"Endria hanya milikku," tekannya dengan manik abu yang menyorot tajam.
***
Sekembalinya ke Indonesia setelah belasan tahun tinggal di Australia, Geswa Ryan Beck tak bisa menahan-nahan keinginannya lagi.
Gadis yang sedari kecil ia awasi dan diincar dari kejauhan tak bisa lepas lagi, sekalipun Endria Ayu Gemintang sudah memiliki calon suami, di mana calon suaminya adalah adik dari Geswa sendiri.
Pria yang nyaris sempurna itu akan melepaskan akal sehatnya hanya untuk menjadikan Endria miliknya seorang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jelitacantp, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Disneyland 2
Geswa kehilangan jejak Endria dan Gatra waktu di bandara, dan karena ia tak suka keramaian, jadi ia tak menyusul ke Disneyland Resort, maka pria itu memilih cek in di hotel yang terletak di dekat bandara.
Ya, dia membuang waktu untuk datang ke sini, hanya untuk mengawasi mereka tanpa perantara lagi, tetapi Geswa sudah tak kuat lagi, dia kelelahan.
Seminggu berlalu tinggal di Jakarta, kota yang berpolusi membuatnya tak lega saat bernapas, di tambah waktunya ia habiskan untuk bekerja dan menyelidiki carut-marut internal perusahaan membuat Geswa pada akhirnya tumbang.
Pria itu pingsan di dalam kamar hotel tipe suite, dia sendirian, tanpa setitik cahaya yang menerangi, tubuh jangkungnya tergeletak begitu saja tepat di depan pintu kamar.
Lalu Louis di mana? Ya, Geswa memang flight ke Hongkong tanpa Louis. Karena ini weekend, tentu saja Louis mendapat libur, tidak melulu menempel pada Geswa.
***
Sedangkan di sisi lain, di Disneyland Hongkong. Hari ini weekend, jadi banyak sekali orang yang berkunjung, baik itu lokal atau turis asing. Baik sendiri, berdua, bersama teman, dan keluarga.
Sedari tadi, Endria tak henti-hentinya tersenyum senang. Di sini benar-benar seperti di negeri dongeng, benar-benar memanjakan mata, video orang lain yang bersliweran di internet, akhirnya nyata juga di pandangannya untuk pertama kali.
Sekali lagi, terima kasih untuk Gatra, tanpa pria itu Endria mungkin tak bisa berkunjung ke tempat seindah ini. Bukannya tak mampu, hanya saja ia tak berani bepergian sendirian.
Kali ini Endria sudah mengganti bajunya, gadis itu memilih cosplay menjadi rapunzel salah satu princess favoritnya, gaun yang simple membuat pergerakan Endria tak terbatas, dan rambutnya yang berwarna cokelat nan panjang dikepang dengan hiasan bunga-bunga kecil berwarna-warni. Sungguh memikat dan mencuri perhatian.
Karena ada aturan untuk orang dewasa, di mana tidak bisa meniru karakter Disney terlalu mirip, maka Endria tak memakai wig berwarna pirang.
Sementara Gatra, pria itu juga mengganti pakaiannya, pria itu menjadi Flynn, sangat cocok dengan tampangnya yang karismatik dengan kulit putih dengan rambut sedikit panjang berwarna hitam.
Dengan penampilan mereka seperti itu, tak ayal membuat beberapa orang di sana meminta untuk berfoto. Beberapa anak-anak bahkan ada yang memberi bunga untuk Endria.
"Wow! Rapunzel!" teriak seorang anak perempuan sembari menunjuk-nunjuk ke arah Endria semangat.
"Hai," balas Endria dengan pembawaannya yang ramah juga ceria.
"You look so beautiful." Ya, Anak-anak memang tak bisa berbohong.
"Ohw, thank you," balas Endria tersenyum seraya memegang dada kirinya lalu gadis itu sedikit membungkuk.
"Apakah aku bisa berfoto denganmu?" ujar gadis kecil itu penuh harap.
"Sure!" Endria menyetujui.
Gadis kecil itu mendekat, lalu memeluk Endria dari samping. Dan Endria membalas memeluk juga sambil sedikit menunduk. Lalu ayah dari gadis kecil itu membidik pose mereka dengan sebuah kamera.
"Thank you!" kata si gadis kecil sopan dengan membungkukkan sedikit badannya, begitupun dengan kedua orang tuanya.
"Your welcome, bye! See you next time!" balas Endria dengan melambai-lambaikan kedua tangannya karena gadis kecil itu sudah beranjak pergi bersama kedua orang tuanya.
Tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, dan menurut aplikasi tak lama lagi parade pertama akan diadakan. Tak ingin ketinggalan, Endria buru-buru menarik tangan Gatra menuju restoran yang ada di sana, ingin mengisi perut yang sedari tadi meronta-ronta kelaparan.
"Mau pesan apa?" tanya Gatra sambil membolak-balikkan buku menu, yang sudah tersedia di atas meja.
Endria mengambil buku menu yang disodorkan Gatra, lalu membolak-baliknya juga. "Mau lobster roll aja, kalau kamu?" Endria memutuskan mau memesan lobster roll yaitu sebuah hidangan berupa roti lapis berisi daging lobster, pasti enak, memikirkannya saja sudah membuat air liur menetes.
"Memang kenyang?" tanya Gatra tak bermaksud menyinggung, makanan pesanan Endria yang ada dibayangannya hanya sepotong roti lapis kecil dengan sedikit daging lobster di tengahnya.
