Mempunyai paras cantik dambaan semua wanita tak membuat kisah percintaan Rania mulus.
Rania mendapati sebuah penghianatan besar dalam hidupnya, yang dilakukan oleh calon suaminya sendiri.
Terlebih lagi Rania juga harus menerima kenyataan jika dirinya disebut - sebut sebagai perawan tua oleh sebagian masyarakat yang masih mempercayai mitos.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiyarakey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemburuan Irwan
Hati Irwan sangat kecewa melihat Rania berboncengan sepeda motor dengan pemuda kota bernama Kevin itu. Irwan sangat tidak suka dengan pemuda tersebut.
Susah payah ia mendekati Rania setelah peristiwa perselingkuhannya dengan Mira yang sampai saat ini masih ia sesali.
Menikah dengan wanita tak tahu diri yang kabur bersama pria lain, usai melahirkan bayinya yang ia ketahui bukan anak biologis Irwan.
Sesal itu terus mengelayuti pikirannya, dia telah menyia-nyiakan Rania hanya demi wanita ****** macam Mira.
Arjuna Alkhalifi, putra kesayangannya yang selalu menjadi penguatnya meski bukan darah dagingnya dia sangat menyayanginya begitu juga dengan kedua orang tua Irwan.
Setelah beberapa tahun putus komunikasi dengan Rania, akhirnya dia bisa menjalin komunikasi lagi setelah pertemuannya dengan Rania di toko baju kala itu.
Semangat baru Irwan dapatkan kala bisa berbicara secara langsung dengan Rania dengan baik, bukan seperti yang terdahulu. Dahulu saat Irwan mengajak Rania berbicara pasti Rania menolaknya dengan kasar, mungkin dahulu Rania masih terluka.
Apalagi saat mendengar Rania pernah di lamar beberapa kali oleh beberapa pemuda namun Rania terus saja menolaknya mentah - mentah.
Irwan punya keyakinan jika Rania hanya perlu waktu untuk bisa menerimanya kembali, harap Irwan. Tak pernah terbayang di pikiran Irwan jika Rania akan bisa berpaling darinya.
Semenjak tak sengaja bertemu Widya beberapa waktu yang lalu, kini Widya sering sekali menghubungiku dengan dalih menanyakan kabar Juna.
Sejak kami sama- sama di bangku SMA Widya memang menaruh hati padaku, ku ketahui dari celotehan sahabat - sahabatnya.
Namun Widya di jodohkan oleh kedua orang tuanya saat ia lulus SMA dengan seorang duda tua tanpa anak.
Sekarang Widya menyandang status janda tanpa anak setelah kepergian suaminya 3 tahun yang lalu.
Aku sama sekali tak menaruh hati padanya, cintaku masih utuh untuk Rania saja. Meski kerap kali dia mengajak putraku jalan - jalan sekedar berbelanja. Juna nampak sangat akrab dengan Widya, kedua orang tuaku pun sudah setuju jika Widya akan jadi ibu untuk Juna, namun tetap saja hatiku tak bisa berbohong.
Aku masih sangat mengharapkan Rania akan menerima cintaku seperti dulu lagi, meski ku tahu jika Rania tengah dekat dengan pemuda kota itu, aku yakin bisa merebutnya.
Hari ini aku sengaja menunggu jam pulang kerja Rania, untuk sekedar menyapanya dan meminta penjelasan mengenai hubungannya dengan pemuda kota itu.
"Rania,,, " sapaku saat Rania hendak memacu sepeda motor matic itu.
"ehh,,, Mas Irwan ada disini??? sedang apa Mas Irwan di sini??? Janjian sama orang???" cecar Rania.
"aku sengaja menunggumu,,,"
"ada apa mas???" tanya Rania lagi.
"ada hal yang ingin ku bicarakan denganmu, bisa di bicara di kedai kopi disana???" ajakku.
"ehm,, bagaimana ya ,,,, aku harus segera pulang mas,,,,"
"sebentar saja tak akan lama,,," ucapku meyakinkan Rania.
"baiklah mas,,, tapi sebentar saja ya,,,"
Aku pun menaiki motorku dan berjalan mendahului kendaraan Rania, dia pun ikut berada di belakangku.
Kami segera masuk sesaat setelah memarkirkan motor kami.
"kamu mau pesan apa???" tanyaku.
"aku pesen jus jeruk saja,,,"
Pelayan pun pergi meninggalkan meja kami usai menerima pesanan yang telah kami pilih.
"sebenarnya apa yang mau mas bicarakan padaku???"
"aku hanya merindukanmu,,, sudah lama tak pernah duduk berdua seperti ini,,," ucapku pelan.
"aku harus pulang sekarang mas" ucap Rania seraya berdiri akan meninggalkanku.
"maaf,,,,maaf,,,, bukan maksudku membuatmu marah,,, duduklah lagi" aku mencekal tangannya agar tak beranjak dari tempatnya berdiri.
"hanya saja, aku masih sangat mengharapkanmu Rania,,,"
"sudah cukup mas,,, aku tidak bisa!!!" ucap Rania tegas.
"apa karena kamu sudah dekat dengan pemuda kota yang hanya seorang supir itu????" tanyaku.
"bukan urusanmu mas,,, ini hiduku!!!"
"apa yang akan kamu harapkan dari dia,,, dia hanya seorang sopir"
"lebih baik Mas Irwan tidak usah ikut campur urusanku mas,,," gertak Rania.
"aku akan melamarmu secepatnya!!!" ucapku lagi.
"terserah Mas Irwan, selagi aku masih bisa menolak, aku tidak akan bersamamu,,,"
"aku lakukan segala cara agar kamu mau menerimaku lagi,,,,"
"terserah Mas Irwan mau apa" ucap Rania yang sudah bangkit dan akan pergi dari kedai sederhana itu.
Aku pun menyusul Rania hingga ke parkiran setelah membayar minuman yang tak kami sentuh itu.
Ku tarik tangannya hingga Rania berhenti dari pergerakannya, ku cengkeram erat.pergelangan tangannya, hingga Rania meringgis kesakitan.
"lepas mas,,, aku mau pulang,,,," ucapnya, berhubung parkitan kedai tersebut lumayan sepi, aku leluasa untuk mencengkereman tangan Rania, tanpa ada orang yang menyadarinya.
"lepas mas,,, kamu menyakitiku,,," ucap Rania menahan air matanya.
"kalau kamu bersedia menikah dengan ku maka akan aku lepaskan,,,"
"kamu sudah gila mas!!!!!
"iya,,,, aku tergila - gila padamu Rania,,,,"
Semakin berontak aku mencengkeramnya semakin kuat, tenaga Rania pun tak bisa mengimbangi tenagaku.
bruuakkl,,,, tubuhku terpelanting saat seseorang melayangkan bogem mentahnya ke arah wajah, cairan merah itu mengalir di sudut bibirku, yang kurasakan perih disana.
"jangan pernah sentuh Rania,,, " ucap pemuda kota itu.
"akan ku patahkan tanganmu, jika sekali lagi kau berani menyentuhnya!!!!!!?" gertaknya sambil membawa Rania ku pergi dari hadapanku.