jatuh cinta dengan pria seumuran itu adalah hal yang sudah biasa bukan?, namun bagaimana jika perasaan itu malah tertuju pada seorang pria dewasa yang seumuran dengan ayahnya?.
"hot, seksi, dan menggetarkan." gumam gadis beseragam SMA menatap tak berkedip pada tubuh tegap di depannya.
"Dasar gadis gila, menyingkirlah." penolakan terjadi, namun apakah gadis SMA itu menyerah?. ck, tentu saja tidak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mian Darika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3
Libur panjang telah usai, dan kini tahun ajaran baru pun sudah di mulai. Dan hari ini, adalah hari di mana untuk pertama kalinya bagi florencia berganti status menjadi siswa SMA di salah satu sekolah yang sangat bergengsi di sana.
Sekolah yang di dalamnya akan di isi oleh anak anak dari keluarga yang berada, namun tak sedikit juga yang berasal dari keluarga menengah ke bawah yang bisa masuk ke sana karna jalur beasiswa yang di dapat kan.
Dan walau pun di bilang rata rata dari mereka berasal dari keluarga yang kaya raya, akan tetapi itu tidak berarti jika anak anak mereka juga memiliki otak yang begitu kaya atau cerdas.
Karna hampir 40 persen dari mereka, bisa masuk ke sekolah tersebut itu karna nama keluarga, atau uang orang tua.
Dan untung saja florencia tidak termasuk di dalamnya, dia cukup bahkan sangat mampu untuk masuk ke sana karna memang dirinya yang memiliki otak yang begitu cerdas.
"Bibi gunn, bisa kah aku membawa ini juga? Aku janji akan memakainya secara diam diam." Kata flor sembari menunjuk kan sebuah benda persegi yang ada di tangan kanannya ke arah sang pengasuh yang saat ini sedang menyiap kan seragam untuknya.
Mata bibi gunn menyipit, merasa kurang jelas melihat benda tersebut. Sehingga mau tak mau ia pun mendekat agar melihatnya lebih jelas, dan bisa memasti kan apa kah boleh atau tidaknya untuk di bawa oleh nona mudanya ini ke sekolah.
Setelah mengamati secara seksama, sontak saja pupil mata wanita setengah baya itu membola dan bergerak cepat ke arah si pemilik benda.
"Oh astaga, kau ingin membunvh ku nona? Kau mau membawa benda itu di hari pertama mu di sekolah baru itu. Dan jika saja kau ketahuan, maka hal itu bukan hanya berdampak pada mu saja tapi juga pada ku yang tidak bisa mengawasi mu dengan baik."
"Hufft..." terdengar helaan nafas sebal dari mulut flor, membuat bibi gunn hanya bisa mendelik ke arahnya memperingati.
"Bagaimana jika yang kecil saja? Aku akan menyimpannya di tempat yang paling rahasia, sehingga penjaga dan juga guru guru yang bertugas di sana tidak akan tau." Flor kembali membujuk, dengan tawar menawar ciri khasnya sembari memasang wajah memelas yang kerap membuat bibi gunn menjadi luluh.
"Ck, tidak tidak. Kali ini dan seterusnya usaha mu yang itu tidak akan lagi berlaku pada ku nona. Kau sekarang sudah bukan anak remaja ingusan yang bisa di toleransi, karna beberapa bulan ke depan kau akan berusia 17 tahun bukan. Jadi mulai sekarang belajar lah untuk bisa merubah kebiasaan buruk itu, sebab jika tidak kau akan dalam bahaya."
Wajah flor merenggut kesal, ia sebenarnya memang sudah tidak sabar untuk menginjak usia 17 itu. Karna selama ini ia begitu di pandang seperti bocah kecil oleh kakeknya walau pun dalam segi fisik tidak begitu, bahkan pria datar kaku itu juga masih menganggap dirinya seperti itu. Ah sial, flor kesal saat ini karna beberapa kebiasaannya yang selalu dia lakukan secara diam diam di sekolah lama harus ia kurangi atau mungkin di tinggal kan begitu saja, mengingat sekolah yang sekarang lebih ketat dalam hal peraturan.
"Baik lah, tapi aku mohon jangan beritahu kakek. Aku akan membuangnya, namun tidak sekarang karna harus ada ritual kecil agar perpisahan ini tidak menyakiti siapa pun." Katanya terdengar dramatis untuk berpisah dengan benda mati yang bisa mengeluar kan asap tersebut.
"Ya ampun, kuat kan aku tuhan agar bisa lebih lama menghadapi nona muda ini. Beri kan aku kesabaran lebih banyak di umur ku yang sudah tidak muda lagi ini, aku mohon!." Setelah mengata kan hal itu, bibi gunn pun pergi dari sana membiar kan flor bersiap sendiri sebelum sarapan di mulai.
