. Valerie pun kemudian melangkah masuk kedalam rumah sebelum Elang kembali menghampiri nya, di sebuah taman belakang rumah kebetulan acara barbeque telah di mulai, terlihat Alan yang sedang memanggang daging yang kebetulan ikut dalam acara barbaque tersebut, dan tak hanya Alan, Leo serta dengan Arumi pun hadir disana. Valeri melangkah menghampiri Alan dan ikut membantunya.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Alan yang melihat sekilas wajah Valeri yang mencoba menutupi kesedihannya.

"Ya, aku baik-baik aja, gimana dengan ujian mu?" Tanya Vale.

"Semuanya lancar dan masih ada sisa beberapa hari sampai aku lulus." Sahut Alan.

"Semoga berhasil." Ucap Valeri yang menyemangati Alan dan bercanda dengannya.

Melihat Valeri yang tertawa lepas dan terlihat bahagia dengan pria lain membuat Elang mengeluarkan senyum tipisnya. Pasalnya bukan ia yang membuat Vale tersenyum seperti itu melainkan pria lain. Elang pun menghampiri mereka dan ikut berkecimpung di dalamnya namun hanya sikap acuh yang Valeri berikan untuk nya, meski ia telah memberi penjelasan untuk Vale namun gadis itu masih tampak kesal karenanya.

"Aw..." Valeri meringis ketika tangannya dengan tidak sengaja menyentuh pemanggangan dengan cepat kedua pria itu menghampirinya dan meraih tangan Vale yang sedikit merah.

"Ayo aku obati " Ucap Alan.

"Biar aku aja, kamu lanjutkan semuanya." Sahut Elang.

"Diam kalian berdua!" Ucap Valeri yang kemudian masuk kedalam rumah.

Keributan kecil itu seketika menjadi pusat perhatian para orang tua mereka, sehingga muncul ide gila dalam pikiran Ernan untuk menyatukan putri nya dan putra Leo.

"Maaf tuan, seperti nya itu bukan ide yang bagus, non Vale dan Alan sangat berbeda jauh." Sahut Leo.

"Kau salah Leo, jika mereka bersama keduanya akan saling melengkapi satu sama lain, ku perhatikan Alan tumbuh dewasa dengan sempurna dia juga bisa melindungi gadis itu." Ucap Ernan.

Di tengah-tengah obrolan nya Alan datang menghampiri mereka dengan membawa beberapa makanannya yang telah matang. Dengan telaten ia menghidangkan semuanya di depan Vanya dan juga Ernan. Hubungan antara Ernan dan leo yang sudah seperti keluarga itu tentu saja membuat Alan dekat dengan mereka. Dengan sengaja Ernan menyikut istrinya untuk melihat sisi baik Alan dan mempertimbangkan idenya.

"Sssttt... nanti kita bahas." Ucap Vanya.

"Selamat makan om, Tante." Ucap Alan yang telah selesai meyiapkan semuanya.

"Makasih Al, dimana Vale dan Elang?" Tanya Vanya.

"Mereka tadi masuk untuk mengobati tangan Vale yang tak sengaja kena pemanggangan." Sahut Alan.

"Ah, baiklah ayo duduk sekalian ada yang ingin om bicarakan sama kamu." Ucap Ernan.

Alan pun duduk diantara mereka dan bercengkrama bersama. Sementara dengan Valeri masih mengobati lukanya sendiri tanpa mau di bantu oleh Elang.

"Apa kau masih tidak mau memaafkan ku?" Tanya Elang.

"Entah, tolong tinggalkan aku sendiri." Sahut Valeri.

"Baby.. dengan cara seperti apa agar kita bisa kembali seperti dulu? katakan apa yang harus aku lakukan?" Ucap Elang.

"Kau yakin akan melakukannya?" Tanya Vale dengan wajah yang terlihat serius.

"Ya, akan ku lakukan apapun itu asal kamu tidak mengabaikan aku seperti ini." Sahut Elang.

"Tinggalkan Jane." Ucap Vale dengan begitu serius.