Endria berkacak pinggang. "Memangnya kenapa? Kamu kira aku nggak cukup cuma makan roti lapis, gitu?" Endria bertanya, gadis itu sedikit tersinggung.
Pertengkaran-pertengkaran seperti ini sudah biasa bagi mereka.
Gatra menghela napas lelah, agak lelah juga menghadapi Endria yang tiba-tiba mudah tersinggung. "Ya ampun Sayang, aku kan cuma nanya," kata Gatra dengan nada bersalah. "Baiklah, kamu mau pesan minum apa?" tanya Gatra lagi dengan nada lembut.
Endria juga menghela napas, ia begitu sensitif karena berat badannya naik drastis bulan ini. "Maaf ya, aku nggak maksud marahin kamu, aku cuma bete, berat badan aku gampang naik," ujar Endria meminta maaf sekaligus curhat.
Gatra meletakkan buku yang ada di genggamannya lalu dengan ibu jarinya ia mengelus-elus lembut pipi tembem Endria. "Jangan gitu, kamu itu lucu dan enak dipeluk." Andai tak terhalang meja, Gatra mungkin sudah membawa Endria ke dalam pelukannya.
Lagi dan lagi Endria menunduk karena tak kuat menahan malu.
"Jadi, kamu mau minum apa?" tanya Gatra kembali ke awal topik.
"Samain aja sama kamu."
Gatra mengangguk lalu kembali membolak balikkan buku menu makanan tersebut. Kemudian, pria itu memanggil seorang pramusaji.
"Saya pesan air mineral dua botol, bir dingin satu kaleng, satu dole whip, dan makanannya lobster roll satu dan seafood laksa," kata Gatra dengan intonasi yang jelas, si pramusaji pun mengangguk-angguk sambil mencatat pesanan di buku kecil yang dibawanya.
"Mohon tunggu sebentar," kata si pramusaji, sopan.
Sembari menunggu makanan datang, Endria bercerita tentang pengalaman saat beberapa naik wahana tadi.
"Tadi itu bagus banget, bisa ketemu baymax si robot gemoy, bisa ketemu Buz, Woody, bahkan Minnie...!"
cerita Endria senang, dan Gatra hanya diam mendengarkan, mata pria itu menatap dalam ke arah Endria, dia ikut senang saat di depannya ada Endria yang begitu antusias menceritakan pengalaman menyenangkannya tadi.
Mereka berdua baru setengah jam di sini, tapi sudah banyak wahana yang dinaiki seperti, RC racer yang berada di Toy Story Land, di mana mereka berdua menaiki RC racer yang melaju sepanjang lintasan setinggi 27 meter, dan di bawah terjun kembali, sungguh hal mendebarkan ditambah ada adegan yang ditampilkan saat Buzz dan Woody mengendarai RC dan berlari kembali ke Andy, benar-benar membuat nostalgia.
Kemudian mengunjungi Tomorrow Land di mana Endria dan Gatra bertemu Baymax di sana, robot gendut berwarna putih, salah satu karakter favorit mereka berdua. Setelah puas berfoto bersama Baymax, mereka berdua menaiki wahana Hyperspace Mountain, mereka akan menaiki rollercoaster dan menampilkan pemandangan luar angkasa yang menakjubkan, ditambah perjalanan ini sangat seru karena terjebak saat pertempuran laser sengit melawan pesawat TIE.
Dan terakhir, Endria sangat ingin mengunjungi Toontown, di mana ia bisa belajar bagaimana para karakter Disney hidup. Lalu Endria tak lupa juga bermain bersama Minnie, Mickey, Donald Duck, di dalam rumah mereka masing-masing. Di sini sifat kekanak-kanakan Endria lebih keluar dari hari-hari biasanya, dan Gatra sangat menikmati itu.
Dalam hampir setengah jam, Endria dan Gatra sudah mengunjungi dan menaiki wahana secepat itu karena mereka tak mengantri.
Ini benar-benar kejutan, tadi setelah verifikasi tiket di pintu masuk selama beberapa menit, dan saat mereka sudah masuk di area taman, ada seorang pria menghampiri dan dia ternyata teman kuliah Gatra yang bekerja di sini, memberikan beberapa tiket PDA di mana mereka tidak usah mengantri saat ingin menaiki wahana apa saja.
Memiliki koneksi luas, seperlu itu.
"Wah!" sorak Endria antusias saat makanan pesanan mereka datang.
Bagaimana tidak senang, bentuknya lucu. Apalagi ia melihat telur yang berada dalam mangkok laksa Gatra berbentuk kepala mickey.
"Tuh kan, aku bilang apa, pasti rotinya kecil dan isinya sedikit. Aku pesan makanan yang ada nasinya, ya?" protes Gatra saat si pramusaji berlalu setelah menyajikan makanan pesanan mereka.
"Udah, nggak usah, ini udah ngenyangin kok." Tanpa merasa malu, Endria melahap dengan gigitan besar lobster rollnya yang membuat pipi gadis itu terlihat semakin bulat.
Gatra menggeleng-gelengkan kepala saat melihat tingkah Endria. "Makannya pelan-pelan, ini kamu makannya belepotan banget. " Gatra membersihkan saos tomat yang menempel di sudut bibir Endria.
Respon Endria, gadis itu terdiam sambil mengedip-ngedipkan mata indahnya.