NovelToon NovelToon
Godaan Kakak Ipar

Godaan Kakak Ipar

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Selingkuh / Cinta Terlarang / Percintaan Konglomerat / Cinta pada Pandangan Pertama / Pembantu
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Bagi Luna, Senja hanyalah adik tiri yang pantas disakiti.
Tapi di mata Samudra, Senja adalah cahaya yang tak bisa ia abaikan.
Lalu, siapa yang akan memenangkan hati sang suami? istri sahnya, atau adik tiri yang seharusnya ia benci.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 - Godaan yang ditolak

Kamar utama terlihat sangat luas dan dingin malam itu. Tempat tidur king size yang biasanya dihuni dua orang kini hanya ditempati seorang pria yang berbaring dengan mata terpejam, mencoba melupakan kejadian yang membuatnya lelah secara mental dan emosional. Lampu samping tempat tidur masih menyala redup, menciptakan bayangan-bayangan lembut di dinding yang dicat dengan warna cream elegan.

Samudra berbaring telentang dengan mengenakan kaus polo biru navy dan celana kain hitam, pakaian yang jauh dari kesan romantis. Lengan kanannya menutupi mata, berusaha menghalau pikiran-pikiran yang berkecamuk sejak pengakuan cintanya pada Senja di tepi danau tadi sore. Di satu sisi hatinya merasa lega karena akhirnya bisa jujur pada perasaannya, tapi di sisi lain dia merasa bersalah karena mencintai wanita yang salah di waktu yang salah.

Suara AC yang berdengung pelan berpadu dengan suara jam di meja samping yang berdetik monoton. Keheningan malam itu hanya sesekali terpecah oleh suara kendaraan yang lewat di jalan raya, jauh di bawah sana. Samudra mencoba memejamkan mata lebih erat, berharap tidur bisa datang dan memberikan ketenangan yang dibutuhkannya.

Tapi ketenangan itu tidak bertahan lama.

Suara handel pintu yang diputar perlahan membuat Samudra membuka mata. Dia mengangkat lengannya dan menoleh ke arah pintu, mengira mungkin Bi Ipah yang masuk untuk membereskan sesuatu.

Yang dilihatnya membuat seluruh tubuhnya menegang.

Luna berdiri di ambang pintu dengan penampilan yang sangat berbeda dari beberapa jam yang lalu. Rambut coklat panjangnya yang tadi berantakan kini tersisir rapi dan bergelombang indah, jatuh menawan di kedua bahu. Makeup-nya sudah diperbaiki, eyeshadow smoky eyes yang membuatnya terlihat misterius, lipstick merah cherry yang menggoda, dan blush on yang memberikan kesan glow alami pada pipinya.

Tapi yang paling mengejutkan adalah pakaiannya. Luna mengenakan lingerie set berwarna merah wine yang sangat transparan dan minim, babydoll yang hampir tidak menutupi apa-apa, dengan renda-renda halus yang memeluk lekuk tubuhnya dengan sempurna. Di kakinya, dia memakai heels stiletto berwarna hitam yang membuat posturnya terlihat tinggi dan menggoda.

"Luna?" Samudra bangkit duduk di tepi tempat tidur, matanya membelalak tidak percaya. "Kamu ngapain?"

Luna masuk ke dalam kamar dengan langkah yang penuh perhitungan,pinggul bergoyang sensual, dada membusung bangga, dan senyum menggoda yang dipasang di bibirnya. Setiap langkahnya terdengar jelas karena hak tinggi yang menghentak lantai marmer.

"Aku mau minta maaf, sayang," bisiknya dengan suara yang dibuat seseduktif mungkin. Dia berjalan perlahan mendekati tempat tidur, mata tidak lepas dari wajah Samudra yang terlihat shock.

"Minta maaf?" Samudra bangkit berdiri, mundur sedikit dari tempat tidur. "Luna, kita sudah selesai bicara tadi. Kamu bilang mau tidur di kamar tamu."

"Aku berubah pikiran," jawab Luna sambil terus melangkah mendekat. "Aku sadar kalau aku salah tuduh kamu tadi. Kamu kan cuma nganter adik ipar ke rumah sakit. Itu hal yang wajar."

Samudra menatap istrinya dengan mata yang penuh kecurigaan. Perubahan sikap Luna yang sangat drastis ini tidak masuk akal. Beberapa jam yang lalu wanita itu menuduhnya selingkuh dengan mata berapi-api, sekarang tiba-tiba minta maaf dengan pakaian yang sangat menggoda.

