Putri Changle—seorang gadis modern—terjebak di tubuh putri kuno yang memiliki masa lalu kelam. Setelah menikah dengan kekasih masa kecilnya, dia dikhianati dan disiksa hingga mati. Namun, dengan bantuan sistem poin dan ruang ajaib, Putri Changle mendapatkan kesempatan kedua untuk balas dendam.
Dengan menggunakan Sistem, Putri Changle memulai perjalanan balas dendam yang penuh tantangan dengan mengumpulkan poin, meningkatkan level, dan membuka kemampuan baru untuk mengalahkan musuh-musuhnya.
Namun, semakin dia mendekati tujuannya, semakin banyak rahasia yang terungkap tentang masa lalunya dan sistem yang digunakannya. Apakah Putri Changle dapat mencapai balas dendamnya, ataukah dia akan terjebak dalam permainan yang lebih besar?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia adalah Wajahku
“Hei, kalian sudah dengar kabar terbaru?” Li Xiu Fu membuka obrolan dengan suara berbisik penuh antusias. “Kali ini Akademi Hanlim memilih langsung berdasarkan anugerah Kaisar.”
Wang Ran’en mengangguk penuh arti. “Benar. Ini kejadian langka yang tak terjadi lebih dari sepuluh tahun.”
Sementara itu, Xie Zhan berdiri dengan senyum lebar, matanya bersinar penuh percaya diri. Dia mengenakan jubah merah megah sebagai sarjana nomor satu, gelar yang membuatnya seperti telah menguasai seluruh dunia.
“Begitu terpilih, langsung bisa menduduki peringkat keenam.” Li Xiu Fu menjelaskan sambil menatap kagum pada sosok Xie Zhan.
Wang Ran’en menambahkan dengan nada ceria. “Bandingkan saja dengan mereka yang menghabiskan puluhan tahun untuk jadi pejabat peringkat tujuh. Ini memang keberuntungan di luar nalar.”
Gelak tawa pecah di antara kerumunan, memecah udara dengan campuran iri dan takjub.
“Itulah kenapa semua orang berebut ingin mendapatkan posisi ini,” ujar Li Xiu Fu dengan nada yang penuh sengit.
“Sudah pasti, sarjana nomor satu seperti Xie Zhan pasti langsung diterima di Akademi Hanlim!” Wang Ran’en menyela dengan nada penuh keyakinan, matanya berbinar tanpa ragu.
Li Xiu Fu tertawa pelan, suaranya hangat mengalun di antara kerumunan, “Hahaha ... selamat, Sarjana Xie. Kesuksesan tampaknya sudah menantimu di depan mata.”
Xie Zhan tersenyum bangga, membalas salam hormat dari mereka yang memberi ucapan selamat. Bahagianya seakan memenuhi udara di sekitarnya.
“Baru saja menikah, sekarang akan naik pangkat pula. Sungguh nasib yang luar biasa!” puji Wang Ran’en, sorot matanya memancarkan kekaguman.
Tawa riuh kembali memecah keheningan, saat suasana makin hidup dan penuh harap.
Tiba-tiba, suara tegas seorang petugas menggema, memotong kegembiraan, “Pejabat seleksi telah tiba!”
Semua mata berbalik cepat, tertuju pada meja khusus yang baru saja diduduki oleh sosok berpakaian jubah biru tua.
Pangeran Chu duduk dengan wibawa, wajahnya dingin tapi penuh kewibawaan. Ketika ia angkat bicara, ruangan seolah membeku, penuh perhatian.
“Atas perintah Yang Mulia, aku bertanggung jawab penuh atas seleksi Akademi Hanlim tahun ini. Inilah daftar nama yang diterima.”
Detik-detik itu terasa membeku, semua menahan napas dan menunggu takdir yang akan menakdirkan masa depan mereka.
Donghae melangkah maju dengan penuh wibawa, menggenggam gulungan kain kuning bermotif naga yang bersinar lembut di bawah snar mentari.
“Dengan mandat dari surga, Kaisar bersabda: Li Xiu Fu, engkau resmi diangkat menjadi penyusun Akademi Hanlim, menduduki peringkat enam tertinggi di jajaran bawahannya.”
Li Xiu Fu menundukkan kepala, kedua tangannya menyatu dalam sikap hormat yang tulus. “Terima kasih.”
Donghae tidak berhenti, suaranya yang teguh melantunkan tiap nama seperti nyanyian takdir. “Wang Ren’an, kini kau dipromosikan sebagai penyusun Akademi Hanlim, duduki peringkat enam bawahan.”
Wang Ren’an membungkuk dalam-dalam, wajahnya menyiratkan campuran syukur dan kebanggaan. “Terima kasih Yang Mulia.”
Kemudian, suara Donghae menggema saat menyebut nama berikutnya. “Xie Zhan, diangkat sebagai pembimbing Akademi Hanlim, menduduki peringkat lima bawahan.”
Bisikan kecil berhamburan di kerumunan.
“Peringkat lima? Sungguh keberuntungan luar biasa.”
"Sarjana Xie sangat beruntung!"
Xie Zhan tersenyum lebar, menangkup kedua tangannya dengan hormat, matanya berkilat menahan haru. “Terima kasih, Yang Mulia.”
“Tunggu!” Suara dingin dan tegas Pangeran Chu menghentikan gerak kipas kuning yang ia goyangkan dengan anggun, menciptakan keheningan yang mencekam di antara kerumunan.
