NovelToon NovelToon
Main Villain System

Main Villain System

Status: tamat
Genre:Sistem / Dikelilingi wanita cantik / Transmigrasi ke Dalam Novel / Mengubah sejarah / Tamat
Popularitas:40.4k
Nilai: 5
Nama Author: ex

Jing an, seorang penulis yang gagal, secara ajaib terlahir kembali sebagai Luo Chen, Tuan Muda lugu di dalam novel xianxia klise yang ia benci. Berbekal 'Main Villain System' yang bejat dan pengetahuan akan alur cerita, misinya sederhana... hancurkan protagonis asli. Ia akan merebut semua haremnya yang semok, mencuri setiap takdir keberuntungannya, dan mengubah kisah heroik sang pahlawan menjadi sebuah lelucon tragis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 penaklukan seorang Phoenix

Perintah itu menjadi paku terakhir di peti mati harga dirinya.

Tubuh telanjang Xiao Linyu di lantai mulai bergetar hebat. Getaran itu bukan lagi karena kedinginan atau takut, melainkan kejang penolakan murni. Aku bisa merasakan perlawanan mentalnya melalui segel kontrak—sebuah jeritan jiwa yang memekakkan telinga.

'Tidak... tidak... kumohon... lebih baik mati...'

Tapi Supreme Master-Servant Slave Contract adalah sebuah artefak absolut. Kontrak itu tidak peduli dengan keinginan. Ia hanya peduli pada kepatuhan.

Aku tidak perlu mengirimkan gelombang rasa sakit lagi. Kontrak itu sendiri yang mengambil alih. Perlawanannya menghantam dinding segel, dan rasa sakit yang langsung membalasnya membuatnya kejang.

"Nngh...!"

Dengan erangan tertahan yang menyakitkan, tubuhnya akhirnya mengkhianatinya.

Melawan setiap serat terakhir dari keangkuhannya sebagai seorang jenius dan dewi, dia meletakkan kedua telapak tangannya yang gemetar di atas lantai kayu yang dingin. Kepalanya tertunduk dalam, rambut hitamnya yang terurai menutupi wajahnya yang hancur, menyembunyikan tatapan matinya.

Perlahan, dengan gerakan yang kaku dan tersentak-sentak, dia mulai merangkak.

Setiap inci terasa seperti siksaan bermil-mil jauhnya. Lutut telanjangnya bergesekan dengan lantai yang dingin, menciptakan suara yang terdengar intim sekaligus paling menghinakan.

Dia akhirnya tiba di depanku. Wajahnya masih tertunduk, dia tidak berani mengangkatnya. Dia hanya berhenti di kakiku, meringkuk di lantai, seperti gundukan gemetar yang tersisa dari apa yang dulunya adalah "Phoenix" kebanggaan Floating Cloud City.

Aku menatapnya dari atas kursiku. Pemandangan ini... inilah kekuatan yang sesungguhnya.

'Si protagonis sampah itu,' pikirku, merasa geli. 'Lin Feng. Dia pasti akan mencoba memenangkan hati wanita ini. Butuh ratusan bab untuk membuktikan dirinya, melindunginya, membuatnya terkesan dengan moralitasnya yang konyol, hanya demi berharap suatu hari nanti sang dewi akan menatapnya dengan cinta.'

Aku? Aku menyelesaikannya hanya dalam satu bulan.

'Jalanmu memakan waktu yang lama, Bocah. Jalanku... jauh lebih efisien.'

Aku mengulurkan tanganku, bukan untuk membelai, tapi untuk mencengkeram segenggam rambut hitamnya. Kutarik kepalanya ke belakang dengan paksa, memaksanya untuk mendongak dan menatapku.

Wajahnya basah oleh air mata, matanya bengkak dan merah. Tapi yang kulihat di dalamnya bukanlah lagi perlawanan. Bukan lagi kebencian yang membara. Yang tersisa hanyalah kehampaan. Kehampaan total dari jiwa yang telah menerima nasibnya.

"Lihat aku," perintahku pelan.

Dia menatapku, tatapan matinya terkunci pada mataku.

Aku menyeringai. "Ini adalah penaklukan yang sesungguhnya. Bukan cinta. Bukan rasa hormat. Tapi kepatuhan mutlak."

