NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 Keputusan Sang Suami Dingin

Pagi itu udara di rumah Adrian berbeda. Tidak ada suara ketukan keyboard laptop yang biasanya terdengar dari kamar kerja di lantai dua. Tidak ada pula suara langkah Adrian yang rapi dan penuh wibawa di lorong.

Alira bangun agak kesiangan, rambutnya masih awut-awutan. Ia menuruni tangga dengan piyama bergambar kelinci sambil menguap lebar. Dari dapur, aroma kopi hitam pekat bercampur dengan roti panggang membuatnya segera mengarahkan langkah.

“Mas…” panggilnya dengan suara serak khas bangun tidur.

Adrian yang sedang duduk rapi di meja makan, dengan kemeja putih sederhana tapi tetap terlihat berwibawa, menoleh sekilas. Matanya masih dingin seperti biasa, tapi ada garis tipis kelelahan di sana.

Alira menyeret kursi dan duduk di hadapannya. “Mas, kok bangun duluan sih? Biasanya aku kan yang dibangunin terus dimarahin karena molor.”

“Tidak ada yang memarahi,” sahut Adrian datar. “Saya hanya memberi tahu jam.”

Alira mendengus sambil menyambar sepotong roti. “Iya iya, gaya Mas itu kayak jam weker hidup. Tapi aku suka kok.”

Adrian mengangkat alis, meneguk kopinya tanpa komentar.

Alira mengunyah roti sambil menatapnya curiga. “Mas, wajahmu kok kayak habis begadang? Jangan-jangan mikirin aku ya?”

“Mikirkan laporan,” jawab Adrian cepat.

“Ehh, tega banget jawabnya. Padahal aku berharap Mas jawabnya ‘iya, aku kepikiran kamu, istri ku sayang’ gitu.” Alira merajuk, menekuk bibirnya dengan ekspresi menggemaskan.

Adrian menatapnya datar, tapi ujung bibirnya hampir tidak terlihat melengkung. “Kalau saya bilang begitu, kau tidak akan berhenti menggodaku sepanjang hari.”

“Hehe, Mas tahu banget sifatku.” Alira terkekeh puas.

Namun suasana yang ringan itu mendadak buyar ketika Adrian meletakkan cangkirnya dengan pelan, tapi tegas. Matanya kini tajam menatap Alira. “Alira, mulai hari ini, kau tidak perlu ikut ke perusahaan lagi.”

Alira langsung menghentikan kunyahannya. “Apa?”

“Kau tidak akan ikut saya ke kantor. Dan tidak akan terlibat dalam urusan perusahaan.”

Mulut Alira menganga. “Loh… Mas! Itu kan bagian paling seru! Aku bisa lihat Mas kerja serius, aku bisa jahilin karyawan yang sok galak, aku bisa—”

“Cukup.” Adrian memotong kalimatnya. “Saya tidak mau ada risiko lagi. Kau tidak akan kembali ke perusahaan.”

Alira menatapnya tidak percaya. “Mas dingin… kamu serius?”

“Saya tidak pernah bercanda soal ini.” Suaranya mantap, dingin, dan tidak bisa dibantah.

Alira langsung meraih lengan kemeja Adrian dengan kedua tangannya. “Mas… please dong. Aku janji aku nggak akan bikin ulah lagi. Aku akan duduk manis, paling-paling cuma… ya sesekali ngegoda Mas aja.”

Adrian menghela napas, menatap wajah centil istrinya yang kini benar-benar seperti anak kecil yang merengek. “Tidak ada diskusi. Saya sudah putuskan.”

“Mas kejam!” seru Alira. “Terus aku harus apa di rumah sendirian? Nonton drama? Main Tiktok? Aku bisa mati bosan, tahu nggak!”

Adrian berdiri, berjalan menuju rak buku, lalu kembali dengan sebuah map biru. Ia menaruhnya di hadapan Alira.

Alira melotot. “Ini apaan? Kontrak kerja baru biar aku nggak nganggur?”

Adrian melipat tangannya di dada. “Itu formulir pendaftaran kuliah.”

“HAH?!” teriak Alira sampai hampir tersedak roti. “Mas bercanda kan? Aku kuliah?”

“Kau terlalu muda untuk menghabiskan waktu hanya ikut campur urusan perusahaan,” ujar Adrian tenang. “Kau butuh lingkunganmu sendiri. Kau harus kuliah.”

Alira menatapnya syok. “Mas! Aku ini istri CEO loh. Masa aku disuruh balik jadi mahasiswa baru? Nanti aku dipanggil ‘Maba’ dong… aduh, malu banget.”

