NovelToon NovelToon
GETIH REGET

GETIH REGET

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Selingkuh / Romantis / Tumbal / Hantu
Popularitas:2.1k
Nilai: 5
Nama Author: Lind Setyani

Hubungan rumah tangga Nadin dengan suaminya semakin hari semakin memanas sejak kepindahan mereka ke rumah baru. Nadin mencurigai perlakuan aneh suaminya sejak kedatangan pembantu barunya, belum lagi kejadian-kejadian aneh yang kerap kali ia dapatkan mulai dari dirinya yang sering di ganggu sosok menyeramkan dan rumah yang kerap kali berbau anyir. Tidak ada gelagat aneh yang di tunjukkan pembantunya itu, akan tetapi Nadin menaruh kecurigaan besar terhadap pembantunya.

Kecurigaan Nadin terbukti saat ia tidak sengaja mempergoki suaminya yang tengah bergumul dengan sang pembantu di saat dirinya sedang tidak di rumah. Di tengah keputusannya untuk bercerai ia justru di buat bingung dengan sang suami yang mendadak menjadi sakit-sakitan. Sampai akhirnya semua mendapat titik terang saat Nadin di datangi temannya yang memiliki kelebihan khusus dan menjabarkan semua hal-hal aneh yang sedang di hadapi Nadin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lind Setyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

PERTANDA APA LAGI?

“Nad, kamu kenapa?” Reno menjauhkan tubuh istrinya  untuk melihat apa yang terjadi.

Di lihatnya Nadin yang sudah menangis penuh ketakutan, pandangannya celingukan ke arah warung bakso seolah mencari sesuatu.

“Cepat pergi dari sini Mas, aku takut.”

“Ada apa sayang, takut dengan apa?” Cerca Reno.

“Ayo Mas!” Emosi Nadin di sertai tangisnya yang belum juga berhenti.

Mobil mereka berdua menjauh dari tempat itu, sepanjang jalan Reno mencoba menanyakan apa yang terjadi tapi Nadin belum berani ngomong karena kengerian itu akan terasa datang kembali. Reno memarkirkan mobilnya di sebuah taman, di sana begitu ramai saat malam hari, berbagai jenis jajanan tersebar di sepanjang pinggir jalan mengitari taman.

”Ayo, kamu mau beli apa.” Reno mengajak Nadin yang sudah berhenti menangis.

“Aku mau makan bakso Mas,” cicit Nadin dengan suara pelan.

“Loh, tadi kan-“ Ucapan Reno tertahan, lebih baik ia menuruti terlebih dahulu permintaan istrinya yang sejak tadi belum makan apa pun. “Ayo turun dulu, kita cari di sekitar sini.” Lanjutnya.

Mereka berdua turun dari mobil dan berjalan beriringan untuk melihat-lihat jajaran gerobak makanan. Dari sekian banyaknya makanan tidak ada satupun yang menarik minat Nadin, di dalam otaknya hanya gurih dan hangatnya kuah bakso saja yang sudah sangat ia inginkan.

Banyak muda-mudi bergandengan tangan sembari berjalan menyusuri taman yang sangat luas itu, beberapa ada yang sudah menikah dan ada juga yang masih berpacaran. Karena tidak mau kalah Nadin juga menyambar lengan suaminya untuk ia gandeng. Reno yang melihat itu hanya tersenyum dan ganti menarik telapak tangan istrinya untuk ia gandeng.

“Eh Mas, lihat itu di sana ada tukang bakso,” tunjuk Nadin pada gerobak yang menjual bakso dan mie ayam.

“Pelan-pelan Nad, banyak orang nanti ketabrak.” Reno menarik tangan Nadin yang setelah melihat tukang bakso buru-buru berjalan dengan tergesa-gesa.

“Ishh, aku itu udah laper banget Mas,” gerutu Nadin.

“Iya, tapi pelan-pelan.”

Saat mereka berdua sudah berada di depan gerobak bakso, mereka bisa melihat seorang bapak-bapak paruh baya yang buru-buru menghampiri Nadin dan Reno. Selain Nadin dan Reno tidak ada pembeli lain, sebelum memesan Nadin sedikit ragu, takut tidak enak karena sepi tidak ada pelanggan lain.

