Gadis Kecil Milik Tuan CEO

Tidak ada percakapan antara Max dan Joya selama dalam perjalanan menuju rumah besar kakek Marco.Mereka hanya sibuk dengan pikiran mereka masing masing,terkadang Max melirik Joya yang terlihat tenang dan sama sekali tidak nampak tertekan walau dia sering memarahi dan mengancamnya.

"Apa kau masih ingat dengan apa yang aku katakan?"Tanya Max membuka percakapan.

"Tenang tuan.Saya masih ingat,kita hanya perlu berpura pura saja dan di mulai saat keluar dari mobil ini kan?Saya ingat semua nya anda tidak perlu khawatir."Jawab Joya penuh keyakinan.

Max hanya menghela nafas nya mendengar jawaban Joya yang sangat yakin.

Mobil berhenti,mereka telah sampai dir umah besar kakek Marco.

"Tetap lah disini Hans.Aku akan segera kembali!"

Max turun dan membukakan pintu untuk Joya.Joya memulai sandiwaranya dia tersenyum lalu menggandeng tangan Max dengan sangat lembut.Bianca melihat nya merasa muak sekaligus senang karena Joya bisa di ajak bekerja sama.

"Sayang kau sudah datang?Ohh calon menantu mama cantik sekali."Bianca menyambut Max dan Joya dengan senyum merekah di wajahnya.

"Iya ma.Aku hanya mengantar Joya ada rapat penting yang harus aku hadiri."

"Tidak masalah tapi kau harus menemui kakek mu sebentar! sejak tadi dia sudah menunggu kalian."

Max masih menggandeng tangan Joya.Mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sangat mencintai.

"Dimana kakek?"Tanya Max.

"Ada di belakang kau kesana saja!"Jawab Bianca.

Mereka bertiga berjalan kebelakang,tempat favorit kakek Marco karena disana banyak sekali bunga bunga peninggalan mendiang istrinya.

"Kakek sedang apa?"Tanya Joya yang sedari tadi diam saja.

"Jika kakek merindukan nenek maka dia pasti akan pergi kesana.Kau akan tahu nanti."

Mata Joya berbinar melihat bunga bunga yang tersusun rapi dan indah.Aneka warna bunga membuat taman itu terlihat seperti syurga cantik sekali.Di tengah nya ada bangku disanalah kakek Marco sedang duduk menikmati keindahan dan wangi bunga bunga cantik itu.

"Kakek..!"Sapa Max.

"Wahh kalian sudah datang?"Tanya Kake Marco dengan wajah yang berbinar.

"Joya kau cantik sekali.Bagaimana kabar mu?"Tanya Kakek Marco mengalihkan pandangan nya pada Joya.

"Joya baik kek.Taman ini indah sekali!"

"Kau senang?"

"Ya Joya sangat senang taman ini memberi ketenangan.!"

Kakek Marco semakin kagum pada Joya yang ternyata juga sangat senang berada di taman ini.

"Kakek,Max tidak bisa menemani disini.Ada rapat yang tidak bisa Max tinggalkan."

"Pergilah,aku hanya mengundang cucu mantuku!"Kakek Marco menggandeng Joya membawa nya duduk di kursi itu.

Max mendengus merasa di abaikan tapi berbeda dengan Bianca dia merasa senang karena Kakek Marco menyukai Joya dan itu akan memudahkan rencana nya.

''Sayang,aku pergi dulu ingat jangan terlalu dekat dengan pria tua ini aku takut kau di bawa kabur.''Kata Max menyundir Kakek Marco.

''Dasar cucu durhaka!Cepat pergi atau aku kan memukulmu dengan tongkat ku!''Kata kakek Marco mengangkat tongkat nya.

Joya tertawa melihat adegan ini,walau Max bersikap licik dengan membohongi kakek nya untuk mendapatkan semua harta miliknya tapi Max sangat dekat dengan kakek Marco.Ada rasa sakit di sudut hatinya melihat kebahagian ini yang tidak pernah dia dapatlan dari mama nya bahkan siapa papa nya Joya juga tidak tahu.

