NovelToon NovelToon
Royal Veil Of Java (Selendang Cinta Dua Kerajaan)

Royal Veil Of Java (Selendang Cinta Dua Kerajaan)

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama / Cintapertama / Cinta Murni
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Uffahazz_2

Putri Raras Ayu Kusumadewi, putri tunggal dari salah satu bangsawan Keraton Yogyakarta, selalu hidup dalam aturan dan tata krama yang ketat. Dunia luar hanyalah dongeng yang ia dengar dari pengawal dan dayang-dayangnya.
Hingga suatu hari, atas nama kerja sama budaya, Keraton Yogyakarta menerima kunjungan kehormatan dari Pangeran William Alexander dari Inggris, pewaris kedua takhta Kerajaan Inggris.
Sebuah pertemuan resmi yang seharusnya hanya berlangsung beberapa hari berubah menjadi kisah cinta terlarang.
Raras menemukan kebebasan dan keberanian lewat tatapan sang pangeran yang hangat, sementara William melihat keindahan yang belum pernah ia temui — keanggunan Timur yang membungkus hati lembut seorang putri Jawa.
Namun cinta mereka bukan hanya jarak dan budaya yang menjadi penghalang, tapi juga takdir, tradisi, dan politik dua kerajaan.
Mereka harus memilih — cinta, atau mahkota.
.
.
Note: semua yang terkandung dalam cerita hanya fiktif belaka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uffahazz_2, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

3. Tea in the Palace

Langit London pagi itu tampak kelabu. Hujan gerimis tipis membasahi taman istana, meninggalkan aroma tanah basah yang menenangkan. Dari balik jendela besar berbingkai emas, Putri Raras Ayu memandangi taman mawar yang berwarna pucat di bawah kabut.

Ia mengenakan kebaya sutra warna krem lembut, rambutnya disanggul rapi dengan tusuk konde emas kecil. Meski berada ribuan kilometer dari tanah kelahirannya, Raras tetap membawa pesona Jawa yang halus dan berwibawa.

Suara ketukan lembut terdengar di pintu kamarnya.

“Come in,” ujarnya dengan aksen lembut yang membuat kata-katanya terdengar seperti melodi.

Lady Eleanor masuk sambil tersenyum. ¹“Your Highness, the Prince requests your presence for tea in the Winter Hall.”

¹“Yang Mulia, Pangeran meminta kehadiran Anda untuk minum teh di Aula Musim Dingin.”

Raras menoleh pelan, lalu menunduk sopan. ²“Thank you, Lady Eleanor. I will come shortly.”

²“Terima kasih, Lady Eleanor. Saya akan segera datang.”

Sambil menapaki koridor panjang yang didekorasi dengan lukisan keluarga kerajaan dan chandelier kristal, Raras berjalan pelan. Setiap langkahnya seolah menggema di antara sejarah panjang dinding istana itu. Semua terasa asing, tapi juga memesona.

---

Winter Hall

Ruangan itu luas dan elegan, dengan perapian besar yang menyala lembut. Aroma teh bergamot bercampur dengan kayu hangus memenuhi udara. Pangeran William Alexander duduk di kursi berlengan, mengenakan jas abu-abu muda. Ketika Raras masuk, ia berdiri dan tersenyum.

³“Good morning, Princess Raras,” sapanya hangat.

³"Selamat pagi, Putri Raras."

⁴“Good morning, Your Highness,” jawab Raras sambil menunduk sedikit.

⁴"Selamat pagi, Yang Mulia."

Ia duduk di seberang meja marmer kecil yang telah diatur rapi dengan teko porselen bermotif bunga. Lady Eleanor menuangkan teh ke dalam cangkir, lalu mundur dengan hormat.

“Do you like tea, Princess?” tanya William, mencoba mencairkan suasana.

*“Apakah kamu suka teh, Putri?”

Raras menatap cangkirnya, lalu tersenyum lembut. “In Java, we usually drink wedang teh with palm sugar. The sweetness warms the soul.”

*"Di Jawa, kami biasanya minum wedang teh dengan gula aren. Manisnya menghangatkan jiwa."

William mengangkat alis, tampak tertarik. “Palm sugar? That sounds… comforting.”

*"Gula aren? Kedengarannya... menenangkan."

Raras mengangguk pelan. “It reminds us of home.”

*“Itu mengingatkan kita pada rumah.”

Senyum William melembut. “Then perhaps one day, you can show me how it’s made.”

*“Mungkin suatu hari nanti, kamu bisa menunjukkan padaku cara pembuatannya.”

Raras menunduk sedikit, menahan senyum malu. “It would be my honor, Your Highness.”

*“Akan menjadi suatu kehormatan bagi saya, Yang Mulia.”

Suasana hening sesaat. Hanya terdengar suara hujan yang menetes di luar jendela dan denting halus sendok perak.

Pangeran William memperhatikan cara Raras memegang cangkir teh — anggun, tenang, penuh tata krama — berbeda dari siapa pun yang pernah ia temui.

“Princess Raras,” ucapnya perlahan, “I read a little about Javanese culture last night. Your palace… it’s called Keraton, isn’t it?”

*“Saya membaca sedikit tentang budaya Jawa tadi malam. Istana Anda… namanya Keraton, ya?”

Raras mengangguk. “Yes, Your Highness. Keraton is more than a palace. It is the soul of our people — a place where we learn patience, grace, and respect.”

*"Ya, Yang Mulia. Keraton lebih dari sekadar istana. Ia adalah jiwa rakyat kami — tempat kami belajar kesabaran, keanggunan, dan rasa hormat."