Aku menariknya berdiri dengan satu gerakan kasar, lalu kulemparkan ke atas ranjang di belakangku.

"Dan ini," bisikku sambil membungkuk ke arahnya yang gemetar di atas seprai. "Adalah awal dari pembayaran utangmu."

Malam itu, di dalam kamar yang terkunci itu, jeritan teredam dan isak tangis yang pecah perlahan-lahan memudar seiring berjalannya waktu. Sang 'Dewi Es' dari Floating Cloud City, kebanggaan Klan Xiao, akhirnya mengetahui arti sebenarnya dari taruhan yang telah ia terima.

Cahaya fajar yang pucat menyelinap masuk melalui celah jendela, mengusir kegelapan dari kamar yang berantakan itu. Pakaian—zirah kulit biru es dan jubah hitam—berserakan di lantai seperti daun-daun yang gugur setelah badai.

Aku membuka mataku, merasa luar biasa segar. Asura's Blood Devil Scripture rupanya sangat menikmati "latihan" semalam. Demonic Qi di Dantianku terasa lebih padat dan lebih murni. Tampaknya, kekuatan yang didapat dari menaklukkan seorang jenius jauh lebih bergizi daripada sekadar meditasi biasa.

Di sampingku, di atas seprai sutra yang kusut, Xiao Linyu terbaring. Dia tidak pingsan. Dia tertidur lelap—tidur yang lahir dari kelelahan mental dan fisik yang mutlak. Wajahnya yang cantik tampak damai dalam tidurnya, meskipun bekas air mata kering masih terlihat di pipinya, dan beberapa tanda kemerahan samar di bahu dan lehernya menceritakan kisah tentang betapa 'ganas'-nya perlawanan terakhirnya... dan betapa sia-sianya itu.

Aku menatapnya sejenak. Mainan yang indah, sekarang sudah rusak dan dijinakkan. Merasa puas, aku mengalihkan pikiranku ke hadiahku yang lain.

'Sistem,' kataku dalam benakku, suaraku tenang. 'Tunjukkan inventarisku. Aku ingin melihat hadiah dari turnamen itu.'

Layar biru transparan muncul di hadapanku. Aku mengabaikan jumlah VP-ku yang kini membengkak dan langsung beralih ke tab [Inventori]. Di sana, sebuah kunci perunggu tua yang tampak sederhana melayang-layang.

[Kunci Peti Harta Karun Turnamen x1]

'Apa sebenarnya ini?' pikirku. 'Peti harta karun Tuan Kota? Beberapa ribu Spirit Stones dan pil-pil sampah? Tidak mungkin semurah itu.'

'Sistem, deskripsikan kunci ini.'

[Ding! Menjawab Host.]

[Nama Item: Founder's Vault Key]

[Deskripsi: Kunci ini membuka 'Hidden Vault of the Founder', sebuah demi-plane kecil yang diciptakan oleh pendiri pertama Floating Cloud City. Berisi warisan aslinya dan sumber daya inti yang dia gunakan untuk membangun kota. Ini adalah hadiah sebenarnya dari Turnamen Akbar, yang dirahasiakan dari publik.]

Aku tersenyum tipis. 'Warisan pendiri? Jauh lebih baik dari yang kukira. Akan kulihat isinya nanti setelah aku selesai di sini.'

Setelah mengamankan hadiahku dan secara resmi menaklukkan harem pertama yang seharusnya menjadi milik si protagonis, pikiranku otomatis beralih ke target utamaku.

'Jadi... apa yang akan dilakukan oleh si protagonis sampah kita, Lin Feng, sekarang?'

Aku memikirkannya. Dia pasti hancur lebur secara mental. Dia datang ke turnamen mengharapkan kebangkitan legendaris ala pahlawan, tapi yang dia dapatkan hanyalah kursi penonton barisan belakang. Dia dipaksa menontonku membantai lawanku. Dan yang terburuk, dia harus menyaksikan wanita yang (secara klise) dia dambakan, dipertaruhkan dan diperbudak oleh musuh bebuyutannya.

'Bocah naif itu pasti sedang merengek pada si kakek tua di cincinnya sekarang, meminta kekuatan dengan putus asa.'

Sebagai penulis novel sampah, aku tahu persis apa yang akan terjadi selanjutnya.

