NovelToon NovelToon
Satu Malam Dengan Kakaknya

Satu Malam Dengan Kakaknya

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Hamil di luar nikah / Tukar Pasangan / Menikah dengan Kerabat Mantan
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: Meldy ta

Dikhianati oleh pria yang ia cintai dan sahabat yang ia percaya, Adelia kabur ke Bali membawa luka yang tak bisa disembuhkan kata-kata.

Satu malam dalam pelukan pria asing bernama Reyhan memberi ketenangan ... dan sebuah keajaiban yang tak pernah ia duga: ia mengandung anak dari pria itu.

Namun segalanya berubah ketika ia tahu Reyhan bukan sekadar lelaki asing. Ia adalah kakak kandung dari Reno, mantan kekasih yang menghancurkan hidupnya.

Saat masa lalu kembali datang bersamaan dengan janji cinta yang baru, Adelia terjebak di antara dua hati—dan satu nyawa kecil yang tumbuh dalam rahimnya.

Bisakah cinta tumbuh dari luka? Atau seharusnya ia pergi … sebelum luka lama kembali merobeknya lebih dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meldy ta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lamaran

Adelia mengetuk-ngetukkan jarinya di meja makan, menatap layar ponsel yang kembali menyala. Pesan dari Reyhan datang seperti hujan di musim kemarau—konsisten, lembut, dan tak pernah memaksa.

'Reyhan: Kamu makan cukup hari ini?'

'Reyhan: Jangan lupa minum air putih ya, calon ibu.'

Adelia tersenyum geli. Pria itu seperti tahu cara mencuri celah di balik tembok hati yang ia bangun.

Setiap pagi dimulai dengan pesan, setiap malam ditutup dengan kalimat, 'Selamat tidur, aku di sini.'

Padahal mereka belum benar-benar berkomitmen. Dan justru itu yang membuat Adelia gugup.

"Jangan jatuh cinta lagi, Del," gumamnya sambil mengaduk teh, "apalagi dengan kakak dari mantanmu sendiri."

Reyhan di sisi lain, mulai menemukan dirinya tersenyum tanpa alasan setiap kali nama Adelia muncul di layar. Ia tak pernah membayangkan bahwa malam yang ia pikir hanya akan jadi kenangan ... berubah menjadi awal dari sesuatu yang jauh lebih penting.

"Lo serius soal perempuan itu?" tanya salah satu rekan kerjanya saat Reyhan terlihat melamun saat rapat.

"Lebih dari yang kupikir," jawab Reyhan santai, lalu menutup laptop. "Dia membuatku ingin pulang lebih awal."

"Wah ... Bro, gue iri kampret. Lo lakik banget sumpah!"

"Ya harus dong!" Reyhan tersenyum bangga.

 

Pagi itu, Adelia memutuskan pergi sendiri ke dokter kandungan. Bukan karena tidak ingin Reyhan menemani, tapi karena takut perasaannya akan tumbuh lebih dalam jika pria itu terus hadir di setiap langkah.

Tapi ternyata, Reyhan tetap datang.

"Del," suara Reyhan terdengar pelan dari belakang saat ia hendak masuk ke klinik. "Aku janji nggak akan ikut masuk kalau kamu belum siap. Tapi biarkan aku ada di sini."

Dan entah kenapa, kehadiran itu menenangkan. Adelia hanya mengangguk, dan mereka duduk berdampingan tanpa kata-kata.

Setelah pemeriksaan selesai, dokter memberikan hasil USG dan menjelaskan perkembangan janin.

"Umur kehamilan hampir tujuh minggu. Semua normal sejauh ini. Jaga asupan nutrisi dan jangan terlalu stres."

"Baik, Dokter."

Adelia menatap hasil USG dengan campur aduk. Tangannya gemetar saat Reyhan menyentuh punggung tangannya perlahan.

"Itu ... nyata ya?" bisik Reyhan.