William tersenyum kecil. “Patience and grace… I believe you are the embodiment of both.”

*“Kesabaran dan keanggunan… Saya percaya Anda adalah perwujudan keduanya.”

Raras menatapnya, matanya sejenak bertaut dengan tatapan sang pangeran. Ada kehangatan yang tak terucap — halus, seperti benang halimun yang menautkan dua dunia yang berbeda.

Tak lama, seorang pelayan masuk membawa nampan berisi kue kecil dan buah segar.

Raras memperhatikan dengan rasa penasaran, lalu menatap William. “In my country, we usually serve jadah and klepon with tea,” ujarnya lirih, membuat William tertawa ringan.

*“Di negara saya, kami biasanya menyajikan jadah dan klepon dengan teh,”

“Klepon?” tanyanya, penasaran.

Raras tersenyum. “Green rice balls filled with palm sugar. It bursts sweetly in your mouth.”

*"Bola-bola nasi hijau isi gula aren. Manisnya meledak di mulut."

“Sounds delightful,” balas William, matanya bersinar geli. “Perhaps our royal chef needs to learn from you.”

*“Kedengarannya menyenangkan,”

*“Mungkin koki kerajaan kita perlu belajar darimu.”

Percakapan mereka mengalir hangat, dari hal kecil seperti makanan hingga topik serius — tentang tanggung jawab sebagai penerus keluarga kerajaan.

Meski latar mereka berbeda jauh, ada kesamaan yang mereka rasakan: beban yang sama di pundak, harapan yang sama dari rakyat mereka, dan kesepian yang sama di balik nama besar.

Ketika teh hampir habis, Raras menatap keluar jendela. Hujan mulai berhenti, dan cahaya lembut menembus awan kelabu. Ia berbisik pelan, seolah pada dirinya sendiri.

“In Javanese, we say sawangen langit, eling panggonan. Look at the sky, but remember your place.”

*“Dalam bahasa Jawa kita bilang sawangen langit, eling panggonan. Lihatlah ke langit, tapi ingat tempatnya.”

William menatapnya dengan lembut. “That’s beautiful. It means even if we reach for the sky, we must stay humble, right?”

*"Indah sekali. Artinya, meskipun kita menggapai langit, kita harus tetap rendah hati, kan?"

Raras menatapnya terkejut, lalu tersenyum hangat. “You understand so quickly, Your Highness.”

*“Anda mengerti begitu cepat, Yang Mulia.”

William menatap matanya dengan senyum lembut. “Perhaps it’s because you make everything sound like poetry.”

*“Mungkin karena kamu membuat semuanya terdengar seperti puisi.”

Suasana mendadak hening, namun bukan karena canggung — melainkan karena sesuatu yang mulai tumbuh diam-diam di antara mereka. Sebuah ketertarikan yang tulus, lahir dari rasa hormat dan kekaguman.

Ketika Lady Eleanor datang kembali untuk menjemput Raras, William berdiri lebih dulu, lalu menunduk sedikit memberi salam.

“It was an honor to have tea with you, Princess. I hope this won’t be the last.”

*“Merupakan suatu kehormatan bisa minum teh bersamamu, Putri. Kuharap ini bukan yang terakhir.”

Raras menunduk anggun, senyum kecil menghiasi wajahnya. “The honor is mine, Your Highness.”

*“Kehormatan ini milik saya, Yang Mulia.”

---

Di koridor menuju kamarnya, Raras menahan napas panjang. Dadanya terasa hangat, entah karena teh yang ia minum, atau karena cara sang pangeran menatapnya dengan begitu tulus.

Sementara itu, di dalam Winter Hall, William masih berdiri di dekat jendela, menatap salju yang mulai turun kembali.

Senyumnya samar, namun matanya berbinar.

“Princess Raras Ayu…” gumamnya pelan. “There’s something extraordinary about you.”

*“Ada sesuatu yang luar biasa tentangmu.”

1
🌹 Mommy caeeeem 😍
kereeennnn
Dede Karlina
hadir di sini😄
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**
dari fb ada info teh uffa ada novel baru di NToon auto loncat sini🥰 save dulu sik🫶
🌹 Mommy caeeeem 😍
bagi William mendapatkan cinta begitu sulit ya,,,
nah,,, buat sebagian org, cinta nya kok bisa diobral sana sini,, heran deh,,
🌹 Mommy caeeeem 😍
puitis banget kata"nya,,,
aku suka,,,aku suka,,,
🌹 Mommy caeeeem 😍
neng,,,,,
mommy komen nih ya,,,🥰
kalo sempet blz komen kita" ya
🌹 Mommy caeeeem 😍
welcome,,,,,
senang banget mommy atuh neng,,,
bisa baca karya mu di sini lg🥰
New Ulfa aulia
dan aku disini masih diam, mengamati cinta kalian yang mulai tumbuh perlahan😍
New Ulfa aulia
keren thor, karya mu emang gak pernah gagal, selalu berhasil membuat pembacanya nyaman, merasa tenang dan ikut hanyut kedalam suasana cerita👍
Narti'atty Putry Rasyid
🥰🥰🥰🥰
Narti'atty Putry Rasyid
🥰🥰🥰
Fatimah Azzaa88
hadir kk😍😍
Maria Christina Gultom
Hadir Thor,semangat🥰🥰
Faiqotur Rohmah
Save dulu Kak, dibaca nnti 😋
**✿𝕾𝖆𝖒𝖘𝖎✿**: Mba Fai dah sampai sini duluan 😄
total 1 replies
RadenAyu
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
Yunita Widiastuti
🌻
Yunita Widiastuti
🌹
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!