“Lebih baik jadi ‘Maba’ daripada jadi bahan permainan orang-orang seperti Seto.” Nada suara Adrian berubah dingin, penuh penekanan.

Alira terdiam. Ia tahu benar apa maksud suaminya. Adrian tidak sedang bercanda kali ini. Ada sesuatu yang membuatnya benar-benar melindungi Alira.

Namun sifat centilnya tidak bisa hilang begitu saja. Ia mendekat, menaruh dagunya di bahu Adrian, lalu berbisik genit, “Kalau aku kuliah lagi, terus aku punya banyak fans cowok gimana, Mas? Nanti Mas cemburu loh.”

Adrian menoleh cepat, menatapnya dalam. “Tidak ada satupun laki-laki yang berani mendekatimu kalau mereka tahu siapa suamimu.”

Alira salting seketika, wajahnya merah padam. “Ih, Mas… kalau ngomong gitu bikin aku deg-degan tahu nggak. Jangan sok romantis, aku bisa meleleh.”

Adrian kembali duduk, wajahnya datar. “Itu bukan romantis. Itu fakta.”

Alira menutup wajah dengan tangan, setengah tertawa setengah gugup. “Ya ampun… Mas dingin ku bisa juga ngomong manis. Aku makin cinta deh.”

Hari itu berlalu dengan suasana yang campur aduk. Alira sempat mogok bicara hampir setengah jam, duduk di sofa sambil memainkan ponselnya dengan wajah cemberut. Adrian tetap tenang, sibuk dengan laptop.

Tapi setiap beberapa menit sekali, Alira mencuri pandang, menunggu Adrian bereaksi. Dan ketika akhirnya Adrian menutup laptop, Alira langsung berpura-pura tidur.

“Alira,” panggil Adrian.

Tidak ada jawaban.

“Jangan pura-pura tidur.”

Alira membuka satu mata dengan ekspresi lucu. “Hehe, ketahuan ya.”

Adrian menghela napas panjang, lalu mendekat. Ia duduk di samping Alira, membuat gadis itu langsung salting karena jarak mereka yang begitu dekat.

“Kalau aku kuliah beneran…” bisik Alira pelan, “Mas janji ya, tiap minggu jemput aku.”

Adrian menatapnya lama. “…Saya akan mempertimbangkan.”

“Pertimbangkan apaan! Harus janji!” Alira merajuk lagi, mencubit lengan Adrian.

Adrian hanya menatapnya dingin, tapi jemarinya terulur pelan, menepuk kepala Alira dengan lembut. “Kalau itu membuatmu tenang, ya.”

Alira langsung menutup wajah dengan bantal kecil, wajahnya merah padam. “Mas, jangan bikin aku salting lagi dong! Aku bisa pingsan!”

Menjelang sore, Adrian mengajak Alira keluar untuk makan malam bersama. Mereka baru saja naik mobil ketika Adrian menyadari sesuatu. Dari kaca spion, sebuah mobil hitam tampak mengikuti dari kejauhan.

Ia tidak menunjukkan ekspresi apapun, tetap tenang menyetir. Alira yang sedang sibuk mengambil selfie di kursi samping tidak menyadarinya.

“Mas, senyum dong dikit. Aku mau upload story, caption-nya: Dinner bareng suamiku yang super dingin.”

Adrian hanya melirik singkat. “Jangan upload lokasi kita.”

Alira manyun. “Ya ampun, Mas. Aku cuma pengen pamer dikit. Biar orang-orang tahu aku istrinya CEO ganteng.”

Adrian tidak menjawab. Matanya tetap fokus ke jalan, sementara mobil hitam itu masih setia mengikuti dari belakang.

Di dalam hatinya, Adrian sudah bersiap. Siapapun mereka, kali ini saya tidak akan tinggal diam.

Mobil Adrian berhenti di sebuah restoran mewah. Saat ia turun dan membuka pintu untuk Alira, matanya sempat bertemu dengan pengemudi mobil hitam itu. Senyum sinis terpancar dari wajah asing itu.

Alira yang tidak menyadari apa pun, hanya tersenyum riang sambil merangkul lengan Adrian. “Mas, ayo makan. Aku udah laper banget!”

Adrian mengangguk singkat, tapi di dalam benaknya hanya ada satu kata bahaya.

Dan kali ini, bayangan itu bukan hanya soal bisnis… tapi juga tentang keselamatan istrinya sendiri.

Hallo readers jangan lupa tinggalin jejak ya like komen juga ya 🌹

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!