Reina masuk kedalam tubuh sang tokoh antagonis yang merupakan tunangan dari tokoh utama pria yang sangat obsess pada sang tokoh wanita. Takdir dari buku yang dibacanya harus mati dengan keadaan menyedihkan. Tapi Reina tidak ingin takdir buruk itu terjadi. Salah satunya dengan merubah takdirnya dengan memutuskan pertunangannya dengan Nico sang tokoh utama. Sayangnya perubahannya membuat pria gila berbarik tertarik padannya dan berjanji tidak akan melepaskan. Rencana hidup tenangnya harus hancur dengan pria gila yang malah obsesi padanya bukan pada kekasih kakaknya. Tidak sampai disitu saja masalah dalam hidupnya silih berganti. Berbagai karakter muncul yang tak seharusnya ada di cerita.
"Mari kita batalkan pertunangan ini."
"Tidak akan pernah, kamu sudah masuk ke dalam duniaku dan cara untuk keluar hanya dengan kematian. Sayangnya aku tidak akan membiarkan kematian merenggut kelinci kesayangan itu."
"Kenapa alurnya jadi berubah."
"Semua usahaku sudah selesai , mari kita putus."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewisl85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Seumur hidupnya, shaka tidak pernah membayangkan akan terbaring kaku dengan seorang wanita mengelayangi tubuhnya. Apalagi sahabatnya yang paling tengil melihat keadaan menyedihkan. Rasanya ia ingin membunuh wanita itu. Bahkan kekasihnya saja tidak pernah melakukan hal itu padanya.
"aku masih tidak menyangka, Shaka si penakluk wanita malah bernasib seperti ini." ucap Yuda sambil melepaskan ikatan dikedua tangan dan kaki shaka. Harusnya ia merekam kejadian itu pasti kedua sahabatnya akan senang.
" aku tahu isi pikiranmu Yuda, jika hal itu kamu laksanakan. aku pastikan besok semua peralatan gamemu akan menjadi debu." ancam shaka yang membuat sahabatnya menatap sebal. Sialnya dia tidak bisa melawan karena game itu semua pemberian sahabatnya. Shaka dan Nico terbilang loyal, keduannya selalu ingat kesukaan sahabat mereka. Bila keduanya sedang berlibur pasti Paul dan Yuda mendapatkan barang kesukaan mereka berdua.
Memang Yuda dan Paul bukan dari keluarga sekaya kedua sahabatnya. Tapi kekuasaan keluargannya tidak bisa dipandang sebelah mata. Sayangnya uang jajan mereka tidak sebesar kedua sahabatnya.
"kamu sudah bisa bergerak? " tanya Yuda yang dijawab gelengan kepala. Efek obat yang disuntikan wanita itu masih bekerja.
"beruntung aku selalu membawa benda ini. " ucap Yuda yang membawa satu botol berisi cairan yang bisa menetralisir semua racun. obat itu dia dapatkan dari sahabat yang memiliki kecerdasan di bidang kedokteran. Siapa lagi kalau bukan Paul, sang calon dokter yang sudah menjadi ilmuan sejak kecil. wajar karena keluarganya bergerak di bidang pengembangan obat dan farmasi.
"ada gunannya kebiasaanmu yang suka membawa barang banyak. " ucap shaka yang dijawab kekehan sahabatnya. "cepat berikan obat itu, kita harus menyelamatkan Adikku. wanita gila itu mengincar Reina. " ucap Yuda yang langsung menarik obat dari tangan sahabatnya.
"kenapa dia mengincar adikmu. bukankah dia tidak punya teman selain Nina dan Rose." ucap Yuda.
"tapi kamu lupa kalau adikku disukai oleh pria brengsek itu. "
"yang kamu sebut berengsek adalah sahabatmu. "
"hal itu yang aku kesalkan. dia selalu mengacamku bila melarangnya mendekati Reina. "
"bukan kah kamu lebih berengsek shaka. kasian Nina punya pacar sepertimu yang sudah dijamah oleh banyak wanita. " ucap Yuda yang membuat shaka kesal. hal itu yang membuatnya selalu sesali. tapi semua telah terjadi, sekarang tidak lagi. setelah ia bertemu pujaan hatinya.
"Yuda, aku lupa Nina. "
"tuhkan kamu memang berengsek shaka. " ucap Yuda yang memilih meninggalkan sahabatnya itu.
"Yuda tunggu aku." ucap Shaka yang sudah bisa menggerakkan tubuhnya. Ia akui ramuan dari sahabatnya itu memang sangat mujarab. Tidak membutuhkan waktu lama, ia sudah bisa bergerak seperti semula.
Sedangkan Nico terkejut saat mendengar suara tembakan dari dalam villa. Rasa khawatir mulai menghinggapinya saat ini. Langkah kakinya terhenti saat melihat seorang gadis yang sangat ia kenali. Tanpa pikir dua kali, shaka mencoba untuk menggapai adiknya. Tapi sebuah tembakan membuatnya terhenti bersamaan tubuh gadis itu luruh ke tanah.
"NINA." Teriak Reina dari dalam rumah. Saat itu nico segera mendekati tubuh adiknya. Darah mulai keluar dari tempat peluru bersarang. Air matanya seketika jatuh begitu saja.
