Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 21 Mantan Gila
Getaran ponsel di sakunya, membuat Mia menghentikan kegiatannya. Gadis yang tengah membereskan tempat tidur Sang Tuan Muda, mendudukkan diri di atas tempat tidur. Tangannya merogoh ponselnya, dahi Mia berkerut dalam saat melihat nama kontak di layar ponselnya.
Mao calling 📲
"Hallo,"
"...."
Kedua mata Mia membelalak, bahkan ekspresi sang pengasuh terlihat sangat terkejut mendengar ucapan lawan bicaranya di ujung telepon sana.
"Oke, nanti gue ke sana. Cup cup cup jangan nangis dong sayang, nanti kita cari solusinya. Bila perlu kita samperin tuh orang, terus kita bejek bejek. Udah jangan nangis ya, oke nanti siang aku izin dulu sama boss. Iya Baby, see you, miss you so much, love you to muuaacchh!"
Mia menatap geli pada ponselnya, tidak lama dia terkikik sendiri menyadari ke-alayannya. Namun didalam hatinya tengah di landa rasa khawatir, dia khawatir dengan keadaan orang yang tadi meneleponnya. Bahkan Mia tidak sadar, ada sepasang memperhatikannya sedari tadi.
Kedua tangannya mengepal, sedangkan satu tangannya lagi terlihat lihat memutar balikan rubik nya.
Tatapannya terlihat tajam, begitu menusuk punggung kecil Mia yang tengah membelakanginya. Tanpa berkata apa pun, dia berbalik meninggalkan Mia- padahal tadi dia berniat menemui sang pengasuh di dalam. Namun niatnya urung, saat mendengar setiap kata yang di ucapkan oleh Mia.
"Love you to, Mia mau ninggalin Janu?" gumamnya.
Dia memang autis, tapi dia juga tidak terlalu bodoh dalam mengartikan kalimat itu. Kalimat balasan pernyataan cinta seseorang dan di balas oleh Mia.
🍭
🍭
🍭
Disinilah Mia sekarang, setelah meminta izin untuk keluar rumah pada Puri- kepala pelayan di kediaman Rajendra, Mia segera menuju tempat yang dijanjikan tadi.
Napas Mia tersengal, dia yakin kalau orang itu sudah menunggunya sedari tadi. Perut Mia pun sudah mulai keroncongan, gadis itu melirik jam yang melingkar di lengannya. Waktu sudah menunjukan pukul 12.45 siang, perjalanan dari kediaman Rajendra menuju restoran padang yang ada di hadapannya saat ini ternyata begitu menyita waktu.
Dengan langkah lunglai, Mia masuk kedalam restoran. Kedua matanya mengedar liar, mencari seseorang yang beberapa jam lalu merengek dan menangis di telepon.
"Mao!"
Suara panggilan Mia yang lumayan keras, membuat atensi pengunjung restoran mengarah padanya- termasuk orang yang dia panggil. Wajah orang yang Mia panggil Mao itu kembali menyendu, bahkan bibirnya sudah tertarik ke bawah hendak menangis.
"Miaaaaaaaa!"
Dia tidak peduli dengan tatapan para pengunjung lain, gadis berkemeja biru toska itu segera bangkit- menghamburkan tubuhnya pada sang sahabat.
"Si gila itu mindahin gue. Dia minta kepala rumah sakit mindahin koas gue ke sini lagi, padahal kan gue pingin koas di rumah sakit itu. Gue pingin nangis tapi enggak bisa, Miaaaaaaa! gue pingin mukul dia tapi kita belum ketemu!"
Mia hanya meringis mendengar celotehan sahabatnya. Mia mengisyaratkan meminta maaf pada pengunjung lain lewat gerakan mulutnya. Perlahan Mia membawa sang sahabat kembali ketempat duduk, mencoba menenangkannya.
"Tenang dulu oke! ceritain pelan pelan. Jangan nangis, lihat orang orang ngelihatin kita- entar di sangka kita serong kiri," candanya, berusaha menghibur gadis yang ada dihadapannya saat ini.
Mia mengusap air mata di kedua mata sahabatnya. Sahabat satu satunya yang dia miliki, sahabat paling pintar dan menyebalkan.
"Sekarang jelasin!" titah Mia penuh tuntutan.
Diselingi sesegukan, gadis berkemeja biru toska itu menatap Mia sendu- terlihat sangat menyedihkan.
"Mantan sialan itu bikin ulah lagi. Dia ngerecokin hidup gue lagi Mia, Lian enggak mau hidup gue tenang makanya dia selalu gangguin gue. Padahal hubungan kita udah selesai tahun lalu, lo tau kan kenapa gue sama dia putus?"
Mia mengangguk paham, dengan lembut Mia segera memeluk tubuh sahabatnya. Mia tahu kenapa hubungan mereka kandas di tengah jalan. Karena si cowok terlalu posesif dan mengekang, dan sang sahabat tidak menyukainya- walaupun si cowok benar benar cinta mati.
"Jadi, mantan lo yang enggak gue tau mukanya itu, nemuin tempat koas lo?"
Gadis yang ada di hadapan Mia mengangguk, dengan wajah sendunya dia menyeruput jus terong belanda yang dia pesan.
"Demi apa Maura Wibisono! kenapa dia bisa tau? lo tau kan tuh cowok- astaga gue enggak bisa bayangin hidup di bayang bayangin sama cowok bucin mati kayak dia, tapi rada gila!"
Mia memekik tertahan, dengan tidak sopan Mia merebut gelas jus yang ada di tangan sahabatnya.
"Terus gue harus apa, Almia?!"
Kedua mata Mia memicing, pengasuh Januar itu mendekatkan dirinya pada Maura- menatap penuh selidik pada sahabatnya.
"Lo tau kan di mana rumah dia? kita samperin dia! lo harus ngomong sama tuh cowok, lo tegasin dia kalau seorang Maura enggak semudah itu dia ganggu apa lagi di buat menyerah!"
**AYO KITA BEJEK BEJEK TUH COWOK
MET SIANG EPRIBADEH
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
MAAF UPNYA SIANG, SOALNYA OTHOR BARU REHAT CAPEKKKKKK BANGET
SEE YOU NEXT PART MUUUAACCHH😘**
jadi pengasuh malah 🤗