Kanazya Laurels, wanita yang hidup sendiri dari kecil. Ayahnya meninggal setelah ditinggal ibunya pergi.
Dia bertemu dengan seorang pria penjual bunga yang sangat tampan hingga membuatnya terpesona. Tetapi lelaki itu ternyata tunanetra.
Tak disangka, Kana setuju menikah dengan Krishan lantaran ia terhimpit dan butuh tempat tinggal. Tetapi pesona Krishan yang luar biasa itu, membuatnya jatuh cinta.
Masalah terus berdatangan saat Kana menyadari bahwa lelaki buta yang ia nikahi bukanlah orang sembarangan.
Siapa sebenarnya Krishan? Bagaimana cara dirinya melindungi istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfajry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ex-Lover Approaching
Kana mengerjap, cahaya matahari yang masuk melalui celah gorden membuatnya semakin merapatkan wajahnya di dada Krishan. Rasanya enggan untuk bangkit karena kini Kana menemukan tempat ternyamannya. Bahkan lebih nyaman dan hangat dari Noah, mantan kekasihnya itu.
Krishan tersenyum saat Kana merapatkan pelukannya. Akhirnya dia dan istrinya bisa melakukan aktifitas itu setiap hari, hal yang pernah ia munajatkan, hal yang ia kira takkan pernah terjadi. Sekarang, malah Kana-lah yang enggan melepaskan diri.
Kana mendongak, melihat Krishan yang tersenyum manis hingga membuat ia tergugah untuk mengecup dagu pria itu.
"Morning, sayang." Krishan mencium puncak kepala Kana.
"Kenapa kau tidak bangun, Krish? Bukankah jam segini kau sudah duduk di meja taman menikmati kopi pagimu?"
"Ada yang lebih nikmat dari secangkir kopi, sayang." Gumamnya lalu menindih Kana, menumpukan sikunya di sisi wanita itu.
Dia mengecup wajah Kana disembarang tempat, meraba dengan hidungnya hingga menuju bibir Kana, lalu memberikan sentuhan manis disana.
Kana menikmati sentuhan suaminya sampai ia merasa tangan Krishan mulai berjelajah di tubuhnya, Kana melepasnya.
"Not now, Krish. Aku mau bekerja." Ucapnya lalu bangkit dari tempat tidur, meninggalkan Krishan yang menenggelamkan wajahnya di atas bantal.
Ingin rasanya ia meminta Kana berhenti saja, supaya ia bisa menikmati hari-harinya yang gelap bersama istrinya itu. Tetapi dia enggan, Krishan membiarkan saja Kana melakukan aktifitas yang membuat istrinya itu senang.
...♧♣︎♧♣︎...
Kana turun ke lantai bawah untuk memberi berkas ke tim pemasaran. Dia sebenarnya enggan, karena ia tahu pasti akan bertemu dengan Noah. Tetapi dia tidak bisa menolak permintaan atasannya.
Pintu lift terbuka, Kana melangkahkan kakinya masuk ke ruang pemasaran dan benar saja, Noah tengah berdiri membolak-balikkan berkas di tangannya.
"Ah, Kana. Kau kemari?" Noah meletakkan berkasnya lalu mendekati Kana.
Senyuman mengembang di wajahnya, melihat Kana dengan wajah yang sangat cerah. Kana terlihat sangat elegan dengan penampilannya sekarang. Rok pendek dan kemeja panjang, dandanan natural Kana, juga rambut yang ia cepol ke atas menyisakan sedikit anak rambut di sisi kanan dan kiri. Kana semakin cantik.
"Pergilah, aku tidak ada urusan denganmu." Kana memukulkan berkas yang pegang ke dada Noah. Pria itu malah tertawa dan tanpa peduli ia mengikutinya.
Kana memberikan berkas pada ketua tim pemasaran lalu berjalan keluar dan Noah masih mengikutinya.
"Kana, bisakah nanti malam kita keluar?"
"Tidak."
"Bagaimana kalau makan malam romantis?" Bujuk Noah, menawarkan semua hal yang disukai Kana.
"Tidak." Kana memencet tombol lift yang tak juga terbuka.
"Noah, bisakah.." seorang wanita yang datang dari belakang, terdiam saat melihat perempuan di depan lift menoleh ke arahnya.
