Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyatu
Rudy akhirnya keluar juga dari kamar mandi setelah pria berkepala empat itu menghabiskan waktunya di sana dalam 10 menit.
Saat keluar Rudy terlihat tampan dengan rambut yang masih basah, Melisa melihat diri seorang papa angkatnya sebagai pria sejati.
Walau sebagian rambut Rudy sudah ada ubannya, namun tak mengurangi penilaian Melisa tentang pria yang sudah merasakan ranumnya alat ucap Melisa.
Melisa mendekati ayah Rudy yang memakai bathrobe putih yang telah disediakan hotel bintang lima itu.
"Kenapa rambut ayah basah? Emang gak di keringkan ya?" Tangan Melisa mengusap rambut Rudy hendak ingin mencoba mengeringkannya.
"Kan handuknya cuma satu, itu pun kamu pakai?"
Melisa baru ingat bahwa handuknya sudah ia pakai untuk menutupi tubuhnya. Melisa pun tersenyum.
"Iya bener, maaf lupa ayah. Bukannya ada hair dyer ya di kamar mandi?"
"Sepertinya rusak Mel, tadi sudah ayah coba mati." Jawab Rudy dengan tatapan hanya tertuju pada Melisa.
"Melisa hubungi pihak hotel ya? Supaya bisa di ganti dengan yang baru."
"Tidak usah, nanti juga kering sendiri." Sergah Rudy karena ini sudah terlalu malam.
Bukan hanya itu saja, Rudy juga tidak mau saat petugas datang melihat kondisi Melisa yang menggenakan handuk saja.
"Ya sudah kalo begitu, lebih baik Melisa lepas handuk ini saja dulu, biar aku keringkan sebentar rambut ayah."
Perkataan Melisa itu membuat Rudy terperangah, apalagi ia membayangkan bahwa saat handuknya terbuka, ia sudah pasti melihat isi dari puteri angkatnya.
Namun saat Melisa hendak melepaskan handuk yang membalut tubuhnya, Melisa menatap Rudy.
"Ayah tutup mata, nanti Melisa malu."
"Baiklah"
Akhirnya Rudy menutup matanya, dan Melisa pun menarik handuk kecilnya. Melisa segera mengusap rambut ayah angkatnya yang terlihat basah.
Rudy hanya bisa memejamkan mata sembari mengendus aroma puteri angkatnya, hingga saking terlalu bersemangatnya mengusap rambut ayahnya, Melisa terhuyung dan jatuh di atas kasur empuk.
Otomatis Rudy pun tertarik oleh handuk putih yang tanpa sengaja berada di leher kokoh Rudy. Akhirnya Rudy tak sengaja telah berada di4t45 Melisa yang kini berpegangan handuk di kedua tangannya.
Melisa sontak melepaskan handuk putihnya, ia berniat ingin menutupi onderdilnya, sayangnya ia tidak bisa karena Rudy malah menatap badan indanya dengan takjub.
"Mel kamu.....sangat cantik." Puji Rudy yang langsung mengucapkannya.
Melisa tersipu malu, ia yang tadinya ingin menutupi miliknya dengan handuk kini malah terlihat bangga memperlihatkan keindahannya.
"Ayah suka kamu." Ungkap Rudy dengan kegugupannya, namun terlihat jujur di wajah pria matang itu.
Memang selama ia membesarkan Melisa hingga remaja, ia makin bergetar saat berdekatan dengan anak angkatnya itu.
"Melisa juga suka ayah, sayang juga sama ayah." Balas Melisa tanpa malu.
Entah siapa yang mulai, keduanya mulai menyatukan alat ucapnya untuk kedua kalinya. Melisa yang sudah lihai dalam hal itu pun m3mb4l45 c1um4n ayahnya yang kian menuntut
Rudy tak kuasa menolak anak angkatnya, rasa rindu pada kehangatan sang isteri tidak bisa kesampaian, karena telah berbulan-bulan istrinya menderita penyakit serius.
Melisa yang sudah lama tidak bercocok tanam itu pun ikut dalam permainan t3r l4r4ng, seakan mereka berdua melupakan statusnya.
