MUHAMMAD JAMALUDIN BIN AS'AD BIN ABDUL JAILANI.Siapapun yang pernah membaca novel saya yang berjudul SERUNI DAN BLUE EYES, Pasti tahu siapa anak muda yang dipanggil Udin ini.
Pria indigo dengan kelebihan yang mendarah daging dalam dirinya, membuat para dedemit akan ketar ketir berhadapan dengan nya.
Bagaimana kah perjalanan hidup nya yang dibesarkan dalam keluarga serba kekurangan, dengan ayah angkat pemabuk dan ibu penjual ikan?
Mampu kah ia menghadapi tantangan hidup serba sulit dan bisa bertemu kembali dengan kedua orang tuanya??
Berkarya tidak lah mudah,mohon tinggalkan like dan komen nya ya say.Kalau suka jangan lupa tekan bintang lima, TERIMAKASIH.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon L-viie Ann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HANYA SEBATAS ADIK
Pengajian sudah usai, para santri putri berdiri membuat sebuah lorong untuk Gus Ikram. Wati sebenarnya malas untuk ikut-ikutan berdiri, namun Rani justru menarik paksa agar turut melihat Gus Ikram dari dekat.
Saat Wati berdiri mengikuti Rani, kebetulan sekali Gus Ikram lewat dan melihatnya.
Langkah Gus Ikram terhenti, membuat Wati cepat menunduk.
" Wati ??" sapaan seorang anak Kiai yang dijadikan crush bagi semua santri membuat mereka terpana. Apalagi Rani, ia mencolek colek Wati memberitahu jika dirinya dipanggil.
" Samperin cepat, kamu dipanggil " Bisik Rani.
Mau tidak mau Wati pun maju selangkah, ia menundukkan wajahnya tidak berani bertentangan mata dengan Gus Ikram.
" Kenapa kau tidak menyapaku ? Bukankah kau berjanji, jika bertemu kau akan menyapaku "
Wati menggigit bibir bawahnya, ia tidak tahu harus berkata apa.
" Alwa'du dainun ( Janji adalah hutang ) "
Wati yang mengerti makna kalimat itu sebagai ucapan yang sering di dengar, langsung mengucapkan salam.
" Assalamu'alaikum Gus "
" Wa' Alaikum salam " Gus Ikram tersenyum tipis " Aku permisi dulu "
Wati mengiyakan , ia pun mundur kembali ke sisi Rani. Dan Gus Ikram melanjutkan kembali perjalanannya.
" Wat , kamu kenal dimana sama Gus Ikram ?" Tanya Rani selepas Gus Ikram pergi dan santri putri membubarkan diri.
" Di belakang kelas " Jawab Wati jujur.
" Di belakang kelas ?? Masa sih ?? Ngapain Gus Ikram kesana ? "
Wati mengedikkan kedua bahunya. Ia pun tidak mengerti kenapa tiba-tiba Gus Ikram bisa berada di belakangnya saat itu?
Peristiwa mengenai Wati yang disapa Oleh Gus Ikram menjadi trending topik di asrama putri.
Sekarang Wati jadi terkenal dikalangan santri putri disebab kan oleh hal itu. Syela pun jadi semakin iri, tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya mengadu sama Iksan saat keduanya di pertemukan di ruang pertemuan.
" Hemm kau tidak perlu pikirkan hal Itu sayang, yang terpenting kamu tidak lagi berteman dengan nya " Tanggap Iksan.
" Em kenapa ? Apa Kakak takut dia membongkar aib Kakak ? " Balas Syela, hal inilah yang sangat ia ingin ketahui kebenarannya.
" A apa ? Aib apa maksud mu ?" Iksan jadi gelagapan ,ia tidak mengira Syela akan berprasangka demikian.
" Ya siapa Tahu " Syela tidak bisa untuk mengatakan hal yang lebih, karena ia tidak punya bukti. Tapi ia dapat membaca raut wajah Iksan yang gugup. Kemungkinan besar, apa yang dikatakan oleh Wati itu benar.
Sekarang Wati tahu kenapa saat pertama kali bertemu, Gus Ikram tiba-tiba berada di belakangnya.
Hal itu dikarenakan Gus Ikram adalah guru biografi di Madrasah Tsanawiyah. Jadi kebetulan saat itu Gus Ikram baru saja selesai mengajar dan ingin merokok.
Dan tanpa sengaja melihat Wati yang duduk membelakanginya sambil meraung-raung memanggil nama Ibunya.
Gus Ikram jadi merasa Iba, Dulu waktu dia menganyam ilmu di pesantren , Gus Ikram kerap kali menangis sendirian di belakang sekolah.
Jadi Gus Ikram memutuskan untuk menghibur Wati saat itu .
Tak disangka lama kelamaan Gus Ikram jadi berteman baik dengan Wati. Tak jarang Gus Ikram membawakan Wati makanan dan banyak mengobrol di belakang sekolah.
