Cinta sejati seharusnya hanya terjadi sekali dalam hidup. Tapi bagi Alia, cinta itu datang berkali-kali, di dunia yang berbeda, dengan waktu dan takdir yang terus berganti.
Sejak kematian suaminya, Arya, hidup Alia telah kehilangan warna. Hingga suatu malam, alam semesta seolah mendengar jerit hatinya, Alia pun bertransmigrasi ke dunia paralel di mana Arya masih hidup.
Yang ajaib, Alia tidak hanya bertransmigrasi ke satu dunia paralel, melainkan dia terus berpindah-pindah ke berbagai dunia yang berbeda.
Di satu dunia paralel, Alia adalah sekretaris dan Arya adalah seorang CEO. Di dunia lainnya, dia remaja SMA sementara Arya adalah kakak kelas yang populer. Bahkan, ada dunia di mana ia menjadi seorang tante-tante sedangkan Arya masih seorang berondong muda. Dan masih banyak lagi situasi paralel yang lainnya.
Ini adalah perjalanan seorang wanita yang tak pernah bosan membuat pria yang sama jatuh cinta.
Jadi mari kita ikuti kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arc Maulana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Obrolan Di Atas Ranjang
Di kamar Alia yang tertata rapih dengan perabotan yang simpel, terletak ranjang besar di mana saat dua orang terbaring di sana, tetaplah akan terasa nyaman. Di ranjang tersebutlah kini Alia dan Arya berada di bawah selimut yang sama.
"Tante Alia?" Arya menyebut nama wanita di sebelahnya dengan pelan.
"Apa Sayang?" jawab Alia dengan sedikit menggoda.
"Apa Tante bener gak bakal ngapa-ngapain saya?"
"Memangnya kamu mau aku apa-apain?"
"...."
"Aku bisa melihat jelas kalau kamu masih takut dengan segala situasi ini. Melakukan hal intim saat kamu merasa tidak nyaman tidak akan memuaskan siapa pun. Aku lebih baik nunggu kamu siap aja."
"Tapi ... Bagaimana kalau aku tidak pernah akan siap? Apa Tante gak akan menyesal telah mengeluarkan uang sebanyak 10 miliar tanpa mendapatkan apa-apa?"
Alia menoleh ke arah Arya, "Aku cukup yakin dengan pesona yang aku punya. Aku yakin cepat atau lambat kamu sendirilah yang akan menginginkan aku."
Arya tak bisa menyangkal hal itu. Alia memang wanita yang memiliki kecantikan serta tubuh bak model profesional. Bohong kalau Arya menyatakan dirinya tak tergoda.
Seperti yang Alia katakan, Arya cuma merasa takut dan tak nyaman dengan situasi ini. Kalau saja Arya bertemu dengan Alia di lain kesempatan, lalu bukan juga sebagai seorang gigolo dan pelanggan, Arya lah yang mungkin bakal mengejar-ngejar Alia.
"Kamu tenang aja. Mari nikmati waktu kita dengan tenang. Aku tidak sefrustasi itu sampai jadi haus belaian pria."
Lagi-lagi Arya diingatkan bahwa dia harus bersyukur karena wanita yang menyewanya adalah Alia.
"...."
Keheningan menaungi ruangan. Mereka masih terbangun, tapi tak ada kata yang terucap.
Hingga Alia sedikit menggeser tubuhnya mendekati Arya. "Aku udah janji gak bakal melakukan hal berlebihan. Tapi, kalau pegangan tangan aja kamu gak keberatan kan?"
Arya bisa merasakan nafas lembut Alia menggelitik pipinya. Dia pun dengan gugup mengangguk.
Sambil tersenyum lebar, Alia lantas memegang tangan Arya di balik selimut. Hangatnya kulit saat bersentuhan merupakan sensasi baru bagi perjaka seperti Arya.
Wajah Alia juga begitu dekat hingga kepala mereka berada di satu bantal yang sama.
"Kalau peluk gimana?" tanya Alia lagi dengan mata penuh pengharapan.
Kembali, Arya menganggukkan sedikit kepala.
Dan kembali, sambil tersenyum Alia menempelkan erat tubuhnya ke tubuh Arya, membuat kamar ber-AC itu kian terasa gerah.
"Kalau cium?" Pertanyaan Alia kali ini membuat tubuh Arya menegang. "Cuma pipi aja kok," tambahnya.
Sekian detik kemudian, anggukan yang sangat minim, sampai tak begitu kelihatan, dilakukan oleh Arya. Tapi, Alia sudah bisa menganggap gestur tersebut sebagai sebuah afirmasi.
Bibir merah Alia pun mendarat di pipi Arya yang berkeringat.
"Selamat malam. Moga kamu bisa tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah ya."
Itulah yang Alia ucapkan. Tapi masalahnya, bagaimana Arya bisa tidur saat tubuhnya 'tegang' seperti sekarang?
...****************...
Mentari pagi yang cerah memasuki celah jendela kamar Alia. Arya membuka mata, lalu merasakan sebuah keempukan menyentuh wajahnya.
"Waa!?"
Segala rasa kantuk seketika hilang saat Arya menyadari kepalanya tengah diapit diantara belahan dada Alia.