“Silahkan Mas, Mbak.” Bapak-bapak itu tersenyum menanyai mereka berdua.

“Bakso satu, sama es teh-nya dua ya Pak, dimakan di sini,” jawab Reno.

“Baik Mas, silahkan duduk dulu.”

Setelah mempersilahkan Reno dan Nadin, bapak itu menyiapkan mangkuk untuk pesanan bakso Nadin.

“Mas aku mau minum es jeruk.” Celetuk Nadin yang baru duduk di bangku plastik berwarna biru.

“Yang satunya es jeruk ya Pak.” Reno sedikit meninggikan suaranya supaya bapak itu terdengar.

“Siap Mas.” Jawab bapak itu.

“Kamu tadi engga mau makan bakso, sekarang di sini minta bakso lagi,” ujar Reno yang sedang duduk berhadap-hadapan. “Kamu juga kenapa tadi nangis?” Imbuhnya.

“Masa kamu tidak merasa aneh dengan bakso tadi Mas, aku tadi pas makan berasa makan daging busuk.” Jawab Nadin dengan suara rendah takut terdengar orang lain, apa lagi mereka sedang  di tempat tukang bakso juga.

“Daging busuk, tapi tadi kamu lihat kan aku makan biasa-biasa aja.” Sangkal Reno yang seolah tidak percaya dengan ucapan Nadin, kenyataannya Reno bahkan bisa menghabiskan dua mangkuk sekaligus dan sama sekali tidak merasa sedang memakan makanan basi.

“Terserah Mas kalo mau engga percaya, dan lagi, alasan aku tadi menangis-“

“Silahkan Mas, Mbak,” bapak Bakso tadi datang memotong ucapan Nadin.

“Terima kasih, Pak.” Ujar Nadin menerima mangkuk bakso yang di bawa bapak itu.

Satu mangkuk bakso biasa dengan dua gelas es teh dan es jeruk, Nadin yang melihat kuah bakso mengepulkan asap tipis dan aroma gurih membuatnya ingin ngiler saja, apa lagi perutnya juga sudah keroncongan sejak sore tadi yang belum makan apa pun. Nadin tidak lagi melanjutkan ucapannya sebelumnya, ia kini sibuk dengan bola-bola bakso yang masuk ke dalam mulutnya. Reno masih penasaran dengan ucapan Nadin yang terpotong tadi, tapi ia memilih membiarkan dulu istrinya makan.

“Cobain Mas, ini baksonya enak.” Nadin menyuapi suaminya.

Menurut Reno ya sama saja dengan bakso-bakso lainnya, justru lebih enakan bakso yang sebelumnya ia makan. Di lihatnya Nadin yang sangat lahap sekali makan bakso, terbesit perasaan hangat yang Reno rasakan karena bisa melihat kembali istrinya bersemangat seperti ini lagi setelah sebelumnya ia perlakukan dengan dingin.

Pandangan Reno menangkap sesuatu yang berbeda dari tangan kanan Nadin, sebuah gelang melingkar di pergelangan tangannya. Baru kali ini ia melihat Nadin memakai gelang itu, bahkan tadi pagi pun seingatnya istrinya itu belum memakai gelang tersebut.

“Kamu habis beli gelang sayang? Kok aku baru lihat.” Tanya Reno yang justru penasaran dengan gelang Nadin dan melupakan apa yang akan istrinya tadi katakan.

“Oh ini, tadi di toko ada nenek-nenek mau pesen roti buat acara besok sore. Kita sempat ngobrol juga, katanya anaknya mirip sama aku jadi dia ngasih gelang ini ke aku.” Jawab Nadin mengangkat tangan kanannya untuk diperlihatkan pada suaminya.

“Kamu percaya aja?” Tanya Reno yang sudah bisa menebak isi pikiran istrinya.

“Kenapa harus curiga, lagian tidak mungkin juga seorang nenek-nenek berbohong.”

Tebakan Reno tidak meleset, ia sudah tahu dengan sifat istrinya itu yang mudah percaya dengan orang baru. Mau di nasehati seperti apa pun ia akan tetap yakin pada penilainnya sendiri sehingga Reno cuma bisa mengangguk tanpa berkomentar lagi.

