NovelToon NovelToon
Dia Milikku

Dia Milikku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Idola sekolah
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Caca99

Kisah perjalanan sepasang saudara kembar memiliki sifat yang berbeda, juga pewaris utama sebuah perusahaan besar dan rumah sakit ternama milik kedua orang tuanya dalam mencari cinta sejati yang mereka idamkan. Dilahirkan dari keluarga pebisnis dan sibuk tapi mereka tak merasakan yang namanya kekurangan kasih sayang.

Danial dan Deandra. Meski dilahirkan kembar, tapi keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Danial yang memiliki sifat cuek dan dingin, sedangkan Deandra yang ceria dan humble.

Siapakah diantara dua saudara kembar itu yang lebih dulu mendapatkan cinta sejati mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 3 Teman Baru

Karena memang dasarnya Meldy malas keluar rumah, dia hanya ikut saja kemana Pijar akan membawa. Duduk manis disamping bangku kemudi, Meldy kembali membuka novel yang dia bawa.

"Mel, mampir kerumah om gue dulu boleh nggak? Nganterin titipan mama."

"Emangnya lo punya om?." Tanya Meldy, selama mengenal Pijar, Meldy tak tau kalau sahabat nya itu memiliki saudara lain.

"Ya adalah. Tapi gue jarang kesana, ketemu paling pas acara keluarga aja." Meldy mengangguk paham mendengar penjelasan Pijar.

Sampailah mereka disebuah rumah mewah yang pagarnya saja hampir sama tinggi dengan rumah. Meski jarang berkunjung, tapi satpam yang menjaga gerbang kenal dengan Pijar.

"Pak, ada tante Kanaya nggak?." Pijar membuka jendela mobil sembari bertanya.

"Ibu lagi keluar non Pijar, yang ada den Danial sama non Dea." Jawab satpam itu.

Ternyata rumah yang dimaksud Pijar adalah rumah Danial dan Dea. Memasuki perkarangan rumah mewah itu.

"Gila Pi, ini rumah apa istana?." Rumah mewah itu berhasil membuat Meldy gagal fokus. Bahkan rumahnya kalah jauh besarnya dari rumah itu. "Enak kali ya kalau jadi suami anak yang punya rumah." Entah sadar atau tidak Meldy nyeletuk seperti itu.

"Aminin aja deh. Tapi gue nggak rela kalau sahabat gue pacaran sama kak Danial, orang nya cuek minta ampun." Pijar paham betul sifat kakak sepupunya itu.

"Ya nggak mungkin juga lah, kan gue cuma berandai-andai. Lagian gue mau cari pacar yang sederhana aja."

"Hmm terserah lo deh, yang penting lo bahagia. Ayo ah turun." Pijar membuka pintu mobil.

"Gue tunggu dimobil aja deh, nggak lama kan lo?."

"Ayo lah Mel, sekalian gue kenalin lo sama kak Dea, dia anaknya seru kok." Pijar terus memaksa.

"Ya udah deh."

Meldy mengikuti langkah Pijar dari belakang, baru saja Pijar akan menekan bel pintu dibuka oleh seseorang.

"Kak Danial." Ucap Pijar, laki-laki tampan itu sepertinya akan pergi.

"Dea dikamar." Ucap Danial tanpa basa basi, lalu melipir pergi begitu saja tanpa ada kata-kata lain.

"Nah, lihat sendiri kan. Dekat dia itu kayak lagi ngadem di kutup utara, dingin banget." Ucap Pijar, mengajak Meldy langsung masuk dan menuju kamar Dea yang berada dilantai dua.

Tok

Tok

Tok

"Kak Dea, didalam nggak?." Panggil Pijar mengetuk pintu kamar Dea.

"Masuk aja nggak dikunci kok." Terdengar suara sautan dari dalam.

"Pijar, kok nggak ngomong mau kesini?." Dari sambutan yang diberikan, Meldy percaya kalau memang benar Dea ini tidak secuek laki-laki yang dia temui tadi dibawah.

"Ini kak sekalian nganterin titipan mama. Katanya buat tante Kanaya." Pijar memberikan sebuah paper bag yang dari tadi dia tenteng.