"Luna, tolong pakai baju yang proper," kata Samudra sambil mengalihkan pandangan. "Kita bisa bicara kalau kamu sudah berpakaian wajar."

Luna tidak menghiraukan permintaan suaminya. Justru dia semakin mendekat dan berdiri tepat di depan Samudra, jarak mereka hanya beberapa senti.

"Sayang," bisiknya sambil menyentuh dada Samudra dengan ujung jari yang sudah dimanicure dengan cat kuku merah menyala. "Aku tahu aku salah. Aku cemburu melihat kamu perhatian sama Senja. Padahal aku harusnya bangga punya suami yang care sama keluarga."

Sentuhan Luna membuat Samudra semakin tidak nyaman. Dia memegang pergelangan tangan istrinya dan menjauhkannya dari dadanya.

"Luna, stop," katanya dengan nada yang tegas. "Aku capek. Kita bicara besok pagi saja."

Tapi Luna tidak menyerah. Dia memeluk leher Samudra dengan kedua tangannya, memaksakan tubuhnya untuk menempel pada suaminya. Aroma parfum mahal yang menyengat tercium kuat, parfum mahal yang biasa dipakainya saat ingin terlihat menggoda.

"Jangan begitu, sayang," rayunya sambil mengecup leher Samudra dengan bibir yang lembap. "Kita udah lama tidak... bercinta. Aku kangen."

"Kangen?" Samudra melepaskan pelukan Luna dengan agak kasar. "Luna, terakhir kali kita intimate itu satu bulan yang lalu. Dan itu pun kamu yang selalu menolak. Sekarang tiba-tiba kangen?"

Luna terdiam sejenak, sedikit tergagap karena Samudra mengingatkan tentang penolakannya selama ini. Tapi dia ingat pesan Arjuna, dia harus berhasil membujuk Samudra dengan cara apapun.

"Itu karena aku lagi stress," jawabnya sambil kembali mendekati Samudra. "Sekarang aku udah siap. Aku mau jadi istri yang baik buat kamu."

Luna kembali memeluk Samudra, kali ini tangannya mulai meraba-raba punggung suaminya. Bibirnya mengecup rahang Samudra dengan gerakan yang dipaksa terlihat passionate.

"Luna, berhenti," kata Samudra sambil mencoba melepaskan pelukan istrinya. Tapi Luna semakin mengerat pelukannya.

"Please, sayang," bisik Luna di telinga Samudra dengan napas yang dibuat terengah-engah. "Aku butuh kamu malam ini."

Tangan Luna mulai turun meraba dada Samudra, kemudian ke arah pinggang. Gerakannya semakin agresif dan memaksa, seolah dia sedang terburu-buru mencapai tujuan tertentu.

"LUNA!" Samudra memegang kedua bahu istrinya dan mendorongnya menjauh dengan cukup keras. "Aku bilang BERHENTI!"

Luna terhuyung ke belakang karena dorongan itu, mata yang tadinya mesum berubah menjadi shock. Selama hampir tiga tahun pernikahan, Samudra tidak pernah menolaknya dengan cara sekasar itu.

"Kenapa?" tanyanya dengan suara yang bergetar, campuran antara kaget dan tidak percaya. "Kenapa kamu tolak aku?"

Samudra merapikan bajunya yang sedikit berantakan karena perlakuan Luna. Matanya menatap istrinya dengan tatapan yang dingin dan penuh kekecewaan.

"Karena aku tahu ini bukan kamu," jawabnya dengan suara yang tenang tapi tegas. "Kamu tidak pernah mau bercinta denganku, Luna. Tidak pernah. Bahkan di malam pertama kita, kamu terlihat terpaksa."

"Tapi sekarang aku mau..."

"Sekarang kamu mau karena ada maunya," potong Samudra. "Aku bukan bodoh, Luna. Aku tahu kamu pasti ada agenda di balik semua ini."

Luna merasakan wajahnya memerah, bukan karena gairah tapi karena malu ketahuan. "Aku tidak ada agenda apa-apa! Aku cuma mau minta maaf dan jadi istri yang baik!"

"Dengan pakai lingerie seperti itu?" Samudra menatap pakaian Luna dengan tatapan yang mencela. "Dengan mendadak jadi seksi padahal biasanya kamu bilang aku menjijikkan kalau menyentuhmu?"