'Setelah dipermalukan secara total di turnamen,' pikirku sambil menyeringai, 'dia akan menjilat lukanya. Dan kemudian, si Yao Lao sialan itu akan memberinya misi "keberuntungan" besar pertamanya untuk memulihkan kepercayaan dirinya.'

Aku mengingat-ingat plot aslinya. 'Ah, benar. Dalam waktu sekitar... ya... kurang lebih tiga minggu dari sekarang, dia akan menyelinap keluar dari Klan Lin dan pergi ke Azure Cloud Mountain Range.'

Tujuannya? Untuk mengambil api surgawi rendahan yang mereka sebut [Earth Core Flame].

'Begitu dia mendapatkan api itu,' lanjutku dalam hati, 'dia akan bisa memulai alkemi, memurnikan racun di tubuhnya sepenuhnya, dan menerobos ke Foundation Establishment. Itu adalah awal dari arc kedua yang sesungguhnya. Arc di mana dia mulai membangun kekuatannya untuk membalas dendam padaku.'

Aku tertawa kecil, suara tawaku pelan agar tidak membangunkan mainan di sampingku.

[Earth Core Flame]. Benda yang bagus. Sangat panas. Sangat murni. Sempurna untuk menempa tubuh Ancient Fiendgod-ku ke tingkat selanjutnya.

'Maaf, Lin Feng,' pikirku sambil menepuk pelan kepala Xiao Linyu yang tertidur. 'Sepertinya... aku akan mengambil yang itu juga.'

Aku berbaring di tempat tidur selama beberapa saat, menikmati kehangatan samar yang tersisa dan memikirkan rencanaku. Tiga minggu. Waktu yang cukup untuk menstabilkan posisiku di sini, menjarah [Founder's Vault], dan mungkin sedikit 'bermain' dengan mainan baruku. Klan Luo butuh pemimpin baru, dan ayahku terlihat terlalu lemah untuk peran itu. Aku harus mengkonsolidasikan kekuasaanku di klan terlebih dahulu.

Pikiranku terputus saat sosok di sampingku bergerak.

Xiao Linyu mengerang pelan, suaranya serak dan penuh rasa sakit. Bukan erangan kesenangan, tapi erangan murni karena kelelahan dan tubuh yang sakit. Dia terbangun.

Hal pertama yang dia lakukan adalah meringkuk, menarik lututnya ke dada, sebuah refleks perlindungan diri yang menyedihkan. Matanya terbuka, masih berkaca-kaca dan bingung, menatap seprai sutra di depannya. Lalu, ingatan itu menghantamnya. Napasnya tercekat. Seluruh tubuhnya menegang.

Dia tidak berteriak. Dia tidak menangis. Dia hanya gemetar hebat, bahunya berguncang dalam keheningan yang memilukan. Dia perlahan-lahan menyadari di mana dia berada, apa yang telah terjadi, dan apa yang telah hilang darinya. Dia telanjang. Dia berada di ranjang musuhnya. Dan dia masih hidup.

Dia perlahan menoleh, matanya yang mati menatapku. Ketakutan, kebencian, dan kehampaan total berputar di dalamnya. Aku balas menatapnya, ekspresiku datar.

Dia tersentak dan buru-buru memalingkan muka, mencoba menarik selimut untuk menutupi dirinya. Sebuah sisa-sisa kesopanan terakhir dari seorang nona besar.

"Jangan sentuh selimutku," kataku, suaraku terdengar keras di kamar yang sunyi.

Gerakannya langsung membeku. Tangannya yang gemetar terhenti di udara.

Aku duduk, bersandar di sandaran kepala tempat tidur, mengabaikan ketelanjanganku sendiri.

"Turun dari tempat tidur."

Dia tidak bergerak. Entah karena terlalu malu, terlalu hancur, atau mungkin masih menyimpan setitik perlawanan terakhir.

Aku menghela napas. Aku tidak punya kesabaran untuk ini. Aku tidak perlu berbicara. Aku hanya fokus pada koneksi kontrak di benakku dan mengirimkan satu gelombang perintah.

Bukan rasa sakit. Hanya dorongan mutlak yang tak tertahankan.

Tubuhnya tersentak di luar kendalinya. Dengan erangan tertahan, dia berguling dari tempat tidur dan jatuh dengan keras ke lantai kayu yang dingin.

