KETOS ALAY yang sedang mengincar murid baru disekolahnya, namu sitaf pria itu sangat dingin dan cuek, namun apakah dengan kealayannya dia bisa mendapatkan cinta Pria itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayinos SIANIPAR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
Semuanya Akan Terlewati
Iya, kamu itu bagaikan mentari. Jika orang tidak bersyukur, pasti dia bakalan berkata bahwa matahari itu jahat, karena adanya matahari dunia jadi panas. Tapi kalau orang bersyukur akan berkata matahari itu sangat menguntungkan, karena matahari adalah sumber dari segala sumber. Seperti itulah kau di dalam hidupku.
Banyak Kebaikan
"Pah, Mah, Farel berangkat dulu, ya," ujar Farel berpamitan kepada kedua orang tuanya.
"Loh, kok tumben keluar malam, sayang?" tanya Mama Farel lembut ke anak kesayangannya. Tidak biasanya Farel keluar malam, biasanya dia lebih memilih teman-temannya datang ke rumah untuk melakukan yang disuka seperti nyebat dan juga minum-minuman keras.
"Pengin suasana baru saja, Mah," ucap Farel pada mamanya asal-asalan. Farel sebenarnya juga bingung kenapa tiba-tiba dia ingin keluar malam ini.
"Hati-hati, ya," ujar Papa Farel mengizinkan Farel untuk pergi.
"Iya, Pah." Farel pun keluar, di mana dia ingin ke Coffee Bar. Melewati rumah Hanifa, "Jadi ingat kejadian tadi siang," ujar Farel dalam hatinya melihat rumah Hanifa. Farel melewati jalanan dan tanpa sengaja ia melihat sosok Nifa yang memberikan anak-anak jalanan sebuah makanan.
"Hanif? Lo ngapain ke sini?" tanya Farel bingung dan ya, sedikit takjub. Siapa sangka gadis alay ini ternyata baik juga. Namun ingat sekali lagi, Hanifa itu hampir sempurna, hanya kurangnya dia alay. Itu saja.
"Kondangan," jawab Hanifa meledek pria di depannya itu. "Yah, makanlah, lo enggak lihat apa kami lagi makan?" sambung Hanifa ucapannya sebelumnya.
"Maksud gue ngapain makan di sini?" tanya Farel makin kepo. Hanifa mengernyitkan mukanya. Kenapa anak ini terlalu peduli.
"Yah, mencari suasana tenang saja?" ujar Hanifa dengan santai. Dia malas kini berada di rumahnya, di mana rumahnya sudah terasa neraka. Farel langsung teringat tentang kejadian tadi siang. Dia ingin sekali bertanya pada Hanifa, namun rasanya saat ini belum tepat.
"Kakak ganteng, ayo makan," ajak salah satu anak jalanan yang ada di situ.
"Iya, Kak, masakan Kak Nifa enak tahu, Kak," sambung teman anak jalanan lainnya. Farel melihat makanan yang sedang mereka lahap. Pria itu merasa mual melihat makanan yang isinya hanya tahu, tempe, dan ikan teri. Biasalah, pria ini merupakan pria yang sangat manja dalam kehidupannya hingga mungkin tidak pernah makan hal seperti yang dimakan oleh Hanifa dan anak jalanan yang ada di situ.
"Enak bagaimana cuma tahu, tempe sama ikan teri," gumam Farel dalam hatinya. Walaupun begitu, pria ini tidak ingin mengatakannya, walaupun sombong ternyata dia punya perasaan juga.
"Iya, yuk makan," ajak Nifa pada Farel. Walau Nifa tahu bakalan ditolak. Jangankan makanan kayak gini, bahkan roti dan jusnya saja dibuang pria sialan ini. Dan ya, benar, Farel hanya menggelengkan kepalanya menandakan dia tidak mau.
"Oh iya, makanannya kan sudah habis, jusnya juga sudah habis. Ini waktunya Kakak pulang. Besok sore kalau Kakak ada waktu kita belajar, ya," ujar Hanifa lembut dan bergegas untuk pergi. Farel mendengar ucapan Hanifa yang tidak alay sama sekali, bahkan kelihatan dia sangat dewasa, sedikit kagum. Kali ini Farel sangat salut melihat sifat Hanifa. Walau alaynya kelewat saat bersamanya, tapi hatinya baik.
"Lo mau gue antar enggak?" ujar Farel memberi tawaran kepada gadis alaynya itu. Gadis alaynya tidak tuh?
"Enggak ah, gue sekalian mau menikmati malam," ucap Hanifa menolak tawaran Farel. Beuh, sedikit kemajuan bagi Hanifa bisa menolak seorang Farel.
"Tapi malam-malam gini enggak bagus untuk lo," ujar Farel kepada Hanifa. Namun entah kenapa malam ini Hanifa lagi malas untuk alay di hadapan Farel. Mungkin suasana hatinya lagi tidak baik-baik saja.
"Bodo amat," ujar Hanifa menjawab ketus ke pria itu.
"Gue antar ya," ujar Farel memohon ke Hanifa. Hanifa melihat Farel yang seperti ini rasanya dia sedikit senang. Ternyata Farel sudah mulai peduli ke dia?
"Bagaimana kalau lo temani malam gue saja?" ujar Hanifa memanfaatkan momen malam ini. "Please, malam ini saja, di jalanan kayak gini, ya, ya, ya, ya!" bujuk Nifa dengan penuh harapan, harapannya sangat besar untuk hal ini, hahaha.
"Hmmm, terserah," ujar Farel pasrah, daripada dia meninggalkan gadis ini terus kenapa-napa. Lagipula dia juga sudah terlalu sering menyakiti fisik bahkan hati cewek alay ini.
"Makasih, ya," ucap Nifa sangat senang mendengar jawaban dari Farel, akhirnya harapannya tidak musnah lagi kayak biasanya. "Lo tahu kenapa gue suka kayak gini?" tanya Hanifa pada Farel untuk membuat suasana perjalanan mereka lebih asyik.
"Enggak," ujar Farel. Memang pria ini selalu merusak suasana dan momen-momen bagus bagi Hanifa.
"Karena kalau seperti ini gue ingat sama kakak gue Arka yang suka mengajari gue untuk berbagi," ujar Hanifa tetap menjelaskan walaupun dia tahu Farel tidak peduli dan bahkan tidak mau mendengarkannya.
"Maksud lo?" tanya Farel tiba-tiba pria ini jadi ingin tahu cerita gadis ini. Seketika dia berubah. Mungkin ini karena dia merasa iba saja kali ya.
"Iya, Kak Arka itu sering mengajak gue memberi makan anak yatim, dan bahkan dia mengajari gue, kalau gue ada masalah, gue pergi saja ke laut, lalu ambil sebuah batu, anggap batu itu beban lo, dan buang dia sejauh mungkin di laut tersebut, agar masalah lo hilang, makanya gue enggak pernah ada beban," ucap Nifa panjang lebar dan mengingat momen dia sama Kak Arka. Dulu teman Hanifa itu ya selalu Arka, dia sulit berteman bahkan ketemu sahabat, namun Tuhan selalu adil, hingga akhirnya dia punya Sarah yang bisa dengar cerita dia, walaupun enggak se-effort Kak Arka.
"Lo benar, Nif, walau banyak kesedihan, tapi lo bisa memancarkan senyuman yang susah diatur," gumam Farel dalam hatinya. Apa mungkin Farel mulai kagum ke gadis alay yang selalu dia sinisi ini?