"Ya nyata dong. Enggak mungkin tiba-tiba ada tanpa kita buat," Adelia tersenyum samar. "Itu anak kita."

"Makin nggak sabar jadi ayah," lirih Reyhan dengan pelan. Namun melihat itu, Adelia hanya tersenyum bangga.

"Terus abis ini mau pergi ke mana?"

"Mungkin ... balik ke kantor."

"Aku antar ya."

"Eh jangan, Rey. Nggak apa-apa kok. Aku bisa balik naik taksi."

"Del ... calon ibu harusnya nurut. Jangan ngelawan, ok!" Reyhan memaksa, meskipun dalam benak Adelia ia takut orang-orang semakin melihat kedekatan mereka.

Namun dunia tak pernah membiarkan cinta berjalan mulus.

Sore itu, Reno secara tak sengaja melihat hasil USG yang tertinggal di meja kerja Adelia, setelah wanita itu kembali dari pengecekan. Namanya tertera sebagai pasien. Dan Reno langsung mendidih.

Ia menghampiri Adelia di pantry kantor.

"Ini apa?" Reno menyodorkan kertas USG dengan wajah merah padam.

Adelia membeku. "Itu bukan urusanmu."

"Kamu hamil? Dari siapa?! Jangan bilang dari Reyhan!"

Adelia menatap Reno dengan pandangan tajam. "Dan kalaupun iya, kenapa? Bukankah kau sudah menikah?"

Reno tertawa miring. "Kau pikir aku percaya Reyhan cukup bodoh untuk menghamili mantan adiknya?"

"Dia mungkin bodoh," jawab Adelia pelan, "tapi dia lelaki. Lebih lelaki dari kamu yang bahkan nggak bisa bertanggung jawab pada perasaan orang."

"Jaga ucapanmu, Del. Kamu terlihat ... seperti wanita murahan." Reno mulai menghina sambil menatap Adelia dari atas sampai ke bawah.

"Dan wanita murahan ini dulu pernah kamu cintai, Reno," balas Adelia, meskipun sakit, namun ia tidak ingin diam.

Reno terdiam. Rahangnya mengeras. "Aku nggak akan biarkan kau rusak nama keluarga kami."

Adelia tertawa kecil. "Tenang saja. Aku sudah cukup rusak sendiri."

Menatap kepergian lelaki yang belum lama ini menjadi penyemangat hidupnya, namun Adelia menyesal. "Entah karma dosa siapa sampai aku harus menaruh hati pada pria seperti itu. Namun ... aku masih menyayanginya. Ya, mungkin ... hanya sedikit."

Reyhan tahu soal konfrontasi itu setelah Adelia meneleponnya malamnya, suaranya lirih seperti anak kecil yang minta didekap.

"Aku nggak kuat kalau harus dihadapkan dengan kalian berdua. Ini terlalu rumit, Rey."

"Lalu biarkan aku sederhanakan semuanya," jawab Reyhan pelan. "Aku akan bicara dengan Reno. Biar aku yang jelaskan."

"Tidak! Jangan—jangan kau rusak hubungan kalian berdua karena aku."

Reyhan diam lama.

"Aku lebih takut kehilangan kamu dan anak ini, daripada kehilangan persetujuan dari adik yang bahkan tidak tahu cara mencintai."

Perbincangan berakhir sebelum hari gelap untuk kembali ke dalam dunia nyata, setelah pekerjaan selesai.

Malam itu, Adelia tidak bisa tidur. Tapi ia tidak menangis. Ia merasa … dilindungi. Untuk pertama kalinya, sejak lama.

Dan ia tahu, perasaan itu tidak datang dari mantan yang dulu mengaku mencintainya. Perasaan itu datang dari seseorang yang pelukannya terasa seperti rumah.

Tapi justru karena kehangatan itu, Adelia merasa bersalah. Ia tak ingin jadi alasan dua bersaudara saling membenci. Reyhan dan Reno berasal dari keluarga terpandang, dan skandal seperti ini bisa jadi noda yang sulit dihapuskan.