"Hmmm ... Selamat pagi, Sayang." Alia lalu bangun.
"P-Pagi ..."
Arya masih terpaku ditempat. Dia bingung harus melihat kemana saat matanya berada tepat di depan salah satu area terlarang bagi wanita.
"Kamu hari ini ada kuliah kan?" Alia masih belum mau melepaskan Arya. Dua tangannya itu masih menahan kepala Arya supaya tidak kabur.
"Iya Tante. Aku ada kelas jam setengah sebelas nanti."
Mata Alia melirik ke arah jam di dinding. "Masih jam 7. Masih banyak waktu. Mending kita santai dulu di sini."
"Tapi aku harus pulang dulu untuk bawa buku pelajaran dan lainnya."
"Gak masalah. Nanti Aku bakal antar kamu kok."
"...."
Arya tak punya argumen lagi untuk mendebat. Akhirnya, dia hanya bisa 'pasrah' membiarkan wajahnya terus berada di area gunung lembut tersebut.
...----------------...
Sekitar jam 8 lebih, barulah Alia dan Arya beranjak dari ranjang. Seusai dari kamar mandi, Alia menyiapkan sarapan. Arya yang disuruh menunggu di meja makan, matanya tak bisa lepas dari punggung Alia.
Seperti inikah kehidupan pernikahan?
Ini pagi yang tak biasa bagi Arya. Sebab di dinginnya waktu tersebut, dia malah diliputi kehangatan yang tak pernah dia alami sebelumnya.
"Apa Tante gak repot harus ngantar aku ke rumah juga kampus?" tanya Arya seusai kenyang.
"Nggak! Aku juga gak ada kegiatan berarti di hari ini."
Alia di dunia keempat tidak perlu bekerja karena sudah akan dapat pemasukan rutin dari bisnis-bisnisnya yang sudah stabil.
Pada pukul 9, mereka pun pergi meninggalkan apartemen mengendarai kendaraan mewah Alia.
Rumah Arya tak begitu dekat sampai mereka butuh waktu lebih dari setengah jam untuk sampai tujuan.
Arya tinggal di area gang sempit sehingga Alia harus menunggu di mobil. Tapi Arya tak berada di rumahnya terlalu lama dan langsung balik menuju mobil sambil membawa satu tas ransel.
Kemudian, dari rumah Arya, mereka menghabiskan waktu sekitar dua puluh menitan untuk sampai di depan gerbang kampus.
"Nanti pulangnya aku jemput ya," ucap Alia sebelum Arya turun dari mobilnya.
Meski sedikit merasa tak enak, Arya tak menolak niat baik Alia itu. Tapi yang mengagetkan, ialah sesaat Arya mau membuka pintu mobil, pipinya itu malah dikecup.
"Have a nice day." Senyum Alia lebar. Jantungnya Arya pun menggila seperti sebuah tabuhan genderang perang.
Arya turun dari mobil masih dengan perasaan yang bercampur aduk. Melihat mobil Alia yang menjauh, ada perasaan kehilangan yang aneh di hatinya.
"Arya! Siapa wanita cantik tadi?"
Dua orang pria datang cepat mendekat.
"Kau sampai dicium! Pastinya hubungan kalian bukan cuma sekedar teman kan?"
Dua orang ini adalah teman Arya. Tetapi walau mereka sudah berteman lama, Arya tidak akan semerta-merta mengatakan hubungan dia dengan Alia yang sebenarnya.
Tak ada pilihan, Arya pun berbohong.
" ... Dia itu ... Pacarku."
Dua temannya sudah pasti tidak akan percaya kalau Alia hanya seorang teman biasa. Maka dari itu Arya mengatakan hal demikian.
"Wow! Diam-diam kau sudah punya wanita dewasa yang cantik dan kaya. Beruntung amat kau ini."
"Aku juga mau kali punya wanita seperti pacarmu itu."
Alia memiliki fisik yang masih terlihat sangat muda. Takkan ada yang menyangka kalau dia sebenarnya adalah seorang janda.
Arya pun diam-diam bangga. Dianggap punya kekasih seperti Alia mampu meningkatkan egonya sebagai seorang pria.
"Tapi Lena pasti bakal kecewa," desah salah satu teman Arya.
"Ya jelas. Lena kan udah cinta sama Arya dari sejak awal mulai kuliah."
Arya jadi ingat kalau ada wanita yang selama ini mengejar-ngejarnya.
"Lena itu wanita yang baik. Dia pasti akan lebih bahagia setelah melupakan aku."
Arya sampai saat ini masihlah perjaka. Cuma bagaimana pun pekerjaan dia sebagai gigolo tetap bukan sesuatu yang bisa dibanggakan. Arya kini meyakini, wanita yang masih polos seperti Lena terlalu baik untuknya.
"Jadi gak masalah kalau Lena tahu soal ini?" tanya teman Arya lagi.
"Iya. Malah lebih cepat dia tahu akan lebih bagus," jawab Arya yakin.
Dua teman Arya itu lantas saling pandang. Salah satu dari mereka lalu mengatakan.
"Sebenarnya Lena sudah tahu mengenai hal ini. Karena dia sekarang ada tepat di belakangmu."
"...."