Giani Fifera adalah gadis yang tak pernah mengenal dunia luar. Sejak kecil ia hanya belajar dari rumah, tak pernah mengenal dunia luar seperti kebanyakan gadis seumurannya.
Saat orang tuanya meninggal, Giani tinggal berdua dengan kakaknya Geraldo. Giani bahagia karena kakaknya itu sangat menyayanginya. Namun suasana damai di rumah mereka berubah menjadi neraka semenjak kakaknya menikah dengan Finly Prayunata, anak salah satu konglomerat di Indonesia.
Finly punya selingkuhan. Dan selingkuhannya itu adalah anak angkat papanya. Seorang pria bule keturunan Spanyol-Inggris.
Giani tahu kalau kakaknya sangat mencintai istrinya sekalipun sudah tahu kalau istrinya itu punya selingkuhan. Giani pun bertekad merebut dan menikahi selingkuhan kakak iparnya. Dan untuk bisa melakukan itu, Giani harus merubah penampilannya dari gadis lugu, menjadi gadis dewasa dengan gaya yang sedikit menggoda.
Berhasilkah Giani merebut selingkuhan kakak iparnya itu? Berhasilkah Giani membahagiakan kakaknya Geraldo?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Henny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sentuhan Yang memabukan
Bola mata Giani membesar saat tangan Jero menarik perlahan reslating gaunnya. Gaun itu dengan cepat sampai ke pergelangan kakinya. Tangan Jero terus bergerak, membelai punggung Giani lalu perlahan membuka pengait bra Giani. Apa yang sejak tadi ingin dilihatnya, kini terpampang dengan sangat jelas. Ciuman itu perlahan berpindah dari bibir, turun ke leher, semakin kebawa membuat punggung Giani kini bersandar di dinding. Tubuh gadis itu bergetar hebat sampai ia ingat sesuatu.
"Kak...!" Giani menahan kepala Jero yang kini sudah ada di dadanya.
"Kenapa?" Jero mendongak, sedikit kesal karena Giani menganggu aktifitasnya.
"Aku sedang datang bulan." Kata Giani dengan wajah sedikit memerah menahan rasa malu.
"Apa? Kamu bercanda kan?" Jero frustasi mendengar perkataan Giani. Dia sudah terbakar gairah yang mendalam dan Giani ingin membatalkannya? Apakah ini hanya akal-akalannya saja?
"Aku nggak bercanda, kak." Giani menarik tangan Jero dan meletakan tangan cowok itu ditempat yang semestinya. Jero buru-buru menarik tangannya.
"Aku ke kamar dulu!" Jero langsung pergi meninggalkan Giani membuat gadis itu bernapas lega sekaligus menahan senyumnya. Ia yakin Jero pasti frustasi. Namun ia memang sedang kedatangan tamu bulanannya sejak sore tadi.
Giani buru-buru mengenakan lagi dan menelepon Joana.
"Giani, jika kamu selalu menggantungkan Jero seperti itu, ia bisa saja mencari perempuan lain atau juga kembali menemui Finly. Laki-laki butuh pelampiasan." Kata Joana memperingati.
"Jadi apa yang harus aku lakukan?"
"Puaskan dia!"
"Dengan cara apa?"
"Dengan tanganmu."
"Bagaimana jika dia tak mau?"
"Gunakan mulutmu."
"Maksudnya?"
"Seperti video yang aku kirimkan padamu."
"Aku mau muntah, Jo!"
"Sudah kukatakan. Nikmati saja. Buat Jero sadar kalau ia bisa mendapatkan semuanya darimu. Walaupun untuk menyentuhmu, ia harus butuh perjuangan yang berat."
Giani bingung. Namun ia naik ke atas juga. Tangannya sedikit gemetar mengetuk pintu kamar lalu membukanya perlahan. Di lihatnya Jero sudah mengganti pakaiannya. Sepertinya ia akan keluar. Joana benar, Jero pasti tak tahan. Ia akan mencari perempuan lain atau juga janjian dengan Finly.
"Kak, mau kemana?"
"Mau keluar." Jawab Jero cuek. Ia kesal dengan Giani yang membuatnya harus sakit kepala menahan semua hasratnya.
"Kak marah sama aku?" Tanya Giani sambil mendekati Jero yang sementara menyisir rambutnya di depan kaca.
"Kenapa aku harus marah padamu? Aku mau keluar untuk minum-minum dengan teman-temanku."
Giani menghadang langkah Jero. "Kakak besok pagi ada rapat penting. Nanti kalau mabuk pasti terlambat."
"Mau kamu apa?" Tanya Jero dengan suara yang sedikit meninggi. Rasa kesalnya pada Giani sudah semakin bertambah.
Giani merapatkan tubuhnya. Sedikit berjinjit ia berbisik. " Aku akan memuaskanmu, kak."
Jantung Jero berdetak cepat. Sungguh bisikan Giani membuat aliran darahnya menjadi panas.
"Dengan cara apa? Pakai tangan lagi? Nggak tertarik!" Jero mendorong tubuh Giani perlahan dan bermaksud akan pergi karena ia memang tak mau Giani mempermainkannya lagi.
"Tunggu, kak!" Giani menahan lengan Jero.
"Ada apa lagi?"
"Bisa duduk sebentar?"