Rudy mulai memacu miliknya pada lahan milik Melisa dengan tempo pelan sembari menatap kecantikan Melisa di bawahnya yang sedang bersuara merdu.
Melisa hanya berpegangan pada l3h3r kokoh ayahnya, sedangkan Rudy makin m3nghuj4m sawah kepunyaan Melisa hingga mengalirinya di sana.
Keduanya terlihat menarik nafasnya perlahan, setelah bekerja sama mereguk indah bersama.
"Maafin ayah ya Mel, ayah sungguh kh!l4f." ucap Rudy, apalagi saat ini ia melihat darah di sprei, tanda. Ia telah mengambil segel puteri angkatnya.
Melisa hanya mengangguk, " iya ayah, Melisa mengerti ayah butuh itu, tapi ibu kan masih sakit." Balas Melisa yang terlihat tidak marah.
"Kamu tidak marah?" Tanya Rudy dan memegangi rahang Melisa untuk ia tarik pelan dan menghadap ke arahnya.
Kini keduanya saling berhadapan dan saling bertatapan. Dari dekat terlihat ketampanan yang tersirat dari ayahnya.
"Aku tidak marah ayah." jawab Melisa malu-malu.
Rudy begitu senang akan jawaban yang diberikan oleh Melisa, keduanya pun kini saling memeluk satu sama lainnya. Tak lupa keduanya kembali berc!*m4n.
"Boleh ayah minta lagi ....?" Tanya Rudy memohon pada Melisa sesaat b1 b!r nya lepas dari alat ucap Melisa.
Dan Melisa hanya mengangguk, tanda setuju. Rudy pun senang dan kembali menyatukan miliknya dengan Melisa.
Dalam hitungan detik kedua alat itu telah menyatu, Rudy kembali memacul lahan Melisa hingga terkulai lemah.
Di malam yang masih terdengar rintikan hujan, kini hanya ada alunan suara keduanya yang saling sahut menyahut.
Melisa mendapatkan kasih sayang yang berbeda dari ayahnya setelah dua kali merasakan penyatuan yang begitu hebatnya.
Ada rasa bahagia dalam diri Melisa sesaat ia sampai, butiran keringat mengiringi rasa letihnya dikamar yang bernuansa mewah yang sengaja Rudy pilihkan untuk kenyamanan keduanya saat bermain.
Keesokan paginya, lagi-lagi sebelum pulang ke rumah mereka kembali mengulang kejadian semalam di dalam bath up.
Rudy makin candu milik Melisa, begitu pun sebaliknya. Hingga mereka keluar dari hotel pada saat siang hari.
Mereka berdua selama berada di dalam mobil saling mencuri pandang, belum lagi Rudy selalu mengenggam tangan Melisa.
Rudy langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, karena ia sudah cukup lama meninggalkan Lusi terlalu lama dirumah.
Sebagai suami ia khawatir dengan kondisi Lusi yang sedang sakit keras. Belum lagi ia merasa sangat bersalah karena mengkhianati cinta isterinya.
2 jam berlalu, akhirnya mereka telah sampai di rumah, saat mereka telah sampai di rumah. Lusi, ibu angkat Melisa baru saja selesai mandi.
Tetangga samping rumah Melisa pun pulang saat keduanya telah sampai, Melisa yang melihat ibunya belum makan langsung mengambilkan makanan yang telah di siapkan oleh tetangganya tadi.
Rudy juga mengeluarkan uang untuk membayar jasa tetangganya yang tadi menunggu serta merawat istrinya.
"Ayo ibu makan dulu."
"Iya, kalo kalian sudah makan?" Tanya Lusi pada suami dan Melisa.
"Sudah ibu, jangan pikirkan kamu. Yang penting kesehatan ibu ya, Melisa gak mau ibu sakit terus." Lirih Melisa memeluk ibu angkatnya yang terlihat sangat kurus dan ringkih.
"Iya Mel, terima kasih."
Melisa pun kembali merawat ibunya dengan tulus, dan Rudy hanya bisa menatap Melisa yang begitu baik mau merawat isterinya, serta melayani nya.