NovelToon NovelToon
Di Culik Tuan Mafia

Di Culik Tuan Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Mafia / Cinta Terlarang
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Yilaikeshi

Sofia Putri tumbuh dalam rumah yang bukan miliknya—diasuh oleh paman setelah ayahnya meninggal, namun diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu oleh bibi dan sepupunya, Claudia. Hidupnya seperti neraka, penuh dengan penghinaan, kerja paksa, dan amarah yang dilampiaskan kepadanya.

Namun suatu pagi, ketenangan yang semu itu runtuh. Sekelompok pria berwajah garang mendobrak rumah, merusak isi ruang tamu, dan menjerat keluarganya dengan teror. Dari mulut mereka, Sofia mendengar kenyataan pahit: pamannya terjerat pinjaman gelap yang tidak pernah ia tahu.

Sejak hari itu, hidup Sofia berubah. Ia tak hanya harus menghadapi siksaan batin dari keluarga yang membencinya, tapi juga ancaman rentenir yang menuntut pelunasan. Di tengah pusaran konflik, keberanian dan kecerdasannya diuji.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yilaikeshi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 31

Malam ini adalah hari-H. Sayangnya, rasa percaya diri Sofia Putri sudah jauh merosot. Ia tidak punya rencana matang, hanya mengandalkan insting—insting bahwa Ruth mungkin sudah tahu kondisinya dan menyiapkan jalur pelarian.

Ia butuh tempat yang mudah dijangkau siapa pun agar Ruth bisa menolongnya. Sofia hanya bisa berharap instingnya kali ini benar. Kalau tidak, ia bisa celaka.

Sofia mengenakan gaun bodycon berpayet berkilau dengan kerah V rendah yang menonjolkan belahan dadanya. Gaun itu tanpa lengan, hanya bertali spaghetti tipis, dengan punggung terbuka. Rambutnya disisir rapi ke belakang lalu diikat ekor kuda. Riasan mata hijau yang tajam membuat auranya semakin berani. Malam ini, Sofia tampil seksi, provokatif, dan siap berpesta.

Masalahnya hanya satu: rombongan yang harus menemaninya. Sepertinya pangeran tidak sepenuhnya percaya padanya. Ia menyertakan Cassie dan beberapa gadis lain—yang baru Sofia kenal malam ini—untuk ikut bergabung. pangeran bilang mereka akan menghiburnya. Ya, Sofia pasti akan “berterima kasih” padanya nanti, tentu dengan nada sarkasme.

Yang paling ia khawatirkan adalah Cassie. Perempuan itu tangan kanan Kenith, jelas tidak akan mendukung rencana pelariannya. Namun, apapun yang terjadi, Sofia tidak akan membiarkan siapa pun merusak niatnya malam ini.

Dan seolah kurang, Kenith pun seperti biasa akan hadir. Itu berarti ia harus lebih kuat. Kalau tidak, semangatnya bisa patah sebelum usaha melarikan diri dimulai.

Tiga gadis lain yang ikut bersamanya adalah Ashley, Chelsea, dan Rose. Berbeda dengan Cassie, mereka cukup ramah dan menyenangkan. Bahkan sempat membantu Sofia berdandan sebelum pesta. Dari sana ia tahu, ketiganya memang bekerja untuk Pangeran sebagai pekerja seks komersial. Meski begitu, mereka punya sikap yang ringan dan mudah diajak bicara. Sofia cukup menyukai mereka.

 

Pesta sudah berlangsung riuh ketika ketukan terdengar di pintu. Saat sosok tak asing masuk, suasana mendadak hening.

Bibir Sofia langsung melengkung membentuk senyum penuh arti. Ia menatap sepupunya—Cantika—yang berdiri ragu di ambang pintu. Dari gerak-geriknya, jelas terlihat kegugupan. Itu membuat Sofia semakin bersemangat.

“Halo, Cantika,” sapa Sofia dengan senyum lebar.

Sapaan itu justru membuat Cantika semakin gelisah. Ia tak paham kenapa dirinya dibawa ke tempat ini. Bukankah bayaran dari Sofia sudah cukup?