Semua mata tertuju pada Pangeran Chu, dipenuhi rasa penasaran dan ketegangan yang menguat.
“Hapus orang ini dari daftar!” perintahnya bagaikan palu godam yang menghantam lapangan. “Penunjukan pejabat akan dibahas kembali nanti.”
Xie Zhan terpaku, wajahnya berubah dari bingung menjadi tercengang. Baru saja namanya diangkat sebagai pejabat kelas lima, kini jabatan itu seakan lenyap ditelan angin, tanpa sepatah kata penjelasan pun
.
“Apa maksud Anda, Pangeran Chu?” Suaranya bergetar, berani mempertanyakan ketidakadilan yang menyengat hatinya.
Pangeran Chu menatap balik dengan dingin, tatapannya seperti belati yang menusuk. “Apakah Sarjana Xie tak terima?” tanyanya dingin, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa iba.
“Ya, saya tidak terima!” balas Xie Zhan, dengan keberanian yang menggelegak. “Saya juara ujian istana terbaru, tapi Pangeran Chu terus mempersulit langkah saya. Apakah ini bentuk penghinaan terhadap Yang Mulia?”
Kerumunan bergemuruh, hawa perseteruan mereka menggores langit, menebar ketegangan yang membuat suasana semakin panas membara.
Pangeran Chu mengukir senyum dingin yang penuh kepongahan. Dengan gerakan anggun, ia bangkit dari tempat duduknya, mengipasi tubuhnya perlahan, seolah menunjukkan betapa berkuasanya dirinya.
“Dari segi pangkat resmi, aku—Pangeran Chu—diberi wewenang langsung oleh Kaisar untuk menangani masalah ini. Hak mutlak ada di tanganku, untuk menentukan siapa yang layak pergi dan siapa yang harus tinggal,” kata Pangeran Chu dengan suara menggelegar, penuh tekanan kekuasaan.
Kipas yang selama ini menjadi pelindung wajahnya pun ditutup dengan tajam. Jarumnya menunjuk tajam ke arah para hadirin yang berdiri di depannya.
“Dari segi garis keturunan, aku adalah Putra Mahkota Raja Chu, keponakan Kaisar sendiri. Aku adalah wajah keluarga kerajaan. Jadi, Sarjana Xie, apakah kau benar-benar yakin mau melawanku?” Tatapannya membeku, dingin seperti es gunung, menembus jiwa Xie Zhan.
Xie Zhan menatap balik dengan dingin, menahan gelombang emosi yang mendidih di dalam dada. “Bolehkah saya tahu, Pangeran Chu, di mana saya menyinggung Anda? Mengapa harus saya yang ditargetkan secara khusus?” Suaranya tenang, tapi penuh pertanyaan getir.
Pangeran Chu tertawa kecil, nada sombong mengalir dalam ucapannya, “Kau tak menyinggungku secara langsung, tapi kau mengusik calon Putri Mahkota-ku. Itu adalah penghinaan tak termaafkan!”
Dia menatap tajam pada Xie Zhan, suaranya seperti auman serigala di tengah hutan. “Karena dia tidak ssnang, maka kau tidak akan pernah bisa membuatku senang!”
“Calon Putri Mahkota?” Alis Xie Zhan berkerut dalam, kebingungan bercampur gelisah yang semakin membakar rasa penasaran dan kekesalannya.
Aula itu menjadi sunyi, menyisakan aura ketegangan yang hampir bisa membuat udara pecah oleh kata-kata dan niat yang terpendam.
"Benar," sahut Pangeran Chu, suaranya bergemuruh dan memecah hening di antara bisik-bisik yang mulai mencuat. "Putri Changle akan menikah denganku, dia secara alami menjadi Putri Mahkotaku."
Kejutan dan kebingungan merayap di wajah para hadirin.
"Apa? Bagaimana mungkin Putri Changle menikah dengan Pangeran Chu?" desis Li Xiu Fu dengan suara penuh keraguan.
"Bukankah dia sudah memilih menjadi biarawati setelah patah hati karena Sarjana Xie?" timpal Wang Ren'an.
Kerumunan pun bergejolak, percikan rumor berseberangan dengan kenyataan yang diucapkan Pangeran. Tapi Pangeran Chu tak bergeming, langkahnya mantap meninggalkan orang-orang yang baru saja memberi hormat padanya.
Setelah jauh dari keramaian, Donghae mendekat dengan mata berbinar. "Pangeran, tadi saat memarahi Xie Zhan, Anda benar-benar tampil gagah dan penuh wibawa."
Pangeran Chu mengukir senyum bangga, dada terangkat penuh keyakinan.
"Jika Putri Changle tahu Anda membela dan melampiaskan dendamnya, aku yakin dia akan luluh dan tersentuh."
Donghae tersenyum, mencoba menyentuh sisi lembut sang Pangeran
"Siapa bilang kau membalas dendam untuknya?" Pangeran Chu memicingkan mata, nada suaranya bergetar sedikit oleh emosi yang ditekan. "Dia bukan sekadar calon istri. Dia adalah wajahku ... wajah seluruh Kediaman Raja Chu."
Donghae mengangguk pelan, menyerah pada diamnya Pangeran yang enggan mengakui perasaan paling dalamnya, "Ya, ya, yang dikatakan Pangeran sangat benar ...."
fighting.....semesta pasti akan membantu dan merestui mu....
usaha tak kan menghianati hasil.....🔥🔥🔥🔥🔥
semoga lancar lahirannya