''Kenapa menangis nak?''Tanya Bianca yang pasti berpura pura peduli padahal itu hanya dia lakulan di hadapan kakek Marco.

Kakek Marco dan Max melihat ke arah Joya benar Joya menitikkan air matanya.

''Ada apa sayang,aku tidak benar benar ingin memukul Max.Kau tidak perlu menangis.''Kakek Marco mendekati Joya.

''Tidak kakek.Joya hanya merasa terharu dengan kebahahian yang Joya lihat.Kakek dan Max saling menyayangi walau dengan cara yang berbeda!''UcapJoya mengusap air matanya.

''Ouhh hati mu lembut sekali sayang,Max tidak salah memilih mu menjadi bagian dari keluarga ini!''Bianca memeluk Joya.

Joya terpaku ini pertama kali nya ada orang yang memeluk,walau hanya berpura pura tapi Joya menikmati momen itu.Bianca mengerutkan alis nya dia bisa merasakan jika Joya membalas pelukan nya bahkan terasa hangat.

''Jangan menangis,kau akan merasakan cinta yang banyak dariku bahkan kau tidak akan ingat apapun lagi bahkan pada pria tua ini!''Ucap Max ketus.

Kakek Marco mendengus tapi Joya justru tertawa dalam isak nya.

''Baiklah jaga dirimu baik baik ya.Aku akan kembali saat rapat ku selesai.Jangan lupa makan agar tubuh mu tidak kurus begini!''Kata Max menxium puncak kepala Joya.

Mata Joya melotot tidak menyangka jika adegan nya akan sampai pada tahap mencium padahal baru pagi tadi dia meminta Max untuk tidak menyentuhnya.

''Tutup mata mu atau kakek akan menganggap kau sangat terpesona padaku!''Max sengaja menggoda Joya.

Bianca memalingkan wajah nya merasa geram karena khawatir jika anak nya akan benar benar jatuh cinta pada Joya.

Max meninggalkan Joya bersama kakek nya dia yakin jika Joya tidak akan melakukan kesalahan apapun karena mereka sudah melakukan kesepakatan.

''Max,mama tidak mau jika kau sampai jatuh cinta pada wanita itu.Dia tidak pantas untuk mu Max!''Kata Nyonya Bianca saat mengantar Max pergi.

Max menghentikan langkah nya''Itu tidak akan terjadi ma.Kami hanya melakukan sandiwara yang akan membuat kita semakin mudah mendapatkan semua nya.''Jawab Max meyakinkan mamanya.

''Baik mama akan percaya padamu.Mama hanya takut jika kesalahan nya justru datang darimu.''

''Sudahlah ma.Jika aku dan Joya saling mencintai pun itu bukan lah masalah selama kakek mau menyerahkan semua harta nya pada kita.Bukan kah itu yang penting?''Jawab Max yang semakin merasa jika mama nya terlalu egois karena selalu memaksa dirinya melakukan apa yang mama nya inginkan.

''Max..''Geram Bianca.

''Sudahlah ma.Max sudah terlambat!''Max bergegas keluar meninggalkan mamanya yang kini sedang kecewa padanya.Max merasa jika dirinya juga butuh menjadi dirinya sendiri.Hubungan nya dengan Rebecca juga adalah atas kemauan mamanya tapi apa yang terjadi ternyata wanita itu mengkhianatinya bahkan sampai sekarang Rebecca belum bisa di hubungi dan tidak menghubungi nya sama sekali.

Mobil melaju meninggalkan rumah mewah itu,pikiran Max kembali memburuk setelah apa yang mamanya katakan justru membuatnya mengingat Rebecca yang sudah mempermainkan dirinya.

Srmentara Hans hanya diam memperhatikan wajah bos nya yang menahan emosi .

''Hans hubungi Joya!''Max ingin mendengar suara Joya agar emosinya mereda.

Hans terkejut''Maaf bos,tapi nona Joya tidak memiliki ponsel.''Jawab Hans.

Max mendengus merasa semakin kesal.

Bersambung......