Keluarga Agantara

"BERHENTI" teriak Mahendra langsung turun dari mobilnya, tanpa menunggu pengawal yang membukakan pintu mobilnya. Dan disebelah ada Agata keluar dari mobil.

Semua menoleh termasuk Airin "Tuan, nyonya" batinya.

Arga sudah sampai lebih dulu karena dia menggunakan motor sports nya. Lalu Erlangga sama Dirga, keluar dari mobil yang sama. Bahkan juga ada bodyguard tuannya yaitu Shaka.

"Turun nggak lo" paksa Arga pada sopir buldozer dengan tatapan tajamnya. Setelah turun dia langsung mencengkram kerah baju sopir itu.

"Beraninya lo akan menghancurkan mereka, mau mati lo hah" marah Arga tangan akan meninju wajah sopir tersebut.

"A a ampun bang" takut sopir itu.

"Arga" panggil Dirga, dia hanya menggerakan kepalanya dia meminta Arga untuk tidak main kekerasan dulu..

"Setelah ini, habis lo" ancam Arga melepaskan cengkramanya.

Laras terkejut, bukanya dia tuan Mahendra kenapa dia ada disini pikir Laras.

"Tu tuan" sapa Laras pada Mahendra tapi, beliu menatap tajam ke Laras, Agata berjalan mendatangi Airin sambil matanya berkaca.

"Kamu baik - baik saja sayang?" tanya Agata tangan menyentuh pipi halus Airin.

"Saya baik - baik saja nyonya, bagaimana dengan keadaan nyonya? Saya minta maaf nyonya gara - gara saya nyonya masuk rumah sakit" Airin sangat merasa bersalah Agata menggeleng.

"Tidak apa - apa sayang" kata Agata.

"Kamu" Mahendra menunjuk Laras.

"Beraninya sudah mengganggu mereka. Pergi dari sini dan bawa orang - orangmu ini, kalau kamu tidak ingin mendapat masalah" usir Mahendra.

"Ma ma maksudnya tuan?" tanya Laras.

"Saya tau kamu hanya ingin merampas apa yang sudah menjadi hak mereka" tebak Mahendra "Kamu menipu mereka bukan?"

"Ti tidak tuan, saya tidak menipu mereka" bohong Laras.

"Saya punya sertifikat Asli tanah panti ini" kata Mahendra memperlihatkan sertifikat.

"Setifikat yang kamu punya itu palsu" lanjutnya, Laras melihat sertifikat itu, wah gawat pikirnya.

"Cepat, segera pergi dari sini kalau tidak ingin saya bawa kejalur hukum" ancam Mahendra.

Laras ketakutan dia melihat orang yang paling berpengaruh dikota ini, kenapa tuan Agantara bisa membelanya, dia sudah kalah dia tidak mungkin bisa mengalahkan tuan Mahendra, lalu dia segera pergi dari sana bersama orang - orang suruhannya.

"Terimakasih tuan" ucap Airin menunduk setelah Laras bersama rombonganya pergi. Dia merasa tidak enak sama majikannya ini.

"Terimakasih tuan Agantara" ucap bunda Lesti.

"Apa kamu tidak merindukanku Airin?" tanya Arga.

"I i iya aden" jawab Airin Kiku.

"Hah mana mungkin Airin merindukanmu, yang ada neg melihat mukamu hahaha" ejek Dirga.

"Cakep kayak gini" kata Arga sambil menaikan kerah bajunya dengan pedenya.

"Cakep dari mana? kamu tu didapat sisa dari kita" ni lagi Erlangga ikut ngeledek.

Hahaha....

Dirga tertawa puas akhirnya kakaknya dipihaknya. Airin tersenyum kecil.

"Terus aja keroyok" kata Arga.

"Sudah - sudah kalian ni kayak anak kecil aja" Agata menengahi.

Lalu bunda mempersilahkan Mahendra bersama keluarga masuk kedalam panti.

Setelah didalam panti mereka dipersilahkan duduk. Arga melihat sekeliling didalam panti, dia tersenyum sepertinya dia menyukai tempat ini. Airin dan Rossa membuatkan makanan untuk mereka. Bunda Lesti melihat pemuda yang waktu beberapa hari datang menanyai tentang Airin, memakai jas hitam berdiri kenapa dia juga ada disini pikir bunda Lesti. Beliu juga mempersilahkannya duduk tapi Shaka menolaknya.

"Malah jadi merepotkan ibu" kata Agata melihat minuman dan cemilan ditaruh diatas meja.

"Tidak apa - apa, anda sama tuan sudah mau datang ketempat kami apa lagi membantu kami, kami sangat berterimakasih" Agata tersenyum. Bunda Lesti melihat Shaka.

"Bukankah kamu nak Shaka?" tanya bunda Lesti. Airin sedikit terkejut, bundanya mengenali bodyguard tampan tuan besarnya ini.

"Yang tempo lalu datang kemari" lanjut bunda Lesti.

"Bunda, dia datang kemari? Eh maksud saya tuan Shaka, bodyguard tuan besar " tanya Airin. Shaka mengangguk.

"Iya, saya dapat utusan dari tuan Mahendra" kata Shaka.

"Iya bu, saya yang mengutusnya. Karena ada hal penting yang ingin saya sampaikan soal kebenaran..." Mahendra belum selesai bicara, Agata memotongnya lebih dulu.

"Ah papa lama sekali. Langsung saja pa bilang" ucap Agata tidak sabar.

"Iya ya ma. Sebenarnya kita kesini memberitahukan kalau Airin adalah putri kandung kami" ucap Mahendra. Semua terkejut.

"Iya, sayang, hah kamu adalah anak mama" Agata mulai berkaca lagi.

"Nggak mungkin nyonya, pasti nyonya salah orang" Airin nggak percaya, karena orang sepertinya tidak mungkin bisa menjadi anak keluarga Agantara.

Lalu Mahendra sedikit menjelaskan kenapa putrinya bisa terpisah denganya. Airin tetap tidak percaya. Walaupun saat kemaren dia bekerja dikeluarga Agantara dia merasakan kehangatan dan mendapat kenyamanan layaknya rumah sendiri. Dia sedikitpun tidak pernah berfikiran kalau dia akan menjadi anggota keluarga Agantara.

Akhirnya Mahendra meminta Airin melakukan tes DNA agar Airin percaya, Airin mau melakukanya dan hasilnya akan keluar seminggu lagi.