THUD!

Dia tergeletak di lantai, telanjang dan terpapar, di bawah cahaya pagi. Dia buru-buru mencoba menutupi dirinya dengan tangannya, meringkuk seperti bayi, isak tangis yang pecah akhirnya keluar dari tenggorokannya.

"Bajingan... monster..." bisiknya di antara isak tangisnya.

Aku berdiri dari tempat tidur dan berjalan melewatinya, menuju lemari pakaianku. Aku mengambil jubah sutra hitam yang bersih untuk diriku sendiri. Lalu, aku mengambil sesuatu yang lain dari tumpukan di sudut—sebuah gaun linen kasar berwarna abu-abu. Pakaian pelayan.

Aku melemparkannya ke lantai di sampingnya.

"Pergi ke kamar mandi di sana," kataku sambil menunjuk ke sebuah pintu. "Bersihkan dirimu. Kau terlihat menjijikkan. Saat kau keluar, pakai itu."

Dia menatap pakaian pelayan yang kasar itu, lalu menatapku. Itu adalah penghinaan terakhir. Dia lebih baik telanjang daripada mengenakan itu. Dia menggelengkan kepalanya, air mata mengalir deras.

Aku menghela napas lagi, kesabaranku menipis. Aku mengirimkan satu denyutan rasa sakit yang tajam melalui segel itu.

"ARRGH!" Dia memegangi kepalanya, menggeliat di lantai.

"Aku tidak akan mengulanginya lagi, budak," kataku dingin. "Lain kali kau ragu-ragu, rasa sakitnya akan sepuluh kali lipat. Sekarang, PATUHLAH."

"...Baik... Tuan," bisiknya, kata terakhir itu seperti merobek tenggorokannya.

Sambil gemetar hebat, dia meraih pakaian pelayan itu. Dia menggunakan sisa tenaganya untuk berdiri, tubuhnya yang indah penuh dengan bekas-bekas 'pertarungan' kami semalam. Dia tidak lagi mencoba menutupi dirinya. Dia hanya berjalan seperti mayat hidup ke kamar mandi, pakaian pelayan itu tergenggam erat di tangannya.

Pintu kamar mandi tertutup. Aku bisa mendengar suara air mulai mengalir, dan tak lama kemudian, suara isak tangis yang tertahan dan putus asa.

[Ding! Target 'Xiao Linyu' telah sepenuhnya menerima statusnya sebagai Budak!]

[Jalur Penaklukan Paksa (Forced Conquest Path): Kemajuan 10%!]

Aku tersenyum tipis. Ini baru permulaan.

Aku mengenakan jubahku dan berjalan ke pintu kamar utama. Di luar, aku bisa mendengar langkah kaki yang gelisah dan bisikan-bisikan cemas. Ayahku dan para tetua pasti berjaga semalaman.

'Waktunya untuk fase kedua,' pikirku. 'Mengambil alih Klan Luo.'

Aku membuka kunci pintu.

1
☯️꧁༒⫷Loͥngͣ ͫTian ⫸༒꧂☯️
bangkit dari kematian 😄😄😄
ellyna munfasya
jangan lama lama maksimal seminggu titik harus update lagi 😤😤😤
Maz Shell
pantes Novelnya sepi, cerita nya kurang seru dan gak jelas
nur Yadi
mantab thooor👍
I'm Nao
deym itu....... itu..... WAW keren coy
I'm Nao
keren lah bang
I'm Nao
sudah pro beliau ini
I'm Nao
anjay mabar
tutor lah bang :v
I'm Nao
Alamak! apa ini!!!
I'm Nao
deym bro did you know it i cant ber word word bro deym
I'm Nao
keren sih bang ceritanya beda dari biasanya
I'm Nao
hm menarik nih
I'm Nao
ngerinyo
I'm Nao
Alamak
I'm Nao
itu dah wajib sih di kebanyakan novel timur
I'm Nao
itu benernya nama mc sebelumnya 🤣🤣🤣
I'm Nao
anjirlah baru aja pencet bang :v
_diang zhua
🥱
pejalan kaki
Karya ciamik oleh Author yang keren.
Mohon maaf.
Kalau boleh tahu apa judul dari MC yang bernama Lin Feng?
Naldhy Ceper
lanjut👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!