Karya ini orisinal, bukan buatan AI sama sekali. Konten *** Kencana adalah sang kakak yang ingin menikah beberapa waktu lagi. Namun kejadian tak terduga malah membalikkan keadaan. Laut Bening Xhabiru, menggantikannya menjadi istri pria dingin berusia 30 tahun yang bahkan belum pernah berciuman dengan wanita lain sebelumnya. Akankah mereka bahagia dalam pernikahan tanpa cinta ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Air Chery, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menegangkan
Bening menuruni anak tangga sendirian. Orang tuanya sudah menunggunya di meja makan. Menyayangkan Segara yang lebih dulu pulang. Segara jadi tidak bisa merasakan masakan bunda yang pedahal khusus untuknya. “Kepiting Saos Padang”. Bunda pagi sekali memasaknya hari ini tanpa bantuan siapapun. Bi Aminah sedang cuti karena ada pernikahan anaknya di kampung.
Bening membuat alasan sebisa mungkin agar orang tuanya cukup tahu mereka baik - baik saja. Tentu saja denga bilang Segara yang pasti sibuk dengan urusan perusahaannya.
“Nak, kamu beneran nggak apa - apa? Segara benaran baik sama kamu?” tanya bunda yang terlihat begitu khawatir.
“Sudahlah, Bun. Jangan mengompor - ngompori anakmu. Kita sudah melihat Segara yang terlihat baik - baik saja terhadap putri kita,” kata ayah menenangkan kegundahan bunda.
“Ya gimana, Yah. Bening nikah karena terpaksa. Dia juga belum pernah mengenal Segara sebelumnya. Lalu tiba - tiba dia hidup dengannya. Bunda khawatir,” kata bunda.
“Bun, walau masih belum terbiasa dengan kehidupan pernikahan ini. Tapi Bening baik - baik aja, kok. Kapan - kapan Bunda dan Ayah ke mansion mas Segara, ya.”
Jawaban yang sebenarnya tidak sepenuhnya jujur. Padahal ia tidak merasa benar - benar baik. Walau Segara cukup baik dengan menyiapkannya bekal dan juga sarapan. Namun tetap saja, sikap Segara masih dingin tidak seperti seorang suami sungguhan.
Bening juga kembali mengingat kejadian tadi malam lagi. Bagaimana Segara begitu beringas ketika hasratnya tak terkendali.
“Baiklah, nanti Ayah dan Bunda akan mengatur waktu ke sana,” kata ayah.
“Ddddrrrrrt” ponsel Bening bergetar. Ia melihat nama Kencana yang tertulis di pemanggil telepon. Bening membulatkan matanya.
“Bunda, Ayah, kak Kencana telepon,” kata Bening sebelum mengangkat panggilan. Ayah dan bunda ikut terbelalak mendengarnya.
Setelah 1 bulan berlalu dari kepergiannya di hari pernikahan. Kencana menghubungi mereka lagi.
“Halo, Kak Kencana?”
“Bening, Kakak kangen kalian, hiks …. hiks …,” isak tangis terdengar di seberang telepon. Ayah dan bunda saling bertukar tatap mendengar suara anak mereka yang terdengar pilu.
“Ada apa, Kak? Kakak kenapa menangis?” tanya Bening tidak sabar.
“Ken …,” bunda menghentikan katanya, karena Kencana sudah memotongnya terlebih dahulu.
“Tolong, jangan beritahu bunda dan ayah terlebih dahulu. Gue nggak mau mereka tambah sedih,” kata Kencana.
Bening meletakkan jari telunjuknya di depan wajahnya, memberikan isyarat kepada ayah dan bunda untuk tidak mengeluarkan suara.
“Biarkan dulu dia menenangkan dirinya,” bisik Bening sambil menjauhkan ponselnya. Kedua orang tua itu akhirnya mengurungkan niat mereka untuk berbicara.
Mereka tidak ingin membuat Kencana lebih dalam, dalam permasalahannya. Walau teramat khawatir, orang tua itu tetap memberikan ruang untuk anaknya. Dan menahan rasa khawatir dan rindu mereka.
“Kakak sekarang di bandara penerbangan luar negeri.”
“Baiklah, Bening akan menjemput kakak di sana. Tunggulah,” kata Bening lalu bergegas untuk bersiap.
“Bening?” panggil bunda yang sudah mulai menangis.
“Bunda dan ayah sebaiknya tetap di sini. Bening akan mencoba menenangkan kakak. Setelah itu, Bening akan bawa kakak ke sini,”
“Tapi, Ben …,”
“Bunda, sudah. Anak kita pasti akan baik - baik saja. Kita cukup mendoakan mereka dan menunggu mereka pula kembali,” kata ayah menenangkan istrinya.
Bening yang sudah selesai bersiap kini berpamitan dengan ayah dan bunda. Ia melambaikan tangannya ketika ia sudah duduk di mobil bersama supir pribadinya yang baru saja sampai karena perintah Segara.
...🐔🐔🐔...
Bening sampai di bandara. Ia setengah berlari karena terburu - buru. Kakaknya sudah menunggu cukup lama.
Karena tidak terlalu fokus dengan jalan. Ia tidak sengaja menabrak seorang wanita yang sedang membawa minuman di tangannya. Minuman itu tumpah dan mengenai baju putih yang perempuan itu kenakan.
“Awwwww!” pekiknya.