Juga Kana yang menatapnya dan Noah bergantian. Noah terlihat salah tingkah.
Kana tersenyum miring, perempuan itu yang berada di kamar Noah, ternyata satu kantor dengannya dan sekarang, apakah Noah mengajaknya kembali sementara perempuan selingkuhannya itu ada di kantor yang sama?
Melihat lift yang tidak juga terbuka, Kana menuju tangga. Dia sangat enggan berlama-lama dengan Noah.
"Jika kau sibuk, bagaimana kalau besok?" Noah mengikuti Kana yang berjalan menuju tangga naik.
"Tidak, aku sibuk setiap detik."
"Ayolah Kana, sekali ini saja. Anggap saja sebagai permintaan maafku." Ucapnya sambil menaiki tangga.
"Kana.." Noah menahan lengan wanita itu lalu menghimpitkan tubuh Kana dengan tubuhnya ke tembok.
"Menyingkirlah, Noah." Tukasnya dengan malas.
Tetapi Noah malah mencium bibir Kana, dia ingin membuat Kana terbuai lagi, seperti dulu.
"Sudahlah.." Kana mendorong tubuh Noah dengan malas.
"Kau.. tidak menyukai ciumanku lagi?" Tanya Noah tak percaya.
"Aku menyukai semua ciuman pria yang mendarat di bibirku." Jawabnya asal lalu menaiki tangga lagi, meninggalkan Noah yang kebingungan dengan reaksi Kana yang telah berubah.
Kana menuju toilet, memperbaiki lipstiknya yang dirusak oleh Noah. Baginya, sentuhan Noah sudah tidak mendebarkannya. Noah kalah jauh dari suaminya yang sangat mempesona juga hebat di atas ranjang itu. So perfect. Dimata Kana, Krishan tidak mempunyai cacat sedikitpun.
...♡♥︎♡♥︎...
Krishan bersiap untuk menutup toko bunganya. Dia menoleh saat kerincing pintu berbunyi. Krishan melengos, dari aroma parfumnya, dia tahu yang datang adalah Sherly. Beberapa kali kedatangannya cukup membuat hidung Krishan menandainya.
"Krish, bisa bicara sebentar?"
"Tidak, sudah sore dan aku harus tutup." Tukas Krishan sambil sedikit berberes. Dia sudah berjanji pada Kana untuk tidak berhubungan apapun dengan Sherly.
"Sebentar saja, Krish. Ini tentang perusahaanmu."
"Aku tidak butuh pertolonganmu, aku sudah cukup senang sekarang."
"Baiklah, kalau begitu apa kau mau menerima donor mata yang kudapatkan? Anggap saja sebagai permintaan maafku, Krish."
Krishan diam sejenak. Sudah satu tahun dia menunggu dan belum mendapatkan donor itu. Lalu dari mana Sherly mendapatkan donor mata?
"Aku akan memberikannya padamu supaya kau bisa melihat lagi." Kata Sherly lagi, dia terus membujuk supaya Krishan menerima tawarannya.
Melihat Krishan yang diam, Sherly melanjutkan ucapannya. "Aku hanya ingin kau bisa melihat lagi, Krish. Jika kau tak ingin kubantu dalam perusahaanmu, kau bisa operasi mata dan perbaiki sendiri perusahaanmu itu. Aku akan terus mendukungmu supaya...."
"Apa yang kau inginkan, Sherly." Potong Krishan. Dia tahu, Sherly takkan memberikan itu secara cuma-cuma.
Sherly diam sejenak, walau dia punya keinginan tetapi dia sedikit ragu untuk mengatakannya. Dia takut Krishan malah menolak.
"Kau jangan khawatir, aku tidak akan minta yang macam-macam."
"Terus terang saja, Sher. Kau tahu kan, aku tidak suka berbelit-belit."
Sherly mendekatkan dirinya, dia menggenggam tangan Krishan yang langsung ditepis. Krishan tidak mau bersentuhan dengannya.
"Aku ingin kembali, Krish. Mari kita mulai lagi dari awal. Aku akan menemanimu merebut perusahaanmu dari tangan David. Aku tidak bisa melupakanmu." Nada yang amat menyedihkan keluar dari mulut Sherly dan Krishan tahu dia berkata jujur tentang perasaannya.