"Ada apa sih? Kau membuatku pusing. Aku sudah janjian dengan teman-temanku!"
Giani menarik Jero dan mendudukan cowok itu dipinggir ranjang. Ia kemudian berlutut diantara kaki Jero. Tangannya bergerak cepat membuka ikat pinggang Jero, kemudian membuka reslating celana Jero. Giani menarik napas panjang. Menelan salivanya beberapa kali sebelum akhirnya ia melakukan seperti yang diperintahkan Joana padanya.
Mata Jero terpejam erat. Ia sungguh tak menyangka kalau rasanya bisa senikmat ini. Bahkan dengan Finly sekalipun Jero tak pernah merasakan ini. Apa yang Giani lakukan padanya sunggu diluar dugaan. Jero sungguh terjerat dan menuju puncak kepuasan raga yang tak tertandingi oleh apapun. Ini sungguh gila!
*********
"Aku ke kamarku, kak. Jangan keluar rumah. Ini sudah hampir jam 12." Giani langsung berdiri, lalu mengambil tisue dan membersihkan mulutnya. Ia berjalan ke luar kamar dengan begitu santainya.
Saat pintu kamarnya tertutup, Jero menarik napas panjang sambil mengacak rambutnya kasar.
Ini gila! Mengapa sensasinya bisa seperti ini? Apakah dia benar gadis yang masih perawan? Memang awalnya ia begitu amatir tapi dengan cepat ia bisa menguasai semuanya dan membuatku justru menikmatinya. Jika aku terus berada di dekatnya, dia bisa menguasaiku dan membuatku bisa melepaskan Finly. Tidak, aku mencintai Finly. Mungkin sebaiknya aku harus menjauhi Giani.
*********
"Loe kanapa?" Tanya Frangky melihat wajah Jero tampak kusut sejak pagi.
Jero menggelengkan kepalanya. "Ini gila! Gue harus menjauhi Giani."
"Memangnya kenapa?"
"Dia bisa membuat gue panas dingin hanya dengan..."
"Hanya dengan apa?"
Jero menceritakan tentang kejadian semalam. Dan juga kejadian beberapa waktu lalu saat Giani memuaskannya juga.
Frangky tertawa mendengar cerita Jero. "Rasain, loe. Itu karena loe selalu bilang kalau itu bukan tipe gue, makan kata-kata loe sendiri."
"Teman lagi susah malah diketawain lagi."
"Gue pastikan kalau loe bakalan suka dengan Giani."
Jero menggeleng. "Cinta gue terlalu besar untuk Finly. Gue sudah pernah mencoba 3 tahun menjauh darinya, namun gue tetap nggak bisa move on."
"Kita lihat saja nanti. Apalagi kalau loe berhasil mendapatkan Giani di atas tempat tidur. Loe pasti akan klepek-klepek dibuatnya."
"Nggak mungkin! Gue hanya tertarik padanya secara fisik, bukan perasaan."
Frangky tersenyum. "Loe tahu kata orang? Antara cinta dan nafsu, bedanya sangat tipis."
"Pusing, gue. pulang kantor ke club ya?"
Frangky hanya mengangguk sambil menahan senyum. Ia yakin kalau Giani sudah membuat temannya ini pusing.
********
Tak terasa, sudah 2 bulan Giani dan Jero hidup bersama di rumah baru mereka. Sejak peristiwa malam itu, Jero selalu menghindar dari Giani. Ia akan berangkat kantor pagi-pagi sekali dan selalu pulang di atas jam 11 atau jam 12 malam.
Giani selalu memasak walaupun Jero jarang sekali memakan makanan yang dia siapkan. Hari sabtu dan minggu pun Jero jarang berada di rumah. Jika ada tugas luar, Jero selalu yang menanganinya. Ia sering berada satu atau dua minggu di luar kota.
Kalau Jero keluar kota, Giani sebenarnya senang karena Jero tak bisa bertemu Finly. Sebab walaupun sudah ada perjanjian, Jero dan Finly kadang masih bertemu. Tapi Giani tahu kalau mereka tak tidur bersama. Jero selalu bertemu Finly bersama dengan Frangky. Jero menepati janjinya.
********
Malam ini Jero pulang dengan tubuh yang agak panas. Giani yang selalu setia menunggu di ruang tamu menyambut Jero dengan senyum manisnya.
"Kakak sakit?"
Jero tak menjawab. Ia menaiki tangga dengan sangat pelan dan membuatnya hampir jatuh.
"Kak!" Giani langsung menopang tubuh Jero menolongnya sampai ia masuk ke kamar.
Dengan lembut Giani membaringkan tubuh Jero, setelah ia membuka dasi dan jas pria itu.
"Kak, badanmu panas." Kata Giani saat memegang dahi Jero.
"Aku hanya ingin tidur."
Giani membuka sepatu dan kaos kaki Jero. Saat ia akan beranjak pergi dari sana, tangan Jero tiba-tiba menahan tangannya.
"Jangan pergi! temani aku di sini." pinta Jero sambil terus memegang tangan Giani.
Sakitnya Jero akan membuat keduanya semakkn dekat. Saksikan di episose berikut.
jangan lupa like, komen dan vote
tpi lebih enak dibaca kata memelihara diganti dg kata " merawat" ☺☺☺