Ayahnya Arumi terlilit hutang. Hal itu membuat sang ayah kena serangan jantung. Arumi tidak punya uang untuk membawa sang ayah berobat. Bahkan, rumah sebagai jaminan sudah ditarik rentenir. Dalam keadaan sulit itu, seorang dokter wanita menawarkan bantuan kepada Arumi. Akan membiayai pengobatan sang ayah, asal Arumi mau menikah dengan ayahnya yang sedang sakit.
Tidak ada pilihan lain, dalam keadaan terpaksa Arumi menerima tawaran itu, walau sebenarnya ia masih ingin melanjutkan studynya.
Pernikahan Itu pun terlaksana, dan ia dikejutkan dengan kenyataan bahwa, pria yang ia sukai di pandangan pertama adalah anak dari pria tua yang menikahinya, tepatnya. Arumi menyukai anak tirinya.
Bagaimana kah kelanjutan kisah cinta terlarang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Febriliani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asmara
"Ini semua gara-gara kamu. Kamu menggoda tunanganku?!" ujar Cindy dengan frustasinya.
"Haahh. . !" Arum melototkan kedua matanya,.menatap malas kearah Mischa. Tuduhan Mischa sungguh tidak masuk akal. Ngapain dia menggoda anak tirinya.
"Pura-pura belagu loe!" ketus Cindy, masih menahan kuat kerah bajunya Arum dari belakang. Hingga ia merasa tercekik.
"Iihh.. Siapa juga yang belagu. Lepasin kerah bajuku!' Pinta Arum kesal. Ia berontak, menjauhkan tangannya Cindy dari kerah bajunya. Tapo, Cindy tetap memegang kuat kerah bajunya Arum.
" Lepaskan dia, masalah kita tidak ada kaitannya degannya!" Dimas menjauhkan tangannya Cindy dari kerah bajunya Arum.
Arum mengangkat bahunya. Merilekskan dirinya.
"Gak ada bagaimana? kamu cium dia di hadapanku!" teriak Cindy geram. Kedua tangannya mengepal kuat.
"Bukannya ini sudah kita bahas waktu kejadian itu. kenapa kamu ungkit lagi." ujar Dimas kesal.
"Kenapa dia ada di kampus ini. Jadi benarkan, kalian memang ada hubungan!"/
" Sudah ya Cindy, hubungan kita sudah berakhir sejak kejadian itu. Kamu pergilah, aku banyak kerjaan!" Dimas mendorong lembut tubuhnya Cindy agar keluar dari ruangan itu
"Gak.... Kamu gak boleh gini Dim. Aku mencintaimu!" Cindy gak mau di usir.
"Kalau kamu cinta denganku. Tidak mungkin kamu bermain dengan Pak Tomy. Sudahlah Cindy, kamu jangan buat masalah terus denganku!' ujar Dimas tegas. Ia dorong tubuhnya Cindy agar menjauh dari pintu ruangannya. Kemudian ia tutup pintu itu dengan cepat.
" Awas... Ku laporkan kalian ke Dekan. Kalian berduaan di ruangan ini!" teriak Cindy dari luar, ia gedor-gedor pintu dari luar.
"Sialan...!" Umpat Dimas setelah mendudukkan bokongnya di kursi. Pria itu nampak kesal. Sedangkan Arum yang bingung memilih berdiri di ambang pintu. Ingin keluar, tapi pintu dikunci oleh Dimas
Arum yang tegang, hanya bisa menatap Dimas yang kini terlihat sedang menelpon.
"Pak Satpam, ada yang buat keributan di ruangan ku! Iya, Sekarang!"
"Haah..!" ujar Arum tanpa sadar. Ia tidak menyangka Dimas akan meminta satpam untuk mengamankan Cindy.
."A, aku mau keluar. Aku gak mau ikutan dengan masalah kalian!" ujar Arum pelan. "Ini, makan siang bapak!" Arum menyimpan mie ayam di atas meja kerjanya Dimas.
Dimas hanya menatap setiap pergerakan Arum tanpa mengeluarkan sepatah kata.
"Pak, buka pintunya!" pintanya memelas. Ia julurkan tangannya untuk meminta kunci dari pria yang terlihat kesal itu.
"Duduk, diam! Ini semua gara-gara kamu!" ujar Dimas ketus, menunjuk sofa di hadapannya.
Arum menunjuk dirinya. "Gara-gara aku? koq bisa?" tanya Arum dengan bingungnya.
"Ya gara-gara kamu, seandainya kamu tidak jatuh saat berjoget di acara itu. Aku dan Cindy tidak akan ads masalah seperti kemarin.
Haahh..
Arum teringat kejadian sekitar 1 bulan lalu, saat ia mengikuti tantangan berjoget paling dahsyat di acara perusahaannya Dimas. Arum yang berjoget tanpa batasan itu, terjatuh saat kakinya melewati panggung. Dan kebetulan sekali, Dimas melintas. Dan adegan romantispun terjadi. Arum yang tidak bisa mengendalikan diri, karena tekanan gerakannya yang kuat dan semangat menimpa tubuhnya Dimas. Dan saat itu juga, tanpa sengaja, bibir keduanya bertabrakan.
" Iihh... Jangan bahas itu. Itu kecelakaan pak! Aku saja gak mau mengingatnya.' Ujar Arum dengan muka berkerut, ia malu sekali akan kejadian itu.
"Tapi, aku mengingatmu terus!"
"Haahh..!'
" Maksudku, kejadian itu membuat hubunganku dan Cindy hancur. Makanya, aku jadi kesal padamu. Ditambah, kamu kenapa menikah dengan ayah!" ujar Dimas tegas. Menatap tajam ke Arum
Tatapan Dimas sangat menakutkan. Ia bingung dengan sikap pria ini
"A, aku saja gak mau mengingat itu. Kenapa bapak malah mengingatnya terus." Ujar Arum dengan bingungnya
"Lepas... Lepas...!"
Di luar Cindy telah diamankan satpam. "Lihat saja, aku akan buat perhitungan dengan kalian!" teriak Cindy.
Arum dibuat takut. "Pak, aku gak mau dilibatkan dalam urusan asmara bapak!"
"Kamu sudah terlibat!" Jawab Dimas santai. Ia letakkan tangannya di dagunya. Menatap lekat Arum yang terlihat salah tingkah. Sambil mengusap usap dagunya
"Kalau, Cindy mempengaruhi deKan mengatakan kita melakukan hal yang tidak pantas. Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Dimas serius.
"Haah.. Pertanyaan macam apa itu?" ujar Arum, bangkit dari duduknya.
"Duduk, aku belum selesai bicara!" titah Dimas lagi.
"Gak, aku mau pulang. Banyak kerjaan!" sahut Arum, memegang handle pintu. Kamarnya lumayan berantakan tadi pagi, karena banyak barang pak subroto yang dibongkar dari lemari, karena pergi ke luar negeri.
"Duduk...!"
Kini Dimas sudah bangkit dari duduknya, dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Arum yang tidak mau ribut kembali duduk di sofa. Dan Dimas juga mendudukkan bokongnya di sofa, yang ada di hadapan Arum.
Ini anak maunya apa sih?
Gumam Arum melirik Dimas, yang juga menatapnya lekat.