Sesama Author tolong saling menghargai, dilarang mampir jika hanya skip skip saja dan baca setengah-setengah, 🙏
Sebuah pernikahan harus didasari oleh kejujuran dan rasa saling percaya, tapi apa jadinya jika seorang Suami selalu berbohong kepada Istrinya dan lebih memilih menuruti semua keinginan Orang tua serta Keluarganya dibandingkan dengan keinginan Sang Istri?
Yuni selalu berharap jika Sang Suami bisa menjadi sandaran untuk dirinya, tapi ternyata semua itu hanya menjadi angan-angannya saja, karena Hendra bahkan tidak pernah membela Yuni ketika dia dihina oleh keluarga Suaminya sendiri.
Akankah Yuni bertahan apabila keluarga Sang Suami selalu campur tangan dalam rumah tangganya?
Baca kisah selengkapnya dalam Karya saya yang berjudul 'Suamiku Boneka keluarganya'.
Mohon dukungannya untuk Karya-karya receh saya, 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rini Antika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Keesokan paginya, Mia yang melihat Yuni sudah siap untuk berangkat kerja, mengajak Kakaknya tersebut berangkat bersama, apalagi kebetulan Kampus Mia melewati Perusahaan tempat Yuni bekerja.
"Mbak, ikut bareng aku aja yuk."
"Emang gak ngerepotin?" tanya Yuni.
"Mbak itu bicara apa sih, kita ini saudara, mana mungkin Mbak ngerepotin aku, apalagi Mbak yang dulu sudah membantu Bapak membiayai Sekolah aku. Oh iya, sekarang aku jualan skincare punya Teman, Mbak coba deh pake juga, biar wajahnya tambah glowing."
"Mbak gak biasa pake make up, Mia. Skincare nya cukup pake air wudhu saja."
"Iya Mia juga tau, tapi ini cream nya beneran bagus banget, sini aku bantu pakein. Aku kasih gratis kok, anggap saja promosi," ujar Mia dengan mengoles skincare pada wajah Yuni.
"Tuh kan wajah Mbak semakin putih. Mbak itu harus belajar dandan, biar terlihat semakin cantik, jadi Mas Hendra tidak tergoda oleh perempuan lain," sambung Mia.
Degg
Jantung Yuni rasanya berhenti berdetak saat kembali teringat dengan kebersamaan Hendra dan Lisa yang tertawa bahagia ketika berada di Taman bermain.
Mungkin sekarang Mas Hendra memang sudah tergoda oleh Lisa, tapi aku tidak boleh terus-terusan sedih, karena aku harus kuat demi Anak-anak. Mulai sekarang, aku harus berusaha bangkit dari keterpurukan. Aku pasti bisa meski pun tanpa Mas Hendra, ucap Yuni dalam hati.
......................
Ketika sampai di Perusahaan, Yuni mencoba menghindari Hendra dengan bersembunyi, apalagi dia masih belum siap bertemu kembali dengan Hendra setelah pertengkaran kemarin sore.
"Yun, kamu sedang apa di sini?" tanya Bayu ketika melihat Yuni berjongkok di belakang sebuah tembok.
Yuni menutup mulut Bayu supaya tidak terdengar oleh Hendra yang berjalan semakin dekat menuju tempat persembunyiannya, bahkan Yuni menarik tangan Bayu supaya ikut berjongkok juga.
"Mas, kamu sedang mencari apa?" tanya Lisa ketika melihat Hendra yang nampak celingukan mencari sesuatu.
"Tadi sepertinya aku melihat Yuni di sekitar sini, tapi ternyata dia tidak ada," jawab Hendra.
Lisa merasa kesal ketika mendengar Hendra mencari keberadaan Yuni. Dia akan terus berusaha menghasut Hendra supaya menceraikan Yuni.
"Mas, kenapa sih kamu masih saja mencari Yuni? Bukannya kemarin dia sudah membawa kedua Anaknya pergi dari rumah keluarga Mas Hendra? Berarti itu tandanya Yuni memang sudah memutuskan untuk berpisah dari kamu," ujar Lisa.
"Lis, kemarin aku sudah salah paham sama Yuni. Ternyata sebelum berangkat ke Taman bermain, Yuni sudah mengirimkan pesan meminta ijin padaku kalau dia akan di antar Bayu, bahkan Yuni beberapa kali mencoba menelponku. Yuni juga tidak meminta cerai, tapi dia ingin kami saling introspeksi diri dulu."
"Mas, itu hanya alasan dia saja. Untuk apa kamu masih mempertahankan rumah tangga dengan perempuan tidak tahu di untung seperti Yuni? Sudah punya Suami yang memiliki jabatan sebagai Manager, malah selingkuh dengan seorang OB."
Bayu yang mendengar Yuni difitnah, berniat menghampiri Hendra dan Lisa untuk menyangkal semua tuduhan tersebut, tapi Yuni melarang Bayu dengan menggelengkan kepalanya sebagai isyarat.
"Mas, Yuni itu bukan seorang Istri yang baik, tidak seharusnya seorang Istri pergi dari rumah tanpa ijin dari Suaminya," sambung Lisa.
