Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3. Melihat
"Selamat Khalisa. Kamu diterima di Winata Group. Mulai besok kamu sudah bisa bekerja." ucap pak Bowo kepala HRD perusahaan Winata Group.
Senyum mengembang diwajah Khalisa, "Ayah, Ica berhasil. Semua karena doa ayah yang selalu mendukung Ica. Terima kasih ayah." ucap Khalisa didalam hati seblum dia menjawab ucapan pak bowo.
"Baik Pak Bowo, terima kasih banyak sudah mempertimbangkan saya dan diterima di perusahaan sehebat Wiranata." balas Khalisa sambil membalas uluran tangan pak Bowo.
"Saya turut berduka cita." ucap pak Bowo begitu Khalisa akan beranjak dari tempat duduknya.
"Maaf Pak, dari mana Bapak tahu?" tanya Khalisa heran. Mereka baru bertemu pagi ini, dan mereka belum kenal sebelumnya.
Pak Bowo tersenyum, "Pak Abian, orang yang merekomendasikan kamu yang memberitahu saya." jawab pak Bowo.
"Terima kasih atas ucapan Bapak." balas Khalisa, lalu dia pamit keluar dari ruangan pak Bowo.
Mendengar nama Abian, Khalisa jadi ingat kejadian satu minggu yang lalu. Sampai saat ini Khalisa masih malu mengingat dia menangis di pelukan dosennya itu. Belum lagi perlakuan Abian yang sangat manis. Khalisa bingung sendiri, dia harus bersikap bagaimana nanti saat mereka kembali bertemu.
"Hei, kalau jalan itu pakai mata." tegur seorang wanita yang baru saja Khalisa tabrak. Dari caranya berpakaian dia adalah karyawan ditempat ini.
"Maaf Mbak, maaf kan saya." ucap Khalisa yang merasa bersalah. Salah dia yang melamun sehingga tidak memperhatikan sekitar.
"Enak saja hanya minta maaf. Kamu...." Wanita itu tidak melanjutkannya ucapannya karena melihat sosok pria yang berjalan kearah mereka berdiri saat ini.
"Kenapa kamu marah hanya karena ditabrak?" tanya pria itu.
"Maaf Pak, saya tidak marah. Hanya terkejut saja." jawab wanita itu yang tidak mau mengakui. Sudah jelas, dia berbicara dengan nada tinggi. Dia juga punya keinginan untuk menyulitkan Khalisa.
Pria itu tidak menjawab, dia menatap tajam wanita yang memarahi Khalisa. Hanya dengan tatapan mata saja wanita itu sudah dibuat takut. Segera saja dia pamit, dari pada mendapat masalah.
"Kamu tidak apa-apa Ca?" tanya pria itu.
Khalisa tersenyum, "Tidak apa-apa Mas. Ica kok yang salah." jawab Khalisa mengakui kesalahannya.
Pria yang menyapa Khalisa adalah Narendra, tunangan Sonia. Dan kurang empat minggu lagi mereka akan menikah.
Tangan Khalisa terulur untuk mencium punggung tangan Narendra. Kebiasaan yang Khalisa lakukan jika bertemu calon suami Sonia itu, pria yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri.
Apa yang Khalisa lakukan tentu saja jadi perhatian para karyawan yang kebetulan ada di lobby perusahaan. Termasuk wanita yang sebelumnya marah pada Khalisa ikut memperhatikan. Dia penasaran saja siapa Khalisa, bisa membuat bos besarnya itu menegurnya. Padahal selama ini yang dia tahu, Narendra Ardi Winata itu pria yang dingin dan tidak terlalu peduli dengan sekitar.
"Kamu melamar kerja disini Ca?" tanya Narendra lagi, mengabaikan pandangan dari karyawan yang memperhatikan mereka.
"Sudah diterima tepatnya Mas. Besok Ica mulai bekerja disini. Kemarin kampus yang mengusulkan nama Ica sebagai salah satu mahasiswi yang berprestasi, seperti permintaan Winata Group." jawab Khalisa bangga. Ya siapa yang tidak bangga bisa masuk ke perusahaan besar lewat jalur prestasi.