"Aku sudah punya kekasih. Kau tahu itu, kan?"
Sherly memegang lagi lengan Krishan. "Krish, aku tahu kau hanya pura-pura. Aku..."
KRING!
Pintu terbuka, mata Krishan membulat saat mencium aroma yang sangat ia cintai masuk ke hidungnya.
"Jia.."
Kana mematung, menatap tajam ke arah Sherly yang memegang tangan Krishan. Sementara Sherly melihat heran ke wajah Krishan. Bagaimana dia bisa tahu siapa yang datang itu?
Krishan melepaskan tangan Sherly yang masih menempel di tangannya.
"Jia, kau menjemputku?"
"Nona Sherly, apa kau keberatan ?" Tangan Kana menunjuk pintu, menyuruhnya untuk pergi.
"Aku hanya menolongnya dari keterpurukan, sayang sekali dia menolak." Sherly langsung bersikap angkuh di hadapan Kana.
"Yah, karena dia tidak mau maka aku akan pergi." Sherly melirik pada Krishan. "Pikirkanlah lagi tawaranku itu." Ucapnya sambil tersenyum miring pada Kana dan keluar dari sana.
Kana menunggu sampai wanita itu benar-benar pergi sebelum marah pada Krishan. Kana tidak ingin melihat bahwa dia berhasil membuat Krishan dan Kana bertengkar karena dirinya.
"Jia.."
Terdengar helaan napas panjang dari Kana, dia melipat tangan di dada. "Baru kau berjanji, tapi kau mengingkarinya. Kalau aku tidak datang, apa yang akan kalian lakukan??" Bentak Kana yang merasa sangat kesal pada Krishan.
"Jia, maafkan aku." Krishan berupaya meraih Kana. "Aku tidak tahu siapa yang datang, aku tidak bisa dengan keadaanku yang sekarang."
Kana mundur perlahan, dia belum mau disentuh oleh Krishan yang terus mencoba meraba keberadaannya.
"Tapi aku menolaknya, aku sudah mengusirnya tetapi dia tidak juga bergerak dari sini."
Krishan benar, dia tidak bisa mengelak pada siapapun yang datang padanya karena penglihatannya yang gelap.
Krishan langsung menarik Kana dalam pelukannya saat tangannya menyentuh bahu wanita itu.
"Kau harus percaya padaku, ya? Aku tidak pernah beringkar janji apalagi pada wanitaku. Hm?" Krishan menciumi kepala Kana.
"Hm.. baiklah aku percaya." Jawabnya lalu membalas pelukan Krishan.
"Terima kasih, sayang. Kumohon, dengar dulu penjelasanku jika kau menemukan hal seperti ini lagi. Kau mengerti? Kau harus mendengarkanku dahulu."
"Iya, aku mengerti. Sekarang, lepaslah aku mau pipis." Ucapnya lalu melepas pelukan Krishan dan masuk ke bagian belakang toko.
Krishan menarik napas panjang. Hampir saja, dia tidak tahu harus berbuat apa jika Kana marah padanya. Dia tidak mau itu terjadi. Hal yang paling ia takutkan kini adalah istrinya, dia takut istrinya meninggalkannya.
"Ayo, pulang." Ajak Kana yang muncul dari belakang. Dia menggandeng tangan Krishan lalu mengunci pintu.
Mereka berjalan berdua, tidak peduli pandangan orang-orang, Kana terus mendekap lengan kiri Krishan, sementara tangan kanan pria itu memegang tongkatnya.
"Bagaimana pekerjaan hari ini?" Tanya Krishan memulai perbincangan.
"Lumayan, hari ini tidak terlalu banyak pekerjaan makanya aku bisa pulang cepat dan menjemputmu. Kau tahu Krish, aku kesal karena salah satu senior terus mengaturku. Pada awalnya memang aku mau membantunya, tetapi belakangan dia terus mengatur dan malah mengancam jika aku tidak mau. Katanya dia dekat dengan tuan Yohan si pemilik K-Group itu. Shanprise kan, anak cabangnya. Aku takut dipecat, makanya aku nurut saja." Adu Kana panjang lebar.