Tak berselang lama, hanya membutuh kan waktu sekitar 20 menit bersiap. Kini flor sudah masuk ke dalam pintu lift yang akan membawanya ke lantai utama untuk menyantap sarapan lalu berangkat ke sekolah.
Tak begitu banyak yang berubah dari tampilannya, selain seragam yang berbeda dan riasan yang berubah.
Ya, riasan gadis itu lebih bervolume dari biasanya.
Lebih tepatnya citra anak gadis pintar yang berprestasi kini sudah tidak ada lagi, yang ada hanya lah anak remaja yang sudah tidak sabar menginjak usia legal dengan penampilannya yang luar biasa.
Rok yang dulu panjangnya hanya di atas lutut, kini sudah naik tingkat beberapa senti membuat kaki jenjangnya yang begitu indah langsung terekspos walau pun masih ada kaos kaki yang membungkus setengahnya.
Belum lagi rambut merah yang biasanya hanya akan di ikat ekor kuda atau di ikat setengah, kini sudah tergerai dengan indah dengan sedikit memberi kan bentuk gelombang di sana.
Dan jangan lupa kan, 2 kancing seragam teratas yang sengaja di buka membiar kan dasi longgar yang menahan agar belahan yang ada di sana tidak terlihat.
Saat flor keluar dari pintu lift, pandangan semua orang pun langsung mengarah ke padanya. Tak terkecuali bibi gunn yang tampak menganga karna tak habis pikir dengan penampilan nona mudanya yang berubah itu, apa lagi ukuran seragam yang ia beri kan tadi pada flor bukan lah seragam yang saat ini di pakai oleh gadis itu.
Cup....
"Selamat pagi kakek, kau sangat tampan seperti biasanya." Tegur flor, mengecup pipi keriput sang kakek seperti biasa yang di ikuti dengan pujian yang membahagia kan.
"Duduk lah sayang, kau pagi ini sudah membuat kakek mu terperangah dan tak menyangka jika perubahan itu akan datang secepat ini." Ucap kakek gordon yang tak menyangka sebelumnya jika cucunya ini akan sangat bersemangat atas keinginannya yang sudah lama.
Keinginan yang sudah lama tidak ingin flor tutupi di depan orang lain, di mana sebenarnya begini lah dia. Hal yang ia ingin kan sejak pertama kali mendapat kan tamu bulannya, memakai sesuatu yang ia suka tanpa memikir kan usia berapa dia pantas memakainya.
Dan semua itu ia lakukan karna permintaan dari sang kakek, agar tak melakukan itu semua di depan orang lain selain orang orang di sekitarnya saja.
Contohnya perpakaian terbuka yang terkesan dewasa dari umurnya walau pun sebenarnya dia terlihat pantas pantas saja karna memang postur tubuhnya sendiri yang sudah lebih berisi di beberapa bagian yang tepat dari kebanyakan gadis seusianya, mengguna kan vape atau pod sebagai media di kala dia merasa bosan dan juga jenuh, atau diam diam masuk ke dalam bar yang ada di belakang mansion yang di rancang khusus untuk para bodyguard dan pelayan sebagai tempat hiburan mereka kala sedang tidak bekerja.
Apa kah kakeknya melarang itu semua di saat usianya yang belum memenuhi? Ck, tentu saja. Namun bedanya, tuan gordon tidak ingin mengekang cucunya itu. Dia lebih memilih untuk membiar kan dengan batasan dan beberapa peraturan yang sudah di putus kan dan di sepakati oleh flor sendiri.
Dan hal itu semua di tahan oleh flor selama ini, saat dia masih duduk di bangku menengah pertamanya, agar kebiasaan itu tidak di ketahui oleh guru atau pun teman temannya yang ada di sana.
Dan mulai hari ini, flor memutus kan untuk mengambil kesempatan lebih awal karna mengingat tidak lama lagi dia akan berusia 17 tahun, dan tidak mungkin juga dia mengubah penampilannya sampai waktu itu tiba.
Yang benar saja, flor tidak mengingin kan hal itu.
Ia ingin menjadi dirinya yang sebenarnya begitu memulai hari harinya menjadi siswi SMA, tanpa ada lagi yang di tutup tutupi atau di sembunyi kan.
Walau pun sebenarnya usia legal di sana harus berusia 18 tahun, tapi untuk flor bukan itu.
Usia yang ia sepakati bersama kakeknya adalah usia 17 tahun, bukan 18 tahun. Jadi wajar saja, gadis itu sudah tidak sabar menanti kan hari itu tiba.