"Good job Ca." ucap Narendra memuji calon adik iparnya itu. Tangan Narendra terulur mengusak pucuk kepala Khalisa. Hal yang sering Narendra lakukan jika bertemu gadis cantik itu.
Bagi Narendra, Khalisa sudah dia anggap seperti adiknya sendiri. Sonia selalu saja menceritakan Khalisa setiap kali mereka bertemu. Calon istrinya itu sangat menyayangi Khalisa, dan rasa sayang itu kini tertular pada Narendra. Dia juga bangga pada Khalisa yang bisa bekerja di perusahaan miliknya ini lewat jalur prestasi. Padahal jika Khalisa mau, Narendra pasti langsung menerima Khalisa bekerja di Winata Group. Masalahnya, Khalisa tidak tahu jika perusahaan ini milik Narendra, calon kakak iparnya.
"Mas Narendra sendiri ada keperluan apa disini?" tanya Khalisa yang tidak pernah tahu pekerjaan Narendra selama ini. Yang dia tahu, pria tampan dihadapannya ini adalah tunangan kakak sepupunya. Khalisa bukan orang yang kepo, dan suka mengorek informasi pribadi orang lain. Sonia cinta dan bahagia bersama Narendra, maka Khalisa mendukungnya. Apa lagi sejauh yang Khalisa kenal, Narendra adalah pria yang baik dan mapan. Sudah cukup sampai disitu saja yang dia ketahui.
"Ada sedikit pekerjaan disini." jawab Narendra yang tidak mau memberitahu Khalisa bahwa perusahaan ini miliknya. Biarlah nanti Khalisa tahu dengan sendirinya. Narendra takut, Khalisa tidak jadi bekerja di Winata Group jika tahu ini perusahaan miliknya.
"Ica pulang duluan kalau gitu Mas." ucap Khalisa pamit. Dan sekali lagi gadis itu salim pada Narendra yang lagi-lagi dibalas pria itu dengan mengusak pucuk kepala Khalisa.
"Hati-hati." ucap Narendra.
Baru saja Khalisa akan melangkah, Narendra kembali memanggilnya, "Ica!" Narendra mengeluarkan lembaran merah dari dompetnya. Tanpa menghitungnya, dia berikan pada Khalisa.
"Ini buat jajan dan beli pakaian kerja." ucap Narendra.
Khalisa menatap tumpukan uang merah yang cukup tebal itu lalu tersenyum pada Narendra, "Mas Rendra memang kakak yang terbaik." ucapnya, "Pantas saja kak Sonia cinta mati." ucap Khalisa lagi.
Dengan senang hati Khalisa menerima uang pemberian Narendra. Bukan karena Khalisa mata duitan, tapi dia tahu apa yang akan Narendra lakukan jika Khalisa menolaknya. Tentu saja ini bukan kali pertama Narendra memberinya uang. Calon kakak iparnya ini memang royal dan tahu betul apa yang Khalisa butuhkan. Khalisa pernah menolak saat Narendra memberinya uang. Dan apa yang terjadi? Narendra mengirim banyak pakaian untuk Khalisa kuliah.
Narendra terkekeh mendengar pujian Khalisa. Sementara bagi karyawan wanita yang melihatnya, seolah menang undian karena suatu anugrah bisa melihat Narendra seperti ini. Jangankan terkekeh, tersenyum pun tidak pernah. Sekarang, hanya karena gadis yang ada dihadapannya, Narendra bisa sangat lembut dan baik.
"Terima kasih Mas Naren." ucap Khalisa, lalu berjalan meninggalkan Narendra sambil melambaikan tangannya.
Khalisa sering sekali bersikap kekanakan seperti itu. Entah mengapa, justru Narendra merasa terhibur melihat tingkah Khalisa. Seperti yang Sonia katakan, Khalisa bisa menjadi obat disaat dia galau, karena keceriaan gadis itu.