Kalimat itu membuat Luna terdiam. Memang benar, selama ini dia sering bilang Samudra menjijikkan kalau pria itu mencoba menyentuhnya. Dia sering mengelak dengan berbagai alasan, capek, sakit kepala, tidak mood, atau bahkan bilang Samudra tidak romantis.

"Samudra..." Luna mencoba mendekat lagi, tapi Samudra mundur menjaga jarak.

"Cukup, Luna," kata Samudra sambil mengambil bantal dan selimut dari tempat tidur. "Aku tidak mau dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak tulus. Kalau kamu memang mau minta maaf, lakukan dengan cara yang benar. Bukan dengan cara seperti ini."

"Kamu mau kemana?" tanya Luna ketika melihat Samudra berjalan menuju pintu sambil membawa bantal dan selimut.

"Aku tidur di ruang kerja," jawab Samudra tanpa menoleh. "Kamu bisa tidur di sini."

"Samudra, tunggu!" panggil Luna dengan nada putus asa. "Please, jangan pergi!"

Tapi Samudra tidak berhenti. Dia membuka pintu kamar dan keluar tanpa menoleh sedikitpun.

BRAK!

Pintu tertutup dengan suara yang cukup keras, meninggalkan Luna sendirian di kamar utama dengan lingerie merah yang tiba-tiba terasa sangat tidak pantas.

Luna berdiri mematung di tengah kamar, matanya menatap pintu yang baru saja ditutup Samudra. Seluruh tubuhnya gemetar, bukan karena kedinginan, tapi karena shock dan tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Untuk pertama kalinya dalam waktu hampir tiga tahun pernikahan, Samudra menolaknya.

Selama ini, pola hubungan mereka selalu sama. Samudra yang meminta, dan Luna yang menolak dengan berbagai alasan. Luna yang selalu berkuasa dalam hal intimacy, menentukan kapan dia mau dan kapan dia tidak mau. Samudra selalu menurut, selalu sabar, selalu menerima penolakan dengan kepala tertunduk.

Tapi malam ini... semuanya terbalik.

Luna duduk di tepi tempat tidur dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Perasaannya campur aduk, malu, marah, tidak percaya, dan untuk pertama kali dalam hidupnya, dia merasakan bagaimana rasanya ditolak.

"Kenapa?" bisiknya pada keheningan kamar. "Kenapa dia tolak aku?"

Pertanyaan itu bergulir di kepalanya berkali-kali. Selama ini dia percaya bahwa Samudra akan selalu menginginkannya, akan selalu memujinya, akan selalu mengejarnya. Ego Luna sebagai wanita cantik dan diinginkan banyak pria tiba-tiba hancur dalam sekejap.

Luna menatap pantulan dirinya di cermin besar yang terpasang di dinding. Lingerie merah yang tadi membuatnya merasa seksi dan berkuasa kini terlihat vulgar dan menyedihkan. Makeup yang sempurna terlihat berlebihan. Heels tinggi yang tadi membuatnya merasa powerful kini terasa berat dan tidak nyaman.

"Ini pasti gara-gara si Senja," gumamnya dengan nada penuh kebencian. "Pasti gara-gara jalang itu Samudra jadi begini."

Tapi dalam hati kecilnya, Luna tahu bahwa bukan hanya karena Senja. Ada sesuatu yang berubah pada Samudra. Pria itu tidak lagi melihatnya dengan mata yang penuh cinta dan kerinduan. Yang dia lihat tadi adalah mata yang dingin, kecewa, bahkan sedikit jijik.

Luna membuka heels-nya dengan kasar dan m

elemparkannya ke sudut kamar. Dia berjalan ke kamar mandi dengan langkah gontai, menatap wajahnya yang dipoles makeup tebal di cermin.

"Baru kali ini dia tolak aku," bisiknya sambil mulai menghapus makeup dengan tissue. "Baru kali ini..."

Air mata mulai mengalir, merusak makeup yang sudah mulai dihapus. Luna menangis, bukan karena sedih, tapi karena ego yang terluka. Selama hidupnya, dia terbiasa jadi wanita yang berkuasa, yang bisa mengendalikan pria dengan pesona dan kecantikannya.