Deg. . . Seketika permintaan Vale membuat Elang terdiam, ia tak mengerti kenapa dengan tiba-tiba Vale meminta nya untuk meninggalkan Jane.

"Kenapa kau ingin aku meninggalkannya?" Tanya Elang.

"Karena aku gak suka kamu dekat dengannya ataupun wanita lain, jangan tanya lagi kenapa karena aku yakin kamu sendiri tau jawabannya." Ucap Valeri yang kemudian pergi meninggalkan Elang.

Bukan tidak mengerti tapi ini sungguh hal yang tidak mungkin, ternyata apa yang Elang rasakan selama ini sama dengan apa yang di rasakan Valeri. Meski status mereka adalah saudara namun cinta datang dan tumbuh dengan sendirinya tanpa di duga. Satu-satunya alasan kenapa Elang dekat dengan Jane selama ini hanyalah untuk melupakan perasaannya pada Valeri.

Di hari pertama ingatannya kembali hanya Valeri yang di ingatnya namun ia sadar kalau mereka tidak mungkin bersama dan semenjak itulah elang mencoba membuka hatinya untuk wanita lain dan ternyata semua itu sia-sia karena faktanya ia masih menyukai Valeri.

*

Keesokan harinya di sebuah kampus, Friska yang tengah sibuk dengan beberapa tugas nya duduk di sebuah taman kampus yang di temani dengan satu kaleng minuman dan musik yang ia dengarkan melalui headphone nya, sampai pandangannya teralihkan ketika melihat Valeri yang berjalan sendiri dengan wajah yang sedikit kusut, ia pun membereskan beberapa buku serta laptop nya dan menghampiri Valeri.

"Ekhem... kenapa tuh muka? kayak baju belum di laundry." Goda Friska.

"Apa aku harus menyingkirkan nya?" Tanya Valeri.

"Maksud kamu? wait otak ku sepertinya ngebug" Sahut Friska yang tak mengerti dengan apa yang di maksud temannya itu.

"Oh ayolah Vale, pikiran ku udah penuh dengan tugas jangan sampai meledak cuma gara-gara pertanyaan kamu itu, maksudnya apa?" Ucap Friska kembali.

"Wanita yang telah mengambilnya dari aku, haruskan aku menyingkirkannya?" Ucap Valeri tanpa sebuah ekspresi dan terlihat seperti seorang psycho.

"Astaga, apa kau sudah tidak waras hm?" Tanya Friska.

"Sepertinya begitu, jika kamu tidak mau memberiku saran maka aku akan pergi sekarang juga."

"Jangan! dasar gadis liar, kita gunakan cara lain ok? lagian belum tentu juga kan kalau si El suka kamu juga? jika kamu berbuat sesuatu dengan wanitanya dia akan membenci mu." Jelas Friska.

"Gimana kalau besok kamu tes dia? bukannya besok acara launching cafe baru mu? kamu bisa lakukan sesuatu untuk mengetes nya." Ucap Friska.

Valeri hanya mengangguk dan tersenyum miring seolah ia punya rencana yang akan membuat Elang mengakui tentang perasaan yang sebenarnya.

"Jadi merinding sendiri lihat kamu tersenyum kayak gitu." Ucap friska yang bergidik ngeri dengan tatapan vale.

"Hehe... ayo selesaikan tugas, setelah itu kita bersenang-senang sebelum meledakkan sebuah bom." Ucap Valeri.

Kedua gadis itu pun berjalan bersama menuju sebuah perpustakaan untuk menyelesaikan tugas nya dan segera memberikan pada pembimbing mereka masing-masing.Tring... Di tengah kesibukannya Wchat Vale berbunyi.

"Aku tunggu di depan kampus sampai kamu selesai."

Valeri hanya tersenyum sinis setelah membaca pesan tersebut, ia pun kembali menaruh ponselnya tanpa membalas Wchatnya.

***

Bersambung. . .

Seusai dengan judul ya "Cinta Terlarang"