Manusia bercita cita namun kembali Allah yang berhak menentukan.
Baiknya...
Buruknya...
Senangnya...
Sedihnya...
Memiliki rumah sangatlah cukup untuk berteduh.
Pastinya aman untuk berlindung.
Tapi tanpa cahaya?
Akankah tetap menjadi indah?
Akankah tetap terasa nyaman?
Akankah akan merasa aman dalam kegelapan?
Masalalu tidak selamanya buruk.
Bisa jadi masalalu adalah sebuah titik balik untuk mendapatkan yang jauh lebih baik.
Manusia hanya bisa melakoni apa yang sudah digariskan apa yang sudah ditetapkan. Hanya manusia masih dapat merubah melalui usaha dan do'a.
Perjalanan yang tidak selalu mudah.
Tidak pula menjanjikan pemandangan yang indah.
Tapi satu yang harus diyakini jika Allah ada bersama hambanya. Jika usaha tidak akan berkhianat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fennita Eka Putri Nurfadiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BUA 20 - Lamaran
Sesuai janji hari ini Alvin bergegas dari kantor menuju ke rumah Haifa untuk mengantar ke bandara. Sampai sekarang Alvin belum tahu untuk apa tujuan Haifa ke bandara.
Setelah sampai di depan rumah Haifa, Alvin langsung mengabari melalu chat.
"Ma Haifa pamit jemput bang Ken dulu ya. Ini pak Alvin udah di depan." pamit Haifa pada sang Mama.
"Alvin langsung dari kantor?" tanya Mama.
"Iya katanya."
"Jangan dulu berangkat dek. Tanya Alvin udah makan belum. Kalau belum ajak makan dulu. Kasian takut gak sempet makan abis nganterin adek pasti balik lagi ke kantor kan."
"Yaudah adek tanya dulu."
Tok... Tok...
Haifa mengetuk kaca depan pintu mobil Alvin.
"Mau duduk di depan?" tanya Alvin setelah membuka kaca.
"Enggak. Bapak udah makan siang belum?"
"Belum tadi selesai meeting langsung kesini."
"Yaudah masuk dulu makan dulu. Abis ini langsung ke kantor lagi kan?"
"Gak usah nanti malah telat pesawatnya."
"Gak akan. Haifa gak ngejar pesawat, cuma mau jemput orang. Yang di jemput juga orang dewasa. Jadi kalau telat juga masih bisa nunggu."
"Gak enak sama tante masa kesini numpang makan."
"Ini Mama yang nyuruh kok."
"Oh tante ya. Saya kira kamu, baru mau bilang calon saya perhatian banget sih. Gak jadi deh."
"Apasih. Udah cepet makin lama kalau gini."
"Yaudah iya sebentar." ucap Alvin sambil menutup kaca mobil dan perlahan turun dari mobil.
Haifa jalan lebih dulu dan Alvin mengekori dibelakang.
"Assalamualaikum Tan." ucap alvin saat melihat Mama Anna (Mama Haifa).
"Wa'alaikumsalam. Aina gak ikut Vin?"
"Enggak tan. Alvin langsung dari kantor soalnya."
"Yaudah sok makan dulu sana. Tuh Haifa lagi nyiapin di meja makan."
"Eh iya tan. Maaf ya jadi ngerepotin."
"Gak repot. Justru ini tante yang lagi ngerepotin kamu buat nganterin Haifa."
"Yaudah sana makan."
"Iya makasih tan."
Alvin duduk berdua dengan Haifa di meja makan tapi posisi mereka bersebrangan jadi cukup jauh. Dan juga ada mama di ruang keluarga tidak jauh dari meja makan.
"Kamu gak makan?" tanya Alvin saat selesai makan.
"Udah tadi."
"Yaudah. Mau langsung?"
"Sebentar duduk dulu bapak baru beres makan juga." jawab Haifa sambil menbereskan bekas makan Alvin.
"Terimakasih makanannya." ucap Alvin.
"Sama sama."
Dalam perjalanan menuju bandara suasana mobil hening. Seperti biasa Alvin duduk di belakang kemudi dan Haifa duduk di belakang jok penumpng.
"Mau jemput siapa ke bandara?" tanya Alvin.
"Nanti juga bapak tau."
Alvin mengangguk.
Sampai di bandara Haifa langsung menghubungi Keanu menanyakan keberadaan lelaki tersebut.
"Bang Ken." panggil Haifa saat melihat Keanu. Kemudian langsung mencium tangan dan memeluknya. Begitu juga Keanu yang spontan mencium kepala Haifa saat Haifa memeluknya.
"Haha udah ah malu. Diliatin orang." ucap Keanu sambil melepaskan pelukan Haifa.
"Kangen." ucap Haifa sambil menatap Keanu.