Tapi malam ini, untuk pertama kalinya, dia merasakan bagaimana rasanya tidak berkuasa. Bagaimana rasanya ditolak oleh pria yang selama ini selalu dia anggap sebagai cadangan yang akan selalu ada untuknya.

Sementara itu, di ruang kerja, Samudra menyiapkan sofa kulit sebagai tempat tidur darurat. Dia merentangkan selimut dan meletakkan bantal dengan gerakan yang mekanis, pikirannya masih terganggu dengan kejadian barusan.

Dia merasakan jijik, bukan pada tubuh Luna, tapi pada cara Luna memperlakukannya seperti objek yang bisa dimanfaatkan sesuka hati. Selama bertahun-tahun dia merasa seperti peminta-minta yang selalu ditolak. Malam ini, ketika posisi mereka terbalik, dia baru menyadari betapa tidak sehatnya hubungan mereka.

Samudra berbaring di sofa sambil menatap langit-langit ruang kerjanya. Pikirannya melayang pada Senja, gadis yang mencintainya dengan tulus, tanpa syarat, tanpa agenda tersembunyi. Kontras yang sangat jelas dengan Luna yang baru saja mencoba menggodanya dengan motif yang pasti tidak murni.

"Senja," bisiknya pada keheningan malam. "Andai saja kamu bukan adik iparku..."

1
Ariany Sudjana
semoga samudra lekas tahu bahwa Luna selama ini selingkuh dari samudra, dan selama ini hanya ingin harta samudra saja. dan setelah samudra tahu yang sebenarnya, jangan sampai senja yang jadi sasaran Luna, kasihan senja dan samudra, ga tega lihatnya selalu jadi sasaran kemarahan Luna , yang sudah ga waras
Ariany Sudjana
eh Luna udah gila yah, yang buat samudra jadi ilfil kan Luna juga, selama ini ga mau melayani samudra, bahkan suami sakit, Luna milih jalan-jalan ke Bali, sama selingkuhannya. yang urus samudra sampai sembuh ya senja sendiri. jadi jangan salahkan senja dong. ini samudra belum tahu istrinya selingkuh, kebayang kalau tahu, seperti apa reaksinya samudra
Ariany Sudjana
bagus samudra, jangan mau masuk dalam jebakan Luna, dia tidak mencintaimu, hanya ingin harta saja, dan sekarang dia butuh 500 JT itu. dan di hati Luna hanya ada Arjuna , pasangan selingkuhnya
Ariany Sudjana
Luna juga kan selingkuh, jadi maling jangan teriak maling dong
Ariany Sudjana
saya sih ga salahkan senja atau samudra yah, kalau Luna bisa menghormati samudra selaku suami, mungkin ga akan terjadi. tapi Luna juga malah selingkuh, belum tahu saja Luna, kalau dia juga hanya dimanfaatkan saja sama selingkuhannya
Ariany Sudjana
di rumah ada cctv kan? coba samudra lihat kelakuan Luna terhadap senja, kalau Luna pas di rumah
Ariany Sudjana
semoga saja Dewi bisa menemukan dengan siapa Luna di restoran itu, dasar Luna bodoh, belum sadar hanya dimanfaatkan sama Arjuna
Bunda SB: namanya juga cinta kak🤭
total 1 replies
Ariany Sudjana
samudra harusnya jujur sama mama kandungnya, jangan takut nanti irang tuanya akan membenci Luna. kan memang selama ini Luna yang ga mau punya anak? kalau memang nanti orang tuanya samudra jadi benci sama Luna, ya itu urusan Luna
Ariany Sudjana
semoga samudra bisa melindungi senja, karena Luna begitu jahat dan licik, dan kalau Luna tahu apa yang terjadi selama dia di Bali, pasti senja akan disiksa habis sama Luna
Ariany Sudjana
saya sih ga menyalahkan kalau sampai samudra dekat sama senja. lha punya istri, tapi istri ga pernah memperhatikan dan mengurus suami, apalagi pas suami lagi sakit. Luna malah sibuk dengan selingkuhannya.
Ariany Sudjana
apa Luna punya selingkuhan? sehingga begitu dingin sama samudra, suaminya sendiri.
Ariany Sudjana
di rumah ga ada cctv? sampai samudra begitu percaya sama Luna
Ariany Sudjana
samudra jangan percaya begitu saja sama Luna, senja sampai pingsan karena ulah Luna, si nenek lampir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!