...****************...

Di luar rumah masih remang-remang karena cahaya matahari masih belum naik ke atas, hanya suara lantunan azan dari masjid terdekat yang mengisi kesunyian pagi ini. Di dalam sebuah kamar mandi, Nadin tengah terduduk lemas di samping kloset karena sejak tadi terus muntah-muntah. Reno yang ikut menemani terus memijat leher belakang istrinya ketika mual kembali datang.

“Ini pasti karena kamu makan bakso pedas tadi malam, jadi asam lambungmu naik.” Ujar Reno yang sejak tadi terus menemani istrinya di dalam kamar mandi.

“Tapi perutku engga sakit Mas,” sangkal Nadin yang memang merasa perutnya baik-baik saja hanya mulutnya yang terus mual.

“Masih mual? Kalo udah mendingan istirahat lagi aja,” Reno memapah Nadin yang lemas.

Pelan-pelan Reno membaringkan tubuh Nadin di atas ranjang dan menyelimutinya kembali supaya tidak makin masuk angin setelah dari kamar mandi. Reno berinisiatif ke dapur untuk membuatkannya teh hangat supaya mulut istrinya tidak terasa pahit.

Dengan mata terpejam, Nadin mencoba menahan gejolak mual yang terus ia rasakan. Ia memang sering muntah jika asam lambungnya naik di sertai sakit perut yang sangat luar biasa, tapi kali ini ia sama sekali tidak merasakan sakit perut seperti biasanya.

Jangan lupa tinggalkan like and comment, terima kasih.

1
Rembulan menangis
kok blm up yaa
Linn: di tunggu saja ya kak, soalnya belum bisa konsisten up setiap hari☺🙏
total 1 replies
Wiwit
lanjuttttt
Apa ini jadi awal terbuka rahasia pembantunya?
Baru baca, dah bersambung aja.../Facepalm/
Tapi nenek itu siapa? Jangan2 itu berhubungan dengan Naya lagi/Blush/
Disclaimer!!

Hmm... maaf nih, ya. Aku bukan ingin membenarkan karena aku lebih tahu atau gimana. Tapi sebenarnya, ada beberapa dialog yang bisa dipisah, dan membuat antar karakter/tokoh terasa lebih ke memang sedang melakukan percakapan.

Aku tak ada niatan untuk menggurui, tapi ini hanya masukan dariku sebagai pembaca./Pray/

Misalnya, saat awal Nadin masuk, sebenarnya ia bisa diberi gambaran kecil kenapa ia bertanya, "Mas, kamu kenapa?" terus "Masih ada yang sakit?" dan tindakan sebelum benar-benar masuk lalu bertanya. Jadi, tak mendadak bertanya.😅

Semangat ya, thor. Aku tunggu update selanjutnya~/Determined//Smile/
Linn: terima kasih kak atas masukannya☺ untuk kedepannya saya akan lebih memperhatikannya lgi seperti saran kakak🙏
total 1 replies
Bingung mau komen apa
Linn: 🤣🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Meski kebanyakan narasi, tapi kakak cepat juga upnya. Baru selesai kemarin baca, eh udah ada lagi/Facepalm/
Linn: aamiin terima kasih banyak☺☺
total 3 replies
Lanjut, thor~/Determined/
Kesalahan yang mereka lakukan adalah tak adanya komunikasi.
Ini bisa di sedikit dipadatkan, untuk bagian meletakkan tas. Cuma saran dariku.
Sepertinya, aku bisa menebak orangnya deh~😅
Delapan kilo?🤔 What?!
Oh pantaslah/Facepalm/
Jikapun begitu, bukannya Nadin masih bisa ke toko, ya🤔
Aku penasaran, siapa wanita yang ada di prolog, ya?
Izin mampir, kak.🙏
Lagi menjelajah novel horor soalnya, hehe~😅
Linn: wahh terimakasih kak sudah mampir di cerita saya😍
total 1 replies
Arif Tegal
emang ada tah
Linn: ada kak, hanya saja mungkin sudah jarang yang menggunakannya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!