Pada suatu ketika , ada beberapa santri yang mengetahui kedekatan Wati dengan Gus Ikram. Gosip pun cepat beredar, nama Wati semakin terkenal. Syela yang iri hati dengan sengaja mengungkapkan siapa Wati yang sebenarnya kepada teman-temannya di luar asrama A 11.
" Apa kalian tidak tahu?, Wati itu anak seorang preman yang terkenal di kampung sebelah ku. Dia sengaja tuh sok dekat sama Gus Ikram biar bisa mengangkat derajatnya " Syela bercerita kepada teman-teman seangkatannya ( Di sini Wati tidak sekolah, dia hanya tamatan SMP saja )
Dan dengan mudah nya Syela mencuci otak teman-temannya agar membenci Wati. Tapi Wati sendiri sudah kebal dengan sikap kebencian mereka. Ia sama sekali tidak perduli dan bersikap cuek saja.
" Wat, aku perhatikan kamu semakin dekat aja sama Gus Ikram " komentar Rani, Wati tersenyum tipis.
" Hati-hati loh Wat, jangan sampai terbawa perasaan. Karena setahu ku Gus Ikram sudah dijodohkan sama Neng Rabi'ah "
Senyum Wati seketika langsung sirna, ia memang pernah dengar kabar itu. Tapi karena Gus Ikram terlalu perhatian kepadanya, dia pelan-pelan tidak memperdulikan mengenai kabar tersebut.
" Jangan sampai kamu menjadi sosok Rengganis dalam novel Hati Suhita " Tambah Rani lagi.
Wati terdiam , ada sesuatu yang menyesakkan dadanya. Sesuatu yang tidak terlihat oleh mata biasa.
Singkat cerita, pada suatu hari Gus Ikram membawakan kue untuk Wati.
Wati yang berusaha menjaga jarak , tidak datang ke belakang sekolah untuk bertemu Gus Ikram.
Alhasil, Gus Ikram melakukan panggilan dengan meminta salah satu santri putri agar memanggil Wati.
Mau tak mau , Wati pun datang memenuhi panggilan Gus Ikram.
" Assalamualaikum Gus " Sapa Wati, Gus Ikram menoleh disertai senyuman penyambutan untuk kedatangan Wati.
" Waalaikumsalam " Gus Ikram menjawab.
" Ada apa Gus Ikram memanggil saya? " Tanya Wati.
"Emmm Saya ingin memberikan kue ini untuk Wati " Gus Ikram menyodorkan satu kresek hitam.
" Kue apa ini Gus ? "Wati menerima pemberian Gus Ikram lalu melihat isinya.
" Itu kue seserahan lamaran pertunangan ku dengan Neng Rabi'ah "
Jawaban Gus Ikram seperti mantra sihir yang membuat tubuh Wati berubah menjadi patung.
" Makanlah... " Gus Ikram meminta agar Wati mencicipinya. Gadis itu termangu, perasaannya bergejolak hebat. Kerongkongannya mengering karena untuk menelan saliva saja susah.
" Apa perlu aku suapi ? "
Wati refleks menggelengkan kepala, ia pun mengambil satu kue dengan tangan gemetar. Lalu memakannya, tapi sangat kesulitan untuk menelan, Sampai mata Wati berair.
" Ini, aku bawa air minum " Gus Ikram begitu sangat perhatian , sehingga menyebabkan hati Wati semakin sakit sekali.
Sesudah menenggak air minum yang disodorkan Gus Ikram , Wati mulai sedikit tenang. Tapi tiba-tiba ia merasa kepalanya pusing. Wati tak mampu bertahan, ia jatuh pingsan.
" Wati !!! " pekik Gus Ikram, ia bingung harus bagaimana? Sedangkan dirinya sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan wanita manapun, meskipun ia berteman dekat dengan Wati.
Gus Ikram menganggap Wati seperti adiknya sendiri, karena ia teringat dengan adiknya yang meninggal karena di bully.
Gus Ikram kebingungan ,ia sudah berteriak minta tolong . Tapi kondisi sekolah sangat sepi disebabkan para santri sudah kembali ke kamar masing-masing untuk persiapan sholat Maghrib.
Tidak ada jalan lain, dengan terpaksa Gus Ikram menggendong Wati dan akan dibawanya ke RUKES.
Disaat Gus Ikram mengangkat tubuh Wati , tiba-tiba benda keras memukul tengkuknya sehingga menyebabkan pria itu ambruk dan tidak sadarkan diri.
Bibir di balik topeng hitam itu tersenyum sinis, ia menarik tubuh Gus Ikram dan Wati bergantian keluar dari area pesantren melalui gorong-gorong darurat di belakang sekolah.
Gorong- gorong itu hanya digunakan saat banjir saja, jadi kalau bukan musim penghujan , Gorong-gorong tersebut akan kering kerontang.
Di ujung gorong-gorong ada teralis besi yang tertutup. Tapi rupanya sudah dibobol oleh orang bertopeng itu. Dia dengan mudah menyeret tubuh Gus Ikram dan Wati keluar.