Hendra yang gampang terpengaruh hanya diam mendengar hasutan Lisa. Yuni yang melihat reaksi Hendra pun kembali kecewa karena Suaminya tersebut sama sekali tidak membela dirinya ketika Lisa dengan terang-terangan menjelek-jelekan Yuni di depan Hendra.
"Oh iya, Bianca nanyain Mas terus. Nanti pulang kerja Mas main ke rumah ku ya," sambung Lisa dengan menarik tangan Hendra menuju ruang kerja mereka.
Setelah kepergian Hendra dan Lisa, Bayu akhirnya angkat suara.
"Yun, kenapa kamu melarang aku menghampiri Hendra dan Lisa? Aku ingin menjelaskan sama mereka kalau hubungan kita hanya sebatas teman saja. Aku tidak rela mendengar Lisa memfitnah kamu, bahkan gara-gara aku, kamu sampai pergi dari rumah."
"Bay, dalam hal ini kamu tidak bersalah sama sekali. Aku memang sudah lama berniat ke luar dari rumah yang sudah membuat hidupku seperti di dalam Neraka," ucap Yuni dengan menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan perkataannya.
"Kamu juga tidak perlu menjelaskan apa pun kepada Mas Hendra, karena seharusnya seorang Suami lebih mempercayai perkataan Istrinya dibandingkan dengan perkataan orang lain, tapi sepertinya Mas Hendra lebih percaya dengan perkataan Lisa, jadi percuma kita menjelaskan semuanya."
"Yun, tapi setidaknya kita harus mencoba menjelaskan semuanya sama Hendra. Mungkin dengan begitu dia tidak akan salah paham."
"Bay, tadi aku sengaja melarang kamu untuk tidak mengatakan apa pun, karena aku ingin tau bagaimana reaksi Mas Hendra saat Lisa berusaha menghasutnya, tapi ternyata Mas Hendra gampang terpengaruh oleh orang lain," ucap Yuni dengan mata berkaca-kaca karena menahan tangis.
Bayu menghela napas panjang mendengar perkataan Yuni. Sekarang dia semakin mengerti dengan kehidupan yang sudah Yuni lewati selama ini.
"Yun, kita sudah lama berteman, bahkan kita sudah seperti keluarga, jadi kamu tidak perlu merasa sungkan seperti itu. Siapa tau dengan bercerita beban di hatimu akan sedikit berkurang," ucap Bayu dengan lembut.
Yuni hanya diam mendengar perkataan Bayu, tapi dia merasa bersyukur karena memiliki sahabat yang begitu baik serta pengertian seperti Bayu.
"Oh iya, siapa yang sekarang menjaga Anak-anak?" tanya Bayu yang mencemaskan Denis dan Nadira.
"Ada Ibu sama Bapak yang menjaga mereka. Aku juga berencana mau mengontrak rumah di sebelah rumah orang tuaku, kebetulan ada dua rumah kosong milik tetanggaku yang mau dikontrakin."
"Syukurlah kalau seperti itu, aku khawatir jika Denis dan Dira tidak ada yang menjaga. Yun, sebenarnya aku juga sedang mencari kontrakan, bagaimana kalau pulang kerja aku ikut ke rumah kamu buat lihat rumah yang mau dikontrakin? Aku juga kangen sama Anak-anak, kalau aku ngontrak deket sama kamu, setiap hari aku bisa main sama Denis dan Dira."
"Boleh juga tuh, Denis sama Dira pasti bahagia karena bisa deket sama kamu," ujar Yuni.
Yun, sebenarnya aku ingin mengontrak rumah di dekat kamu supaya bisa menjaga kamu dan Anak-anak, karena aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakiti kalian, termasuk Hendra, ucap Bayu dalam hati.
Bayu sebenarnya merasa khawatir ketika melihat Yuni yang terus saja melamun. Dia sudah bisa menebak jika saat ini Yuni pasti tengah memiliki masalah.
"Yun, kamu baik-baik saja kan? Kamu pasti sedih karena harus tinggal terpisah dengan Hendra ya?" tanya Bayu.
"Bay, kamu tidak perlu khawatir, aku baik-baik saja kok. Apa pun yang terjadi, aku harus kuat demi Anak-anak," ucap Yuni dengan memaksakan diri untuk tersenyum.
Bayu tau jika saat ini Yuni tengah sedih dan hanya berpura-pura terlihat kuat saja.
"Yun, kamu tidak usah pura-pura tersenyum di depanku, karena aku tau kalau kamu tengah memendam kesedihan."
"Apa kamu tidak menganggap ku sebagai sahabat? Kalau ada masalah kamu bisa berbagi denganku."
"Sepertinya kamu lupa kalau dulu kamu yang selalu memberikan bahu jika aku sedang menangis? Kenapa selama ini kamu tidak pernah menceritakan kepadaku kalau kamu hidup menderita saat tinggal di rumah Mertua kamu?"
*
*
Bersambung
emang agak lain pak Ibrahim ini
semangat thor
semangat thor asli kesel banget gue sama Hendra dia itu bukan bodoh lagi iiiiiiiiihhhhhhh kesel banget awas luu Hendra habis kau