"Siapa nama senior itu?" Tanya Krishan.
"Aku beritahu juga kau tidak tahu. Ck! Aku kesal, sudah tiga hari dia seperti itu padaku." Keluhnya lagi.
"Katakan saja, siapa namanya?"
"Charroline. Aku tidak berani mengadu pada atasan sebab kenalannya Yohan yang seram itu." Cemberut Kana.
"Bukannya kau bilang Yohan itu pacarmu?" Krishan ingat saat pertama mereka bertemu, apa yang Kana ucapkan padanya waktu itu.
"Aku bercanda, tahu. Mana mungkin aku mau sama preman sebesar itu."
"Benarkah? Bagaimana kalau dia tampan, berkharisma, dan mencintaimu." Tukas Krishan.
"Apa sih, Krish. Itu tidak masuk akal. Lagi pula aku tidak akan mau. Dia pasti kejam dan haus darah."
Krishan tertawa lebar hingga membuat beberapa orang yang lewat diantara mereka ikut menoleh.
Kana bercerita lagi, ini dan itu, dan Krishan dengan senyuman di bibirnya terus mendengarkan semua ocehan istrinya. Hal yang menyenangkan, mendengarkan semua keluhan dan kebahagiaan Kana setiap hari.
Sesampainya di rumah, Kana langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tengah dan Krishan duduk disebelahnya.
"Kau lelah?"
Kana mengangguk.
Krishan tersenyum saat tidak mendengar jawaban, karena dia tahu Kana pasti mengangguk.
"Aku akan meminta Marry merebus air untukmu."
"Tidak, aku akan mandi dengan air dingin. Hup!" Kana bangkit dari duduknya.
"Jia.."
"Iya?"
Krishan menepuk pahanya, meminta Kana duduk diatasnya dan wanita itu langsung menurutinya.
"Aku belum mandi, kau tidak kebauan?" Tanya Kana sembari melingkarkan tangannya di leher Krishan.
"Tidak." Ucapnya lalu menciumi leher istrinya.
Krishan terus menghirup aroma tubuh Kana yang membuatnya ketagihan. Aroma parfum sensual dan keringat Kana yang menyatu, membuatnya sangat candu.
"Sudah? Aku harus mandi. Badanku terasa lengket."
Krishan tak mendengarkan. Dia terus menciumi leher istrinya dan tangannya meraba ke seluruh tubuh, ingin tahu apa yang sedang dikenakan istrinya.
Dia meraba ke paha Kana yang tertutup sampai lutut, lalu merambat ke atas, ternyata Kana memakai kemeja lengan panjang. Langsung saja tangan Krishan membuka kancing wanita itu.
"Hei, kau ini." Protes Kana sambil menepuk pelan tangan Krishan.
"Kau tidak mau memanjakan suamimu?" Bisik Krishan sambil mencium belakang telinga Kana dengan lembut, sengaja membangkitkan gairah istrinya dan benar saja, itumembuat sekujur tubuh Kana meremang.
"Mandi, yuk." Goda Kana yang sudah terpancing.
Senyuman merekah di bibir keduanya, sudah saling memahami apa yang mereka ingin lakukan di kamar mandi.
Kana menarik tangan Krishan, masuk ke dalam kamar, mengunci pintu seolah tak ingin diganggu. Kana mendorong Krishan masuk ke kamar mandi, membukakan baju pria yang hanya diam saja, menikmati sentuhan lembut istrinya.
"Krish!!"
Kana menjerit saat tiba-tiba Krishan menghidupkan shower, membuat tubuh gadis itu basah seketika. Krishan menariknya ke dalam pelukan, meraba tubuh Kana yang pakaiannya mulai basah, membuatnya semakin tergoda. Sementara Kana menciumi dada Krishan yang bidang.
Dibawah rintikan shower, Krishan mencium bibir Kana, awal dari keindahan dan kenikmatan yang akan mereka lakukan disana. Krishan takkan berhenti menyenangkan istrinya, sampai Kana sendiri yang mengangkat bendera putih, tanda ia menyerah dan mengakui kegarangan Krishan pada tubuhnya.
TBC
(Visual Noah)
nah loohh .. bini' mu sdh angkat bicara