Rasa bersalah dan takut langsung memenuhi benaknya. Dialah yang dulu mengusulkan menjual Sofia. Dialah yang begitu bangga ketika rencana itu berhasil. Ia selalu membayangkan Sofia menjalani hidup menyedihkan. Tapi kini, seorang kolektor mendatanginya dan berkata bahwa adiknya—Sofia menginginkannya hadir di pesta lajang.

Cantika paham benar, Sofia pasti ingin membalas dendam.

Saat pikiran itu berkecamuk, Sofia menghampirinya lalu memeluk erat. “Akhirnya kau di sini. Sekarang kita bisa bersenang-senang.”

Cantika menelan ludah. Ia tahu, pelukan itu bukan tanda kasih sayang, melainkan awal dari balas dendam.

Sofia memang tidak berniat menyakitinya secara fisik. Baginya, melihat kegugupan Cantika sudah cukup menghibur. Tidak ada yang lebih memuaskan daripada menyiksa lawan lewat mental.

Ia ingat betul Cantika dan ibunya yang mendorong pamannya untuk menjualnya ke rentenir. Sofia tidak ingin jatuh ke level yang sama, tapi ia juga tidak akan membiarkan Cantika merasa nyaman di sini. Apa balas dendam terbaik selain menunjukkan bahwa hidupmu jauh lebih indah daripada bayangan musuhmu?

“Hai teman-teman, kenalkan. Ini sepupuku yang baik hati, Cantika. Tolong, sambut dia dengan hangat,” ujar Sofia dengan nada ironis.

Hangat? Tentu saja sebaliknya.

Semua yang ada di ruangan ini tahu riwayat Sofia dengan keluarga pamannya. Mereka tidak butuh alasan untuk memojokkan Cantika. Sofia pun tidak perlu repot. Orang-orang ini siap melakukannya untuknya.

“H-hai,” sapa Cantika sambil melambaikan tangan kaku. Ia baru sadar, dirinya seperti masuk ke sarang singa.

“Hai…” jawab para gadis serempak, termasuk Cassie. Suasana pun makin tegang.

“Silakan duduk, kita sebentar lagi berangkat,” kata Sofia santai sambil kembali bercermin.

Cantika melirik sekeliling. Tidak ada kursi tersisa, jadi ia memilih duduk di tepi ranjang. Namun sebelum sempat menempelkan tubuhnya, Chelsea mendahuluinya. “Ups, maaf. Aku suka duduk di sini. Kamu bisa di sana.”

Cantika hanya tersenyum kaku dan mundur. Ia hendak mencari tempat lain, tapi Ashley buru-buru menempati posisi yang ia incar. “Ah, terlambat. Cari tempat lain, ya.”

Urat di dahi Cantika mulai menegang. Ia menahan diri, berusaha tetap sopan. Tapi kemudian Rose juga melakukan hal yang sama. Ia duduk di tempat yang baru saja dilirik Cantika, lalu berkata santai, “Maaf, pantatku lebih dulu sampai.”

“Tidak apa-apa,” jawab Cantika dengan gigi terkatup. Padahal jelas ia tidak baik-baik saja.

Namun, sebelum ia sempat melangkah lagi, Rose tiba-tiba menjulurkan kaki dan menjegalnya. Cantika langsung tersungkur di lantai, disambut tawa cekikikan dari gadis-gadis lain.

Sofia tidak ikut tertawa, tapi juga tidak menunjukkan simpati sedikit pun. Sama seperti dulu pamannya hanya diam saat istri dan anaknya memperlakukan Sofia dengan kejam, kini giliran ia yang membalas.

Diamnya bukan tanpa arti. Itulah caranya membalas budi.

 

1
Alfiano Akmal
Terima kasih sudah Mampir jangan lupa tinggalkan jejak kalian .....
Shinichi Kudo
Satu kata buat cerita ini: keren abis!
cómics fans 🙂🍕
Gak sabar nunggu lanjutannya thor!
Nami/Namiko
Terima kasih author! 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!