Dea menerima paper bag itu lalu menyimpan nya, tak kepo dengan isinya karena Dea tau itu adalah barang mamanya.

"Kenalin kak teman gue, Meldy." Pijar memperkenalkan Meldy.

"Meldy kak." Meldy mengulur kan tangannya.

Dengan senang hati Dea menjabat uluran tangan Meldy. "Dea." Dengan senyum manisnya.

"Mau kemana nih kalian?." Tanya Dea tak lupa terlebih dahulu mempersilahkan kedua tamu nya itu untuk duduk disofa yang ada dikamar nya.

"Biasa kak mau malam mingguan. Kakak nggak keluar juga?." Tanya Pijar.

"Mau keluar sama siapa gue? Lo mah enak punya teman, lah gue? Teman gue pada toxic semua. Punya saudara kembar malah cowok, nyebelin minta ampun."

"Jadi? Kak Dea sama siapa tadi?." Meldy berpikir sejenak.

"Danial." Saut Dea.

"Iya, kak Danial saudara kembar?." Tanya Meldy.

"Iya, tapi gitu orangnya nggak asik. Cuek minta ampun." Jawab Dea.

"Kalau kakak mau, ikut kita aja." Meldy menawarkan Dea ikut dengan mereka.

"Boleh?." Tanya Dea antusias.

"Boleh lah kak, kita juga cuma berdua doang." Ucap Pijar.

"Kalian nggak keluar sama pacar kalian?." Tanya Dea.

"Pacar yang mana kak? Yang di Korea sana? Masih sibuk ngurusin jadwal comeback mereka." Jawab Pijar bercanda. "Kita ini cewek-cewek jomblo." Merangkul bahu Meldy.

"Masa sih? Kalau lo sih gue percaya masih jomblo. Kalau Meldy gue kurang yakin, masa secantik ini nggak punya cowok?."

"Meldy lagi yang ditanya, iya dia punya pacar, pacaran sama novel-novel dan buku pelajarannya itu." Ucap Pijar.

"Lo suka baca?." Tanya Dea.

Meldy mengangguk. "Iya kak, itung-itung ngilangin suntuk."

"Nanti aja bahasnya, kalau kakak mau ikut ganti baju sana." Sebelum pembahasan buku buku itu berlanjut, lebih baik mencegah dari awal.

Dea pun masuk kedalam walk in closet untuk berganti pakaian.

Setelah selesai, akhirnya mereka bertiga berangkat. Tujuan mereka akhirnya jatuh pada bioskop. Menonton film yang yang sedang ramai diminati saat ini yaitu film dengan genre horor.

Setelah nonton, kini giliran mengisi perut yang sudah keroncongan. Tak jauh, karena sudah sangat lapar mereka hanya mencari restoran yang berada didalam mall yang sama dengan mereka menonton.

"Disini aja kali ya, lama kalau harus nyari diluar lagi." Dea menunjuk salah satu restoran lokal.

"Boleh kak, kita dimana aja jadi kok." Ucap Pijar.

"Ayo lah." Dea menarik tangan keduanya.

Duduk disalah satu meja kosong, mereka memesan makanan yang mereka inginkan. Sambil menunggu pesanan siap, mereka ngobrol-ngobrol ringan.

"Kalian udah lama sahabatan?." Tanya Dea.

"Sejak SMP kak." Jawab Pijar.

"Lah, kenapa gue baru tau kalau lo punya sahabat se asik Meldy ini?"

"Dia jarang mau gue ajak keluar. Kalau bukan gue yang main kerumah dia, ya Meldy main kerumah gue."

"Anak rumahan lah ya ceritanya."

"Nggak juga kak, malas aja kalau keluar." Ucap Meldy.

Setelah pesanan datang, mereka fokus sama makanan masing-masing. Tiba-tiba saja ponsel Meldy berdering.

"Bentar ya, gue angkat telpon dulu." Tak enak menganggu mereka yang lagi makan, Meldy memilih berdiri dan mencari tempat yang agak jauh.

"Paling papanya." Ujar Pijar.

"Papanya nggak bolehin keluar?." Tanya Dea penasaran.