“Kamu tidak apa - apa?” tanya lelaki di sebelahnya sembari ikut membantu membersihkan baju wanita itu.
“I’m so sorry, it was an accident,” Bening mengulurkan tangannya ingin ikut membersihkan tumpahan minuman itu juga. Namun dengan cepat tangan perempuan itu mendorong tangan Bening.
“Jangan sentuh baju saye! Lagipun, kalau berjalan, gunakan mata! Tak tahukah kamu harga baju saye?!” bentak wanita itu.
Bening terkesiap mendengar bentakan nyaring di depannya. Ia mengangkat kepalanya dan melihat wajah cantik perempuan yang sedang memarahinya. Bening juga menggerakkan bola matanya ke arah laki - laki yang berada di sebelah wanita itu. Segara, ya Segara di sana.
Bening melihat tangan Grace sedang merangkul lengan Segara. Segara yang sama terkejutnya dengan kehadiran Bening, ia hanya bisa diam terpaku. Kedua mata Segara dan Bening di persekian detik saling beradu pandang.
“Awak kena ganti rugi!” bentak Grace lagi. Bentakan Grace membuat Segara dan Bening melepaskan pandangan mereka masing - masing.
“Ya, saya akan ganti rugi,” kata Bening sembari mengeluarkan ponsel untuk bersiap membayar kerugian yang telah ditagih oleh Grace.
“Grace, aku akan membelikan yang baru. Tidak usah meminta ganti rugi dengannya,” kata Segara lalu mengajak Grace beranjak pergi.
Dengan wajah kesal akhirnya Grace menuruti perkataan Segara. Segara melihat Bening dari sudut matanya. Gadis itu nampak muram.
Bening berdiri dalam diam. Tidak tahu mengapa hatinya merasa nyeri. Bahkan ia baru saja merasa dicampakkan begitu saja. Baru tadi malam laki - laki itu menyentuh tubuhnya. Siang ini untuk pertama kalinya ia melihat laki - laki itu dengan perempuan lain.
Bening melanjutkan perjalanannya. Ia mempercepat langkahnya lagi. Bening memasang wajah cerianya. Ia tidak ingin menambah suasana yang jelek kepada kakaknya.
“Kak Kencana?” panggil Bening dari kejauhan. Mendengar suara yang tentu ia kenal, Kencana memutar tubuhnya. Ia berlarian dan kemudian memeluk adiknya dengan erat.
“Bening, maafin kakak sudah merepotkan,” kata Kencana dengan wajah sedihnya.
Bening melihat kakaknya terlihat kusut. Wajahnya yang selalu nampak cantik dan ceria. Hari ini terlihat sirna. Pipinya yang putih mulus itu terlihat sedikit berbeda dari biasanya. Bening belum begitu menyadari apa saja yang membuat perubahan itu.
“Ayo, kita ke mobil terlebih dahulu,” ajak Bening.
...🐁🐁🐁...
“Kakak mau kita cari hotel terlebih dahulu. Kakak belum siap bertemu ayah dan bunda. Mereka pasti akan bertambah sedih dengan Kakak saat ini,” kata Kencana. Ia menundukkan wajahnya.
“Baiklah. Pak, kita cari hotel, ya,” kata Bening kepada supirnya.
“Baik.”
“Di hari pernikahan itu, kakak dan Reo memutuskan untuk pergi ke Korea lagi. Lalu beberapa hari terakhir, Kakak memergokinya sedang melakukan hubungan intim dengan perempuan lain,” kata Kencana sambil mengusap air matanya yang sudah lolos keluar.
“Apa! Dasar laki - laki br*ngsek!” hardik Bening yang begitu marah mendengar pengakuan kakaknya. Bening mengepalkan tangannya kuat. Rasanya ia menonjok tokoh laki - laki yang sedang diceritakan oleh Kencana.
“Kakak memintanya penjelasan mengapa ia melakukan hal itu. Dan kali pertamanya kakak mendapat tamparan dari Reo. Hiks …, kamu lihat lebam yang sudah mulai membaik ini, ini adalah sisa kekerasannya,” kata Kencana sembari menunjuk lebam biru yang sudah mulai memudar itu di pipi kirinya.
Kini Bening menyadari wajah kusut kakaknya juga dilengkapi dengan lebam bekas perbuatan bejat Reo. Bening mengepalkan tangannya. Emosinya benar - benar memuncak.
“Apa - apaan! Kita harus memberinya pelajaran! Laki - laki gila!” maki Bening lagi. Dadanya bergejolak berapi - api. Rasanya kekesalannya bertambah - tambah.
“Bening, kakak rasa kita nggak boleh impulsif. Kita harus balas dia dengan cara yang nggak ia sangka - sangka,” kata Kencana lagi.
Bening menganggukkan kepala. Ia memang teramat emosi saat ini. Memikirkan semua cowok sama br*ngseknya. Hanya suka memakai perempuan sesuka hatinya, lalu ia akan bebas mencari perempuan lainnya. Begitu pikirannya melayang sedikit, ia kembali begitu muak mengingat kejadian tadi malam lagi.
“Kak, 1 kilo meter lagi ada hotel mewah. Bening rasa, Kakak harus menenangkan diri di sana,” kata Bening menyarankan.
“Baiklah, kakak rasa juga begitu.”
“Pak, ke hotel Nihi Villaz, ya,” kata Bening.
“Baik,” balas sang supir.
...🦚🦚🦚...
...Bukan Hasil AI ...