"Nina."
"Kak nico." ucap lirih Nina saat sadar sosok pria yang sedang mendekap tubuhnya. Gadis muda itu tersenyum manis di saat rasa sakit menghinggapi tubuhnya. Rasanya ia sangat bersyukur bisa melihat wajah kakaknya disaat begini.
"Nina kamu harus tetap sadar, aku akan panggil paul untuk menyembuhkan lukamu." ucap Nico yang langsung menghubungi seseorang yang terhubung oleh earphonennya.
"Paul."Panggil pria itu pada kawannya yang sudah stand by beberapa meter dari tempat ini.
"Aku sudah mengetahui keadaan di sana, sebentar lagi kami akan sampai. Tenanglah." balas seseorang paul.
"Kak, rasannya ini sangat sakit." ucap Nina dengan senyum tipisnya. Saat itu dia sadar tembakan itu tepat pada bagian dada adiknya.
"Kamu harus kuat Nina, kamu tahu ada dua orang yang akan terluka melihatmu seperti ini." ucap Nico menguatkan adiknya.
"Ya kakak benar, karena itu kakak harus masuk ke dalam. Selamatkan Reina dan Kak Shaka. Aku tidak ingin lagi merasakan kehilangan untuk kedua kalinya kak." ucap adiknya . Ia tahu seberapa sayang Nina pada Reina.
"Tenanglah, sekarang kamu harus fokus pada lukamu. Paul sebentar lagi tiba." ucap Nico yang mencoba membaringkan tubuh adiknya.
"Kak Jangan benci Reina. "
"Aku tahu Nina." ucap Nico yang meninggalkan adiknya karena ia sudah melihat kedatangan Paul dan anggotanya. Saat kakinya melangkah kedalam villa itu, kedua matanya terkejut melihat keadaan gadis dihadapannya.
"Reina kamu wanita gila." teriak seorang wanita yang berada dibawah tubuh Reina. Wanita itu menatap tajam pada sosok wanita dihadapannya. Ia tidak memperdulikan semua luka ditumbuhnya. Saat ini ia hanya ingin membunuh wanita dihadapannya.
"Kamu benar, aku memang wanita gila. Karena itu kamu salah bermain denganku. Tunggu seharusnya bukan kamu pelaku dari penculikan ini bukan? Kemana wanita sialan itu." ucap Reina yang sudah mengancungkan pistol tepat di dahi wanita dibawahnya.
"Wanita itu benar, kamu memang wanita gila Reina. Psikopat yang tidak layak bersama dengan seorang Nico. Pria sempurna yang tidak sepertimu seorang wanita dengan cacat mental." ucap wanita itu dengan senyum tipisnya.
"Wanita bodoh, berhenti bermain denganku. Aku bisa dengan mudah menembak kepalamu bila tidak mengatakan keberadaan wanita sialan itu." ucap Reina.
"Bunuh aku, maka kamu akan mati."
"Benarkah?"
"REINA CUKUP." teriak Nico bersamaan dengan kedatangan Shaka dari lantai dua.
"Lihatlah, Pria berkuda putih itu datang. reina kamu tahu sinar merah yang mengarah pada kepala pria itu. Satu langkah lagi pria itu mendekatimu. Maka push, dia mati." ucap wanita itu dengan senyum tipis.
"Nico berhenti mendekat."
"Apa maksudmu?"
"Mari bermain Reina." ucap wanita itu dengan senyuman menyindirnya.
"Kamu yang mati atau pria itu yang mati." ucap wanita itu bersamaan suara tembakan yang membuat semua orang di tempat itu terkejut. Tapi tidak sampai disitu saja, semua kejadian terjadi sangat cepat. Saat Reina berlari kearah Nico bersamaan dua tembakan terlepas. Reina terjatuh dengan peluru tepat bersarang di dada kirinya.
"REINA." Teriak semua orang saat melihat tubuh wanita terjatuh dan tak sadarkan diri.
"hahahaha, akhirnya wanita itu mati." sebuah suara menggema di dalam villa itu. Hal itu membuat ketiga pria itu menatap tajam setiap penjuru villa ini.
"Permainan yang menarik, dia memang seorang pahlawan. Sayangnya dia terlalu bodoh bukan Nico. wanita itu tidak cocok untukmu. Terlalu lemah , jadi selamat Reina kamu menemui ajalmu." ucap sosok wanita itu bersamaan dengan kobaran api yang tiba-tiba muncul dari beberapa titik villa.
Nico langsung membawa tubuh Reina, Sedangkan Yuda membantu memapah Shaka yang sejak tadi terdiam. Dia masih terkejut dengan berbagai kejadian seharian ini. Tidak hanya wanitanya yang tertembak, tapi adiknya juga. Bahkan dia baru menyadari hal aneh pada adiknya.
"Nico. kamu sudah mengetahui hal ini?" tanya Shaka.
"iya." ucap pria itu santai. Tentu saja tidak sulit mengetahui keadaan gadisnya. Reina bukan wanita lemah seperti pembawaannya. Banyak hal yang dirinya sembunyikan karena hidupnya tak seindah senyumannya.