"Abang juga. Mama Papa sama keluarga baik baik kan?"
"Iya."
Sementara itu Alvin memperhatikannya dengan penuh tanda tanya. Banyak pertanyaan yang ingin Alvin sampaikan.
"Eh adek kesini sama siapa kenalin dong sama abang." kata Keanu saat melihat Alvin sebenarnya Keanu sudah tahu tapi berkenalan secara langsung sepertinya lebih baik.
"Oh Iya. Bang Ken. Ini pak Alvin. Dan pak Alvin ini bang Ken sepupu Haifa."
Alvin dan Keanu berjabat tangan.
"Keanu."
"Alvin."
"Terimakasih ya bang Alvin udah mau direpotin nganterin Haifa jemput saya."
"Gak masalah kok. Saya jadi tau hal baru kan." ucap Alvin sambil melirik Haifa. Dan yang dilirik hanya menunduk.
"Yaudah langsung pulang aja yuk. Nanti ngobrolnya dijalan aja." ajak Keanu.
Mereka bertiga sudah dalam perjalanan pulang.
Sesama lelaki Keanu faham apa yang ada di kepala Alvin saat ini.
"Aku sama Haifa itu sepupu. Katanya sejak usia 6 bulan aku diasuh atau dibesarkan oleh Papa Radit dan Mama Anna (Kedua orangtua Haifa) karena orangtuaku meninggal. Jadi Aku dan Haifa, teh Hani dan Hilya itu tumbuh bareng sejak kecil jadi kami sedekat ini sudah berasa kayak sodara kandung." ucap Keanu menjelaskan tanpa diminta oleh Alvin. Tapi sebenarnya sebelumnya Haifa sudah mewanti wanti meminta Keanu membantu menjelaskan pada Alvin.
"Begitu. Tapi tetapkan sepupu itu walau tumbuh bersama dari kecil. Itu tetap bukan mahram kan?"
"Iya memang. Tapi kami ini sepupu yang mahram."
"Maksudnya?"
"Karena kami ini saudara sepersusuan. Sejak usia 6 bulan aku juga disusui Mama Anna. Jadi ya begitu."
Alvin mengangguk faham.
"Maaf kalau sempat salah sangka. Soalnya selama berminggu minggu berkenalan saya tidak mendapat penjelasan bahwa Haifa punya saudara sepersusuan." ucap Alvin sambil melirik Haifa dari spion depannya.
Haifa yang sadar dilirik Alvin langsung menunduk.
"Maaf. Bapak juga gak nanya."
"Ya saya gak bertanya karena gak kepikiran ke arah situ. Soalnya saudara sepersusuankan gak semua punya jadi ya gak ada pikiran ke situ."
"Nah, harusnya adek yang jelasin." Ucap Keanu.
"Iya Maaf salah."
"Haha maafin Haifa ya. Yang penting kan sekarang udah tau."
"Untung nih pas kalian proses begini aku gak di sini."
"Emang kenapa?" tanya Alvin.
"Kebayang kalau di sini aku pasti jadi obat nyamuk gratisan. Enak aja baygon aja mahal."
Alvin hanya tertawa.
"Maksud abang gimana?" tanya Haifa.
"Iya kan kalau papa gak pernah boleh tuh kalau pergi cuma berdua dua. Harus ada yang mendampingi. Ingetkan dulu pas Teh Hani dan Hilya ta'aruf jadi abang yang ngintilin mereka kemana mana."
"Haha iya kasian. Ya Abang sih lama gak cepet ta'arufin anak orang."
Alvin hanya terkekeh mendengar obrolan dua saudara ini.
"Gak usah ngeledek adek tuh harusnya sungkem sama abang. Pernah dengerkan entah adat mana yang bilang kalau adik mau melangkahi abangnya. Abangnya itu harus dikasih hadiah, ditanya mau apa gitu. Bukan malah diledekin. Gak abang kasih restu baru tau kalian."
"Iya bang. Nanti yaa hadiahnya kalau jelas diterima. Sekarangkan masih belum jelas." ucap Alvin lagi lagi melirik Haifa.
"Ya gak susah abang mah. Range rover kayak gini aja nih (sambil menunjuk mobil Alvin) udah bersyukur."
"Gak usah didengerin pak. Abang mah bukan minta hadiah. Tapi mau ngerampok bikin bangkrut." ucap Haifa.
"Ye ya gak apa apa dong kalau Alvinnya gak keberatan mah demi restu seorang abang."
"Tunggu tunggu. Adek tadi manggilnya apa bapak? Maaf nih emang Alvin usianya berapa?" tanya Keanu.
"Saya masih 26."
"Ya Allah dek. 26 aja dipanggil bapak beda 5 tahun aja juga."
"Ih abang tapi pak Alvin dosen adek."