Apalagi, diam-diam ia tahu kalau Reno dan Reyhan bukan hanya saudara kandung, tapi juga pewaris dua cabang usaha besar keluarga mereka. Reputasi adalah segalanya di dunia mereka.

Saat itu juga, Reyhan datang ke apartemennya tanpa peringatan. Membawa dua kantong kertas berisi makanan dan minuman hangat.

"Tumben nggak bales chat," katanya sambil menatap Adelia yang berdiri kaku di ambang pintu.

"Maaf, aku lagi bingung…"

"Boleh aku masuk?"

Adelia ragu sejenak, lalu membuka pintu lebih lebar. Mereka duduk di ruang tengah, tanpa lampu terang. Hanya lampu meja yang menyala temaram.

"Aku nggak tahu harus gimana, Rey. Aku takut jadi alasan kamu dan Reno bertengkar."

"Delia…" Reyhan menatapnya serius. "Aku dan Reno memang bersaudara. Tapi bukan berarti aku akan membiarkan dia mendikte hidupku. Apalagi soal kamu dan anak ini."

"Tapi keluargamu? Reputasimu?"

"Apa gunanya reputasi kalau aku mengorbankan orang yang seharusnya kulindungi?"

Adelia menunduk. Tangannya menyentuh perutnya refleks. "Aku hanya ingin anak ini tumbuh tanpa tekanan dari masa lalu…"

"Aku tahu. Itu sebabnya…" Reyhan membuka saku jaketnya. Mengeluarkan sebuah kotak kecil beludru hitam. Ia membukanya perlahan. Di dalamnya, sebuah cincin sederhana namun elegan berkilau.

"Aku tahu ini terlalu cepat. Aku bahkan belum mengenalmu cukup lama. Tapi aku tahu yang kurasa. Dan aku tahu aku ingin bertanggung jawab. Bukan hanya karena anak ini. Tapi karena kamu."

Adelia menahan napas.

"Delia, maukah kamu menikah denganku? Tanpa tekanan. Tanpa paksaan. Tapi dengan harapan … kita bisa belajar mencintai, perlahan setelah pernikahan."

Air mata Adelia jatuh perlahan. Ia tak langsung menjawab. Ia hanya menggenggam kotak cincin itu dengan erat.

Karena untuk pertama kalinya, seseorang menawarkan cinta—bukan dengan janji manis, tapi dengan ketulusan dan keberanian.

1
Adinda
lanjut thor
Adinda
sudah del lebih baik cerai saja
NurAzizah504
seromantis ini dibilang datar?! /Sob/
NurAzizah504
mantapppp
NurAzizah504
dan kamu termasuk salah satunya
NurAzizah504
kali aja reyhan memiliki firasat kalo adel hamil
NurAzizah504
hai, Thor. aku mampir nih. jgn lupa mampir di lapakku juga, ya. 'Istri Kontrak Sang Duda Kaya'. terima kasih ^^
NurAzizah504
hayo, Del. tanggungjawab tuh /Facepalm/
NurAzizah504
ya ampun /Sob/
NurAzizah504
wah, ada juga ya kasus begini. hubungan hambar lah istilahnya
NurAzizah504
ini bukan lagi ditusuk. tp ditikam berkali2
Adinda
cerai Saja del suami kamu gak perduli sama kamu,kamu keguguran saja dia tidak tau karena asyik dengan jalangnya
Adinda
cerai saja adelia untuk apa sama suamimu tukang selingkuh
Cindy
lanjut kak
Adinda
cerai aja del tinggalin reyhan buat apa bertahan kalau dia bersama dengan jalangnya terus
Adinda
pergi adelia tinggalin reyhan buat apa bertahan sama pria yang tidak bisa lepas dari masalalu
Cindy
lanjut kak
Adinda
lebih baik adel tinggalin reyhan dan cerai tak usah punya urusan sama keluarga itu lagi
Cindy
next
Cindy
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!