"Bukannya nggak dibolehin, tapi Meldy itu cuma tinggal bertiga sama papa dan kakaknya, ibu dia meninggal waktu melahirkan Meldy. Jadi karena wanita satu-satunya dirumah, setidaknya Meldy menggantikan peran ibunya. Jadi dia itu disayang banget sama papa dan kakaknya. Kalau nggak salah gue kakaknya Meldy satu sekolahan sama lo deh kak." Pijar sedikit bercerita.

"Oh ya? Siapa?."

"Kak Melvin, lo kenal nggak?."

Dea tampak berpikir sejenak. "Nggak ingat tuh, mungkin kalau lihat orang nya gue tau."

"Ya iyalah nggak tau, orang kerjaan lo disekolah ngerecokin kak Danial aja."

"Ngerecokin pala lo, gue itu ngawasin tuh anak ya. Kalau aja bukan bunda yang nyuruh mana mau gue."

"Kak Danial masih suka bolos?." Tanya Pijar, dia pikir kakak sepupunya yang cuek itu sudah melupakan hobi bolos nya.

"Ya masih lah, lo pikir orang kayak Danial itu akan berubah."

"Cariin cewek lah kak, mana tau dia berubah."

"Nggak usah repot-repot dek kuh. Banyak tau yang deketin dia, dianya aja yang sok jual mahal. Tuh mejanya setiap hari penuh sama hadiah-hadiah pemberian fans nya. Parahnya bukannya diterima malah dibagi-bagiin sama teman-teman nya." Dea kesal sendiri mengingat bagaimana kakak kebarnya itu.

"Jangan cegil cegil juga lah kak. Lo cariin cewek baik-baik, spek cegil gitu mana mau kak Danial."

"Gimana kalau teman lo aja?." Dea melirik Meldy yang sudah akan kembali.

"Nggak ah, gue nggak mau teman gue makan hati pacaran sama kak Danial." Pijar tak terima.

"Bicara in apa sih, seru banget kayaknya?." Meldy kembali bergabung, duduk di kursinya yang tadi.

"Ha, nggak ada. Nih kak Dea ngomong suka ngelantur. Itu tadi yang nelpon bokap lo?." Pijar mengalihkan pembicaraan.

"Iya, papa telpon nanyain gue dimana." Jawab Meldy santai, melanjutkan makannya.

"Nggak disuruh pulang cepat-cepat kan?." Tanya Dea.

"Nggak kok kak, masih jam 9 ini. Jam malam aku tuh paling lama jam 10 malam, jadi masih ada satu jam lagi kan."

"Sama ternyata. Kesal nggak sih, kita dikasih jam pulang. Kalian tau, kalau Danial pulang jam berapa aja nggak dicariin."

"Cewek beda lah kak. Kalau cowok kan bisa bela dirinya sendiri, lah kita? Lihat kecoak aja teriak." Ucap Pijar.

"Syukuri aja sih kak. Yang penting kita nggak pernah dikekang orang tua. Yang penting dari diri kita sendiri aja yang menjaga diri dan menjaga kepercayaan yang orang tua kita berikan." Ucap Meldy.

"Suka gue sama pemikiran lo Mel. Nah, save nomor lo ke hp gue." Dea memberikan ponselnya kepada Meldy.

Dengan senang hati Meldy memberikan nomor ponselnya untuk Dea.

"Oke fix lo jadi teman gue." Ucap Dea begitu menerima kembali ponselnya.

"Gue? Nggak lo anggap?." Pijar merasa dirinya dianggurin.

"Lo mah udah lebih dari teman, lo itu sepupu terbaik gue." Dea merangkul Pijar, supaya adik sepupunya itu tidak merajuk.

"Ya iyalah, cuma gue sepupu lo satu-satunya." Ucap Pijar.

"Apa bedanya, gue juga sepupu lo satu-satunya."

"Helloooo, lo lupa kakak kembar lo yang ngeselin itu kak?."

"Udahlah, nggak usah ingat manusia nyebelin itu."

1
Ritsu-4
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
Eca99: terimakasih support nya🤗
total 1 replies
Alhida
Aduh, hatiku berdebar-debar pas baca cerita ini, author keren abis!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!