"Sonia benar tentang kamu Ca." gumam Narendra yang masih setia memandang kepergian calon adik iparnya itu, sampai Khalisa hilang dibalik pintu utama Wiranata Group.
***
Tadinya Khalisa melajukan kendaraanya menuju mall. Dia ingin merealisasikan apa yang diperintahkan Narendra. Mencari jajanan dan pakaian kerja. Namun pesan masuk yang dikirimkan Viola, membuat Khalisa memutar arah untuk kembali ke kediaman Kamal Arsyad.
Sejak sore selepas pemakaman seminggu yang lalu, hubungan Khalisa dan Viola membaik. Viola pulang ke rumah sang ayah, untuk menemani Khalisa yang sekarang tinggal hanya seorang diri. Baru dua hari yang lalu Viola kembali ke kediaman om Dion. Itupun karena ibu mereka yang memintanya.
Tiba di kediaman sang ayah, Khalisa bisa melihat mobil milik Viola terparkir dengan sempurna. Kakaknya sepertinya memang sedang menunggunya. Padahal dia tahu, Viola sangat sibuk dengan pekerjaanya di perusahaan milik Dion. Viola bekerja di perusahaan DD setelah lulus kuliah dari luar negeri. Salah satu mengapa Viola menerima tawaran sang ibu untuk tinggal bersamanya. Diana menjanjikan membiayai kuliah Viola ke luar negeri. Hal yang tidak bisa diberikan oleh ayah mereka.
Khalisa masuk ke dalam rumah lewat pintu samping. Bibi yang biasa membantu di kediaman ayahnya biasanya sudah pulang jam segini. Dia hanya diminta membantu membersihkan rumah saja.
Keadaan rumah sangat sepi. Itulah yang Khalisa rasakan setelah ayah Arsyad tidak ada. Separuh nyawa rumah ini seolah ikut terkubur bersama pemiliknya. Jika ada tempat lain yang bisa dia tempati, mungkin Khalisa akan mengungsi ke tempat itu untuk sementara waktu.
"Kakak mungkin di kamarnya." ucap Khalisa pada dirinya sendiri sambil melangkahkan kaki masuk lebih dalam lagi ke dalam rumah.
Namun, saat berada di depan tangga, Khalisa mendengar suara berisik di kamar tamu meski hanya samar-samar. Khalisa berbalik dan melangkahkan kakinya ke arah suara yang dia dengar. Khalisa yakin, Viola yang ada disana. Pertanyaannya, 'dengan siapa?'
Semakin Khalisa mendekati kamar itu, semakin jelas suara yang Khalisa dengar. Khalisa semakin yakin kakaknya berada di kamar itu, melihat pintu yang biasanya tertutup itu kini terbuka setengah.
Semakin jelas suara itu terdengar, membuat jantung Khalisa berpacu lebih cepat. Dia bukan anak kemarin sore yang tidak paham dengan suara apa itu, suara desa han dua orang yang sedang memadu kasih.
"Viola?" gumam Khalisa tidak percaya. "Ini tidak bisa dibiarkan." batin Khalisa menyayangkan apa yang sudah Viola lakukan.
Ada wajah ayah Arsyad yang kecewa yang terlintas dibenak Khalisa. Bagaimana perasaan pria itu saat tahu putrinya melakukan hubungan diluar nikah.
Kini Khalisa sudah berdiri diambang pintu kamar tamu yang terbuka setengah itu. Jelas sekali wajah Viola yang tengah menikmati hentakan pria yang membelakangi Khalisa.
Pria itu juga sangat menikmati miliknya yang keluar masuk. Untuk sesaat Khalisa seolah terpaku melihat adegan film dewasa itu secara life. Sampai akhirnya dia menyadari siapa pria yang tengah memasuki kakaknya.
"Devan?" lirih Khalisa pelan.
Viola tampak tersenyum puas seelah melihat Khalisa pergi. Sementara Devan, pria itu sama sekali tidak menyadari kalau apa yang dia lakukan dilihat oleh Khalisa, wanita yang menurutnya dia cintai. 'OMONG KOSONG!'
...◇◇◇...