"Eh serius? Kok bisa 26 tahun udah jadi dosen. Aku aja 25 masih proses S2. Oh abis S1 langsung S2 tanpa keda ya?" tanya Keanu.
"Iya begitu. Saya juga baru jadi dosen 2 tahun ini." jawab Alvin.
"Tapi abang serius nih. Ganti kali di luar kampus mah jangan manggil bapak."
"Kenapa abang yang repot sih. Pak Alvinnya aja gak apa apa."
"Sebenarnya sih apa apa. Karena saya merasa belum setua itu. Tapi kalau kamu nyamannya gitu yaudah." jawab Alvin.
"Nah kan." tambah Keanu.
"Kenapa sih Abang sama pak Alvin jadi kaya komplotan buat ledekin adek." kesal Haifa.
"Ya gak apa apa dong. Iya gak Vin."
"Haha gak ikut ikutan bang sampe 5 hari kedepan. Takut berpengaruh sama jawaban." ucap Alvin.
"Yeh meskipun jawaban Haifa Iya juga kalau gak ada restu abang gak berkah kalian." ucap Keanu.
"Masa?" tanya Alvin.
"Jelaslah." jawab Keanu.
"Bodo." jawab Haifa.
Seketika terdengar suara tawa di dalam mobil.
"Mau masuk dulu atau mau langsung?" tanya Haifa saat mereka sudah sampai di depan rumah.
"Langsung aja. Masih ada pekerjaan di kantor." jawab Alvin.
"Yaudah. Terimakasih dan maaf jadi mengganggu pekerjaan bapak." ucap Haifa. Sementara Keanu masih sibuk menurunkan barang dari bagasi.
"Iya sama sama. Yaudah saya pamit ya. Pamitin juga sama yang ada di rumah. Assalamualaikum."
"Wa'alaikumsalam."
"Wa'alaikumsalam. Makasih Ya Vin." ucap Keanu.
"Sama sama." jawab Alvin sambil mengacungkan jempol.
Setelah mengantar Haifa menjemput Keanu di Bandara, Alvin belum lagi menemui Haifa atau keluarganya. Sampai hari ini, saat Alvin dan keluarga besar sudah bersiap siap untuk mendatangi rumah Haifa untuk acara lamaran.
Saat sampai di kediaman Haifa keluarga mereka disambut baik oleh keluarga besar Haifa.
"Papa aunty cantinya mana?" tanya Aina yang sejak tadi dituntun Alvin. Iya Aina sekarang sudah bisa mengatakan aunty cantik dengan jelas.
"Iya nanti ya. Sabar dulu. Aina salam sama semuanya ya." ucap Alvin pada Aina.
"Iya Papa."
Acara pun dimulai masing masing keluarga memberikan sambutan.
"Nah sebelum ke intinya. Sebaiknya kita panggil dulu ya satu pihak lagi yang punya acara."
Tak lama munculah Haifa.
"Sekarang udah ada nih keduanya yang punya acara. Silahkan mungkin nak Alvin sendiri atau perwakilan keluarga yang akan menyampaikan maksud dan tujuannya kepada ananda Haifa." ucap sang pembawa acara.
"Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum wr. wb. Tidak berbeda dengan yang sudah disampaikan Ayah saya di awal tadi.
Saya Muhammad Alvin Firmansyah bersama keluarga memberanikan diri datang ke kediaman keluarga Bapak Raditya Gunawan dan Ibu Anna Nurfadilla dengan maksud dan tujuan ingin melamar atau mengkhitbah putri bungsu dari Bapak dan Ibu yang bernama Haifa Tazkia Shafira. Tapi sebelum itu sejak semalam ini ada yang yang lebih antusias dari saya untuk menghadapi acara ini. Dia putri saya Aina. Aina sangat antusias bahkan sejak semalam dia selalu berkata pada saya. Papa boleh gak nanti Aina mau bicara sesuatu sama Kai, Umi juga aunty cantik. Sampai sekarang saya juga belum tau apa yang akan putri saya katakan. Jadi sekiranya keluarga besar semua berkenan saya mohon waktu untuk mempersilahkan putri saya mengungkapkan apa yang ingin ia katakan." ucap Alvin.
"Boleh dong. Coba adek cantik mau bilang apa sama Kai, umi dan aunty cantiknya?" tanya sang pembawa acara.
Seketika semua mata tertuju pada bocah kecil 3 tahun yang menggunakan gaun cantik berwarna putih dengan jilbab yang senada.
"Coba Aina mau bilang apa?" tanya Alvin sambil menyodorkan mic didekat bibir Aina.
Aina tampak malu malu sambil terus menggenggam tangan Alvin.
"It's okay sayang." ucap Alvin.
"Kai, Umi boleh enggak kalau aunty cantikna jadi bundana Aina?" tanya Aina dengan malu malu sambil tak pernah lepas memegang tangan Alvin.
Keluarga besar yang hadir dibuat takjub dengan pertanyaan Aina. Bahkan beberapa ada yang berteriak gemas. Yang menyebabkan Aina langsung malu dan memeluk Alvin.
Ini diluar ekspektasi. Alvin sendiri tidak mengetahui Aina akan bertanya seperti itu. Entah siapa yang mengajari. Alvin sendiri takjub bahkan sampai beberapa kaki mencium Aina sambil tanpa sadar meneteskan air mata.
Begitu juga dengan Haifa yang berada di hadapan Alvin.
"Masya Allah lucunya. Terimakasih ya cantik udah mau bertanya. Nah sekarang Kai dan Umi jawab dong atau mau aunty cantik sendiri yang jawab?" tanya sang pembawa acara.
"Sini dong, Aina kan tadi nanya sama Kai sama Umi sekarang sini dong Kai sama Umi pengen peluk cium Aina dulu." ucap Papa sambil melambai ke Aina.
Aina mendongak menatap Alvin seakan meminta persetujuan. Alvin mengangguk. Aina menghampiri kedua orangtua Haifa.
"Coba dong sekali lagi Kai mau denger pertanyaan Aina." tanya Papa saat Aina sudah ada di hadapannya.
"Boleh enggak kalau aunty cantikna jadi bundana Aina?" tanya Aina sekali lagi.
Walaupun ini pertanyaan kedua kalinya tapi tidak mengurangi kegemasan keluarga besar pada Aina.
"Kalau kai sama umi. Boleh banget."
Para tamu undangan sudah tersenyum bahagia.
"Belum saudara saudara. Itu kan jawaban dari Kai dan Umi. Belum dari pihak yang bersangkutan. Nah sekarang baru silahkan aunty cantik menjawab pertanyaan dari putri cantik." ucap sang pembawa acara.
"Sini sayang." ucap Haifa melambai pada Aina. Sekarang Aina sudah berdiri di hadapan Haifa.
"Aina mau Aunty jawab Apa?"
Aina hanya diam sambil memainkan jari jari Haifa.
"Bismillah. Iya Aunty mau kok jadi bundanya Aina." ucap Haifa.
"Benelan?" tanya Aina dengan antusias.
Haifa mengangguk.
"Sini hug me." ucap Haifa.
Aina langsung memeluk Haifa.
"Alhamdulillah." ucap semuanya serentak.
"Nak Alvin apa mau ditambahkan lagi pertanyaanya? Tadikan hanya untuk menjadi bundanya Aina." kata sang pembawa acara.
"Eh belum ya hehe. Kalau begitu. Bismillahirrohmanirrohim. Izinkan saya Alvin untuk bertanya langsung pada Haifa. Apakah Haifa bersedia untuk menjadi istri saya dan bunda untuk Aina?" tanya Alvin.
"Silahkan Haifa untuk kembali menjawab."
"Bismillah. Saya Haifa Insya Allah bersedia menerima untuk menjadi istri dari Pak Alvin dan Bunda untuk Aina." ucap Haifa.
"Alhamdulillah." lagi lagi para tamu undangan mengucap syukur.
"Sebentar sebentar. Iya ada apa cantik?" tanya sang pembawa acara pada Aina saat mendapat interupsi dari Mama jika Aina mau bertanya sesuatu lagi.
"Aunty cantik, boleh ga tekalang Aina panggil Bunda?" tanya Aina sambil mendongak menatap Haifa.
Sebelum menjawab pertanyaan Aina, Haifa tampak menatap Alvin seperti meminta persetujuan. Tapi Alvin hanya menganggkat bahu seakan berkata "Terserah kamu." dalam artian menyerahkan keputusan pada Haifa.
"Boleh sayang." ucap Haifa.
"Thank you Bunda." ucap Aina lalu kembali memeluk Haifa.
Senyum kebahagian jelas terpancar di wajah seluruh keluarga besar yang menghadiri acara ini.
"Sekarang berhubung semua udah jelas. Alangkah lebih baiknya mungkin kedua keluarga bisa mulai berunding menentukan tanggal pernikahan.
Cukup lama berunding akhirnya disepakati jika pernikahan akan dilaksanakan kurang lebih 3 bulan lagi.
Acara yang diawali ba'da dzuhur balau selesai sekitar pukul 16.00. Beberapa keluarga sudah ada yang pamit.
Kedua keluarga inti termasuk Alvin dan Haifa tampaknya sedang membahas mengenai pernikahan. Karena untuk urusan pernikahan waktu 3 bulan itu bukanlah waktu yang panjang.